Business

Minggu, 04 Desember 2016

PENGELOLAAN SAMPAH PADAT BERBASIS MASYARAKAT




PENGELOLAAN SAMPAH PADAT BERBASIS MASYARAKAT

BAB    1                                                                          PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia. Setiap aktifitas manusia pasti menghasilkan buangan atau sampah. Jumlah sampah sebanding dengan tingkat konsumsi kita terhadap barang (material) yang kita gunakan sehari-hari. Jenis sampah pun sangat tergantung dari jenis material yang kita konsumsi. Persoalan lingkungan yang selalu menjadi isu besar di hampir seluruh wilayah perkotaan adalah masalah sampah.
Dengan lajunya pertumbuhan ekonomi di kota dimungkinkan menjadi daya tarik luar biasa bagi penduduk untuk hijrah ke kota (urbanisasi). Akibatnya jumlah penduduk semakin membengkak, konsumsi masyarakat perkotaan melonjak, yang pada akhirnya akan mengakibatkan jumlah sampah juga meningkat. Pertambahan jumlah sampah yang tidak diimbangi dengan pengelolaan yang ramah lingkungan akan menyebabkan terjadinya perusakan dan pencemaran lingkungan. Lebih jauh lagi, penanganan sampah yang tidak komprehensif akan memicu terjadinya masalah sosial, seperti amuk massa, bentrok antar warga, pemblokiran fasilitas TPA .
Selain itu permasalahan sampah yang tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan dampak terhadap kesehatan lingkungan dan kesehatan manusia itu sendiri. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menyediakan tempat yang baik bagi vector penyakit, seperti serangga dan hewan pengerat, sebagai tempat berkembang biak sehingga dapat mengakibatkan meningkatnya insidens penyakit di Masyarakat sebagai berikut :Penyakit-penyakit saluran pencernaan yang ditularkan oleh lalat, Penyakit demam berdarah, yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegipty yang berkembang biak akibat banyaknya kaleng-kaleng bekas dan genangan air, Penyakit kulit dan penyakit-penyakit parasit lain, Penyakit-penyakit yang ditularkan melalui binatang, misalnya taeniasis, Kecelakaan pada pekerja atau masyarakat, akibat tercecernya potongan-potongan besi,kaleng,seng, serta pecahan-pecahan kaca. Sedangkan dampak lingkungan akibat pengelolaan sampah yang kurang baik akan menyebabkan estetika lingkungan menjadi kurang sedap dipandang mata akibat banyaknya tebaran/tumpukan sampah sehingga mengganggu kenyamanan lingkungan masyarakat, Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme menghasilkan gas-gas tertentu yang dapat menyebabkan timbulnya bau busuk. Apabila konsentrasi bau busuk tersebut cukup tinggi, maka dapat menimbulkan keresahan masyarakat, Adanya debu-debu yang berterbangan , dapat mengganggu mata dan pernafasan serta Resiko terjadinya kebakaran
Menurut data dari Bank Dunia, jumlah sampah padat di kota-kota di dunia akan terus naik sebesar 70% mulai tahun 2012 hingga tahun 2025 dari 1,3 milliar ton per tahun menjadi 2,2 miliar ton per tahun. Dan kenaikkan ini akan terjadi di negara berkembang.
Sementara di Indonesia sendiri menurut Asisten Deputi Bidang Pengelolaan Sampah Menteri Lingkungan Hidup, sudirman, “sampah di Indonesia semakin tahun semakin meningkat. Kementrian Lingkungan hidup mencatat rata-rata penduduk indonesia menghasilkan sampah 2,5 Liter sampah per hari atau 526 juta liter dari total jumlah penduduk. Kondisi ini akan terus bertambah sesuai dengan kondisi lingkungannya.
Jakarta sebagai Ibu kota Indonesia merupakan salah satu kota besar yang menghasilkan sampah cukup banyak. Di perkiraan sampah Jakarta perharinya mencapai 5000-6000 Ton  per hari, dan tipingpee Jakarta sampah sekitar Rp.107.000/m3. Sementara, DKI Jakarta tidak memiliki Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) yang memadai. Terpaksa menyewa di Banter Gebang Bekasi, Jawa Barat dengan harga sewa yang cukup fantastis sekitar Rp. 400 juta per hari.
Penanganan kebersihan di wilayah DKI Jakarta dilaksanakan oleh Dinas Kebersihan DKI Jakarta, dengan jumlah sarana dan prasarana yang terdiri dari tonk sebanyak 737 buah (efektif : 701 buah); alat-alat besar : 128 buah (efektif : 121 buah); kendaraan penunjang : 107 buah (efektif : 94 buah), sarana pengumpul/pengangkutan sampah dari rumah tangga : gerobak sampah : 5829 buah; gerobak celeng : 1930 buah, galvanis : 201 buah.
Produksi sampah di kota Jakarta mencapai 7.500,58 m3 / hari. Sumber sampah terbesar adalah sampah domestik atau pemukiman yang mencapai 4.951,98 m3 / hari. Disusul sampah dari pasar sekitar 618,50 m3, komersial 302,80 m3, jalan 452,30 m3, industri 798 m3, non komersial 363 m3, dan sampah saluran 12,90 m3 / hari. Akumulasi dari sampah yang tidak terangkut sejak 15 April lalu diperkirakan sekitar 225.017,4 m3 sampah.
Hasil estimasi jumlah sampah di DKI Jakarta berkisar antara 5.900 – 6.000 ton/hari atau 25.000 m3/hari dan berdasarkan data Dinas Kebersihan DKI Jakarta, sampah yang dapat tertangani ± 87,72 persen dan sisanya masih dibuang ke sungai, dibakar atau dipakai untuk menimbun.
Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta mengatakan kondisi volume timbulan sampah di DKI mencapai 6.594,72 ton per hari per Januari 2009. Dengan rumusan, jumlah penduduk Jakarta 8,7 juta jiwa (malam hari) di tambah jumlah penduduk commuter 1,2 juta kali 2,97 liter per hari.[1] ( Dinas Kebersihan DKI Jakarta, 2009 )
.
















BAB II
PEMBAHASAN
1.      Pengertian Sampah
Pengertian sampah menurut beberapa ahli :
a.       Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan dibuang (Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prof.Soekidjo. 2003 )
b.      Yang dimaksud dengan sampah adalah segala sesuatu yang tidak lagi dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat ( Kesehatan Lingkungan, Prof.Juli Soemirat Slamet, 2009 )
c.       Sampah merupakan suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas Manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Sampah dapat berupa padat, cair ataupun gas. (Dedi Alamsyah, 2013 )
d.      Menurut Kusnoputranto, dalam buku Kesehatan lingkungan FKM UI, Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang terjadi Karena berhubungan dengan aktifitas Manusia, yang tidak dipakai lagi, tidak disenangi dan dibuang.
e.       Sampah adalah sisa aktivitas dari manusia dan hewan yang berbentuk zat padat dan dibuang, karena sudah tidak bernilai bagi pemiliknya. Sampah sendiri memiliki banyak jenis, banyak sumber dan memiliki karakteristik yang khas (Jurnal penelitian Cahyadi, 2000)
dari beberapa arti sampah mempunyai ciri-ciri yaitu :
§  Sampah adalah bahan sisa, baik bahan-bahan yang sudah tidak digunakan lagi (barang bekas) maupun bahan yang sudah diambil bagian utamanya.
§  Dari segi sosial ekonomis, sampah adalah bahan yang sudah tidak ada harganya.
§  Dari segi lingkungan, sampah adalah bahan buangan yang tidak berguna dan banyak menimbulkan masalah pencemaran dan gangguan pada kelestarian lingkungan.

Para ahli kesehatan Masyarakat Amerika membuat batasan, sampah adalah ( waste ) sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai.tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan Manusia, dan tidak terjadi dengan sendirinya.
Dari batasan ini jelas bahwa sampah adalah hasil suatu kegiatan Manusia yang dibuang karena sudah tidak berguna. Sehingga bukan semua benda padat yang tidak digunakan dan dibuang disebut sampah. Misalnya : benda benda alam, benda benda yang keluar dari bumi akibat dari gunung meletus, banjir, pohon dihutan yang tumbang akibat angin rebut, dan sebagainya. Dengan demikian sampah mengandung prinsip – prinsip sebagai berikut :
a.       Adanya semua benda atau bahan padat
b.      Adanya hubungan langsung/tak langsung dengan kegiatan Manusia
c.       Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi
2.      Sumber Sumber sampah
Menurut Prof. Soekidjo Notoatmodjo dalam bukunya Ilmu Kesehatan Masyarakat, 2000
a.       Sampah yang berasal dari pemukiman
Sampah ini berasal dari bahan bahan padat sebagai hasil kegiatan rumah tangga yang sudah dipakai dan dibuang, seperti : sisa –sisa makanan baik yang sudah dimasak atau belum, bekas pembungkus baik kertas, plastic daun dan sebagainya, Pakaian – pakaian bekas, bahan bahan bacaan, perabot rumah tangga, daun daun dari kebun atau tanaman
b.      Sampah yang berasal dari tempat tempat umum
Sampah ini berasal dari tempat tempat umum, seperti pasar, tempat tempat hiburan,terminal bus, stasiun kereta api, dan sebagainya. Sampah ini berupa kertas, plastic, botol,daun dan sebagainya.
c.       Sampah yang berasal dari perkantoran
Sampah ini dari perkantoran baik perkantoran pendidikan, perdagangan,departemen,perusahaan, dan sebagainya. Sampah ini berupa kertas –kertas, plastic, karbon,klip, dan sebagainya. Umumnya sampah ini bersifat kering, dan mudah terbakar
d.      Sampah yang berasal dari jalan raya :
Sampah ini berasal dari pembersih jalan, yang umumnya terdiri dari kertas kertas, kardus –kardus, debu, batu-batuan, pasir, sobekan ban, onderdil-onderdil kendaraan yang jatuh,daun-daunan,plastic dan sebagainya.
e.       Sampah yang berasal dari industry
Sampah ini berasal dari kawasan industry,termasuk sampah yang berasal dari pembangunan industry, dan segala sampah yang berasal dari proses produksi, misalnya sampah-sampah pengepakan barang, logam, plastic,kayu,potongan tekstil,kaleng dan sebagainya.

f.       Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan
Sampah ini sebagai hasil dari perkebunan atau pertanian, misalnya : jerami, sisa sayur-mayur,batang padi,batang jagung,ranting kayu yang patah dan sebagainya.
g.      Sampah yang berasal dari pertambangan
Sampah ini berasal dari daerah pertambangan, dan jenisnya tergantung dari jenis usaha pertambangan itu sendiri, misalnya : batu –batuan,tanah/cadas.pasir,sisa-sisa pembakaran ( arang ) dan sebagianya.
h.      Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan
Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan ini, berupa kotoran kotoran ternak, sisa-sisa makanan bangkai binatang. Dan sebagainya.

Menurut Prof. Juli Soemirat Slamet, Dalam bukunya Kesehatan Lingkungan ( 2009 ) sampah dapat dibedakan atas dasar sifat-sifat biologis dan kimianya, sehingga mempermudah pengelolaannya sebagai berikut :
a.       Sampah yang membusuk
Sampah ini dalam bahasa inggris disebut garbage, yaitu sampah yang mudah membususk karena aktifitas mikroorganisme. Dengan demikian pengelolaannya mengehendaki kecepatan, baik dalam pengumpulan maupun dalam pembuangannya. Pembusukan sampah ini akan menghasilkan antara lain , gas metan, gas H2S yang bersifat racun bagi tubuh. Selain beracun, H2S juga berbau busuk sehingga secara estetis tidak dapat diterima.dinegara yang sedang berkembang seperti Indonesia, sampah kebanyakan terdiri atas jenis sampah seperti ini. Tetapi, bagi lingkungan sampah ini relative kurang berbahaya karena dapat terurai dengan sempurna menjadi zat-zat anorganik yang berguna bagi fotosintesa tumbuhan.
b.      Sampah yang tidak membusuk
Sampah jenis ini dalam bahasa inggris disebut refuse. Biasanya terdiri atas kertas-kertas, plastic, logam, gelas,karet, dan lainnya yang tidak dapat membusuk/sulit membusuk. Sampah ini apabila memungkinkan sebaiknya didaur ulang sehingga dapat bermanfaat kembali baik melalui suatu proses ataupun secara langsung. Apabila tidak dapat didaur ulang, maka diperlukan proses untuk memusnahkannya, seperti pembakaran. Tetapi hasil proses ini masih memerlukan penanganan lebih lanjut.
c.       Sampah yang berbentuk debu/abu
Sampah jenis ini biasanya berupa debu atau abu hasil pembakaran bahan bakar ataupun sampah. Sampah seperti ini tentunya tidak membusuk. Tetapi dapat dimanfaatkan untuk mendatarkan tanah atau penimbunan. Selama tidak mengandung zat yang beracun, maka abu inipun tidak terlalu berbahaya terhadap lingkungan dan Masyarakat. Hanya, karena ukuran debu atau abu itu relative kecil, maka fraksi ukuran yanf < 10 mikron dapat memasuki saluran pernapasan.
d.      Sampah berbahaya
Yang dimaksud dengan sampah berbahaya adalah sampah yang karena jumlahnya, atau konsentrasinya, atau karena sifat kimiawi, fisika, dan mikrobiologinya dapat meningkatkan mortalitas dan morbiditas secara bermakna atau menyebabkan penyakit yang tidak reversible, potensi menimbulkan bahaya sekarang maupun dimasa yang akan datang terhadap kesehatan ataupun lingkungan apabila tidak diolah, ditransport,disimpan dan dibuang dengan baik.
3.       Macam-macam dan Karakteristik Sampah
Penggolongan sampah ini dapat didasarkan atas beberapa kriteria, yaitu didasarkan atas asal, komposisi, bentuk, lokasi, proses terjadinya, sifat dan jenisnya. Penggolongan sampah seperti itu penting sekali diketahui dan diadakan, selain untuk mengetahui macam-macam sampah dan sifatnya juga sebagai dasar penanganan dan pemanfaatan sampah.
a.       Penggolongan sampah berdasarkan asalnya.
Sampah dapat dijumpai disegala tempat dan hampir disemua kegiatan. Berdasarkan asalnya, maka dapat digolongkan sampah-sampah sebagai berikut :
§  Sampah dari hasil kegiatan rumah tangga. Termasuk dalam hal ini adalah sampah dari asrama rumah sakit, hotel-hotel dan kantor.
§  Sampah dari hasil kegiatan industri atau pabrik.
§   Sampah dari hasil kegiatan pertanian. Kegiatan pertanian meliputi perkebunan, kehutanan, perikanan, dan peternakan. Sampah dari kegiatan pertanian sering disebut limbah hasil-hasil pertanian.
§  Sampah dari hasil kegiatan perdagangan, misalnya sampah pasar dan sampah toko.
§  Sampah dari hasil kegiatan pembangunan.


b.      Penggolongan sampah berdasarkan komposisinya.
Pada suatu kegiatan mungkin akan menghasilkan jenis sampah yang sama, sehingga komponen-komponen penyusunan juga akan sama. Misalnya sampah yang hanya terdiri atas kertas, logam atau daun-daunan saja. Setidak-tidaknya apabila tercampur dengan bahan-bahan lain, maka sebagian besar komponennya adalah seragam. Karena itu berdasarkan komposisinya, sampah dibedakan menjadi dua macam :
§  Sampah yang seragam; sampah dari kegiatan industri pada umumnya termasuk dalam golongan ini. Sampah dari kantor sering hanya terdiri atas kertas, karton, kertas karbon, dan masih dapat digolongkan dalam golongan sampah yang seragam.
§  Sampah yang tidak seragam (campuran), misalnya sampah yang berasal dari pasar atau sampah dari tempat-tempat umum.
c.       Penggolongan sampah berdasarkan bentuknya.
Sampah dari rumah-rumah makan pada umumnya merupakan sisa-sisa air pencuci, sisa-sisa makanan yang bentunya berupa cairan atau seperti bubur. Sedangkan beberapa pabrik menghasilkan sampah berupa gas, uap air, debu, atau sampah berbentuk padatan. dengan demikian berdasarkan bentuknya ada tiga macam sampah, yaitu :
§  Sampah berbentuk padatan (solid), misalnya daun, kertas, karton, kaleng, plastik.
§  Sampah berbentuk cairan (termasuk bubur), misalnya bekas air pencuci, bahan cairan yang tumpah. Limbah industri banyak juga yang berbentuk cair atau bubur, misalnya blotong (tetes) yaitu sampah dari pabrik gula tebu.
§  Sampah berbentuk gas, misalnya karbon dioksida, ammonia dan gas-gas lainnya.
d.       Penggolongan sampah berdasarkan lokasinya.
Baik dikota atau diluar kota, banyak dijumpai sampah bertumpuk-tumpuk. Berdasarkan lokasi terpadatnya sampah, dapat dibedakan :
§  Sampah kota (urban), yaitu sampah yang terkumpul dikota-kota besar.
§  Sampah daerah, yaitu sampah yang terkumpul di daerah-daerah diluar perkotaan, misalnya didesa, di daerah permukaan, dipantai.
e.       Penggolongan sampah berdasarkan proses terjadinya.
Berdasarkan proses terjadinya, dibedakan antara :
§  Sampah alami, ialah sampah yang terjadinya karena proses alami, misalnya rontoknya daun-daunan dipekarangan rumah.
§  Sampah non-alami, ialah sampah yang terjadinya karena kegiatan-kegiatan manusia.
f.       Penggolongan sampah berdasarkan jenisnya.
Berdasarkan atas jenisnya, sampah dapat digolongkan menjadi sembilan golongan, yaitu :
§  Sampah makanan (sisa-sisa makanan termasuk makanan ternak )
§  Sampah kebun atau pekarangan
§  Sampah kertas
§  Sampah plastik
§  Sampah kain
§  Sampah kayu
§  Sampah logam
§  Sampah gelas dan keramik
§  Sampah berupa abu dan debu  (Jurnal penelitian Cahyadi, 2000)

4.      Sampah atau limbah Bahan,Berbahaya dan Beracun
Faktor-faktor yang menyebabkan limbah B3 dianggap berbahaya dan beracun yaitu :
1.      Limbah mudah meledak adalah limbah yang melalui reaksi kimia dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan.
2.      Limbah mudah terbakar adalah limbah yang bila berdekatan dengan api, percikan api, gesekan atau sumber nyala lain akan mudah menyala atau terbakar dan bila telah menyala akan terus terbakar hebat dalam waktu lama.
3.      Limbah reaktif adalah limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepaskan atau menerima oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi.
4.      Limbah beracun adalah limbah yang mengandung racun yang berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Limbah B3 dapat menimbulkan kematian atau sakit bila masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan, kulit atau mulut.
5.      Limbah penyebab infeksi adalah limbah laboratorium yang terinfeksi penyakit atau limbah yang mengandung kuman penyakit, seperti bagian tubuh manusia yang diamputasi dan cairan tubuh manusia yang terkena infeksi.
6.      Limbah yang bersifat korosif adalah limbah yang menyebabkan iritasi pada kulit atau mengkorosikan baja, yaitu memiliki pH sama atau kurang dari 2,0 untuk limbah yang bersifat asam dan lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat basa.
5.      Macam – Macam Sampah atau limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
1.      Limbah Rumah Sakit
Menurut Nemathaga dkk. (2007), beberapa dampak yang dapat  ditimbulkan atas paparan limbah yang dihasilkan rumah sakit adalah: mutagenik, dan karsinogenik, efek teratogenik, ganguan pernafasan, ganguan sistem saraf pusat, kerusakan sistem reproduksi dan lain-lain. Menurut Sawalem dkk. (2009), hasil dari survey personal, 85%, termasuk manajer, staf kebersihan, dan pekerja lingkungan, tidak terlatih dalam pengelolaan limbah rumah sakit dan tidak memiliki diskripsi yang jelas tentang pengelolaan limbah. Menurut Yong dkk. (2008), pengelolaan limbah padat medis sangat penting karena sifatnya yang berbahaya dan infeksius sehingga dapat menyebabkan efek yang tidak diinginkan terhadap manusia dan lingkungan.
Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat dan non medis (Keputusan MenKes R.I. No.1204/MENKES/SK/X/2004), yaitu :
a.       Limbah non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dan halaman yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada teknologi. Penyimpanannya pada tempat sampah berplastik hitam.
b.      Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari :
1)      limbah infeksius dan limbah patologi, penyimpanannya pada tempat sampah berplastik kuning.
2)      limbah farmasi (obat kadaluarsa), penyimpanannya pada tempat sampah berplastik coklat.
3)      limbah sitotoksis adalah limbah berasal dari sisa obat pelayanan kemoterapi. Penyimpanannya pada tempat sampah berplastik ungu.
4)      Limbah medis padat tajam seperti pecahan gelas, jarum suntik, pipet dan alat medis lainnya. Penyimpanannya pada safety box/container.
5)      Limbah radioaktif adalah limbah berasal dari penggunaan medis ataupun riset di laboratorium yang berkaitan dengan zat-zat radioaktif. Penyimpanannya pada tempat sampah berplastik merah.
2.      Limbah Radioaktif
Jenis Limbah Radioaktif
Limbah radioaktif adalah zat radioaktif dan bahan serta peralatan yang telah terkena zat radioaktif atau menjadi radioaktif karena pengoperasian instalasi nuklir dan fasilitas pemanfaatan zat radioaktif, yang tidak dapat digunakan lagi. Limbah radioaktif berdasarkan bentuk fisiknya terdiri dari limbah radioaktif padat, cair dan gas. Limbah cair dibedakan menjadi aqueous dan organik, sedangkan limbah padat dibedakan menjadi tekompaksi - tidak terkompaksi dan terbakar – tidak terbakar.
a.      Limbah Radioaktif Cair
Pada fasilitas produksi radioisotop, limbah radioaktif cair dihasilkan dari proses pelindihan atau pendinginan material, dalam jumlah kecil akan mengandung pengotor yang bersifat radioaktif sehingga bersifat aktif. Di bidang kesehatan, limbah radioaktif cair antara lain hasil ekskresi pasien yang mendapat terapi atau diagnostik kedokteran nuklir. Zat radioaktif yang digunakan pada umumnya berumur paro pendek (100 < hari), misalnya 125I, 131I, 99mTc, 32P, dll sehingga cepat mencapai kondisi stabil. Fasilitas penelitian di bidang kesehatan juga memberikan kontribusi limbah radioaktif cair melalui hasil ekskresi binatang percobaan. Dengan umur paro sangat pendek, maka penanganan limbah radioaktif tersebut dilakukan dengan menampung sementara sebelum dilepas ke badan air. Limbah radioaktif cair untuk jenis organik kebanyakan diproduksi oleh fasilitas penelitian, yang dapat terdiri dari: minyak pompa vakum, pelumas, dan larutan sintilasi. Zat radioaktif yang terkandung pada umumnya 3H dan sebagian kecil 14C, 125I dan 35S. Dalam pengelolaan limbah cair tersebut harus diperhitungkan pula aktivitas konsentrasi zat radioaktif yang digunakan, terutama jika zat radioaktif yang digunakan untuk tujuan penandaan umumnya mempunyai konsentrasi aktivitas sangat tinggi sehingga harus dipisahkan dengan zat radioaktif yang mempunyai konsentrasi aktivitas rendah.


b.      Limbah Radioaktif Padat
Kebanyakan limbah radioaktif padat yang dihasilkan dari fasilitas kesehatan dan laboratorium penelitian mempunyai sifat dapat terbakar, misalnya: tissue, kertas, kain, karton, sarung tangan, pakaian pelindung, masker, bangkai binatang dan material biologi lain. Sedangkan limbah radioaktif tidak dapat bakar antara lain: barang pecah belah, serpihan logam, peralatan dekontaminasi dan limbah dari fasilitas yang mengalami dekomisioning. Untuk limbah padat radioaktif sebagai akibat kontaminasi dan limbah sumber radioaktif selanjutnya dikirimkan ke PTLR-BATAN sebagai badan yang berwenang melakukan pengolahan limbah radioaktif. Sumber radioaktif yang diimpor dari negara lain dapat dikirimkan kembali ke negara tersebut sesuai dengan perjanjian.
c.       Limbah Radioaktif Gas
Limbah radioaktif gas dapat dihasilkan pada aplikasi zat radioaktif terutama bidang kesehatan. Aplikasi khusus dibidang kesehatan menggunakan zat radioaktif berbentuk gas, misalnya 133Xe, 81mKr, 99mTc dan pemancar positron berumur paro pendek seperti 18F dan 11C untuk investigasi terhadap ventilasi paru-paru. Limbah radioaktif berupa hasil respirasi pasien dikendalikan dengan menempatkan pada tempat khusus untuk membatasi dispersi radioaktif ke lingkungan. Jenis zat radioaktif yang digunakan relatif tidak berbahaya karena berumur paro pendek sehingga mudah mencapai kondisi stabil [4].
d.      Sumber Radioaktif Bekas
Sumber radioaktif yang sudah tidak digunakan lagi memerlukan pengkondisian dan disposal yang sesuai. Sumber radioaktif bekas dibedakan menjadi:
1) Sumber dengan umur paro ≤100 hari dengan aktivitas sangat tinggi.
2) Sumber dengan aktivitas rendah, misalnya untuk tujuan kalibrasi.
3) Sumber yang berpotensi memberikan bahaya kontaminasi dan kebocoran.
4) Sumber dengan umur paro >100 hari yang memiliki aktivitas tinggi maupun rendah




3.      Limbah Logam Berat Beracun di Perairan
Logam berat adalah unsur-unsur kimia dengan bobot jenis lebih besar dari 5 gr/cm3, terletak di sudut kanan bawah sistem periodik, mempunyai afinitas yang tinggi terhadap unsur S dan biasanya bernomor atom 22 sampai 92 dari perioda 4 sampai 7 (Miettinen, 1977). Sebagian logam berat seperti timbal (Pb), kadmium (Cd), dan merkuri (Hg) merupakan zat pencemar yang berbahaya. Afinitas yang tinggi terhadap unsur S menyebabkan logam ini menyerang ikatan belerang dalam enzim, sehingga enzim bersangkutan menjadi tak aktif. Gugus karboksilat (-COOH) dan amina (-NH2) juga bereaksi dengan logam berat. Kadmium, timbal, dan tembaga terikat pada sel-sel membran yang menghambat proses transpormasi melalui dinding sel. Logam berat juga mengendapkan senyawa fosfat biologis atau mengkatalis penguraiannya (Manahan, 1977).
4.      Limbah Udang sebagai Material Penyerap Logam Berat
Sebagian besar limbah udang berasal dari kulit, kepala, dan ekornya. Fungsi kulit udang tersebut pada hewan udang (hewan golongan invertebrata) yaitu sebagai pelindung (Neely dan Wiliam, 1969). Kulit udang mengandung protein (25 % – 40%), kalsium karbonat (45% – 50%), dan khitin (15% – 20%), tetapi besarnya kandungan komponen tersebut tergantung pada jenis udangnya. sedangkan kulit kepiting mengandung protein (15,60% – 23,90%), kalsium karbonat (53,70 – 78,40%), dan khitin (18,70% – 32,20%), hal ini juga tergantung pada jenis kepiting dan tempat hidupnya (Focher et al., 1992). Kandungan khitin dalam kulit udang lebih sedikit dari kulit kepiting, tetapi kulit udang lebih mudah didapat dan tersedia dalam jumlah yang banyak sebagai limbah.
5.       Limbah Deterjen
Deterjen merupakan produk teknologi yang strategis, karena telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat modern mulai rumah tangga sampai industri. Deterjen umumnya tersusun atas lima jenis bahan penyusun, yaitu :
a)      surfaktan, yang merupakan senyawa Alkyl Bensen Sulfonat (ABS) yang berfungsi untuk mengangkat kotoran pada pakaian. ABS memiliki sifat tahan terhadap penguraian oleh mikroorganisme (nonbiodegradable).
b)      senyawa fosfat (bahan pengisi), yang mencegah menempelnya kembali kotoran pada bahan yang sedang dicuci. Senyawa fosfat digunakan oleh semua merk deterjen memberikan andil yang cukup besar terhadap terjadinya proses eutrofikasi yang menyebabkan Booming Algae (meledaknya populasi tanaman air)
c)      Pemutih dan pewangi (bahan pembantu), zat pemutih umumnya terdiri dari zat natrium karbonat. Menurut hasil riset organisasi konsumen Malaysia (CAP) Pemutih dapat menimbulkan kanker pada manusia. sedangkan untuk penwangi lebih banyak merugikan konsumen karena bahan ini membuat makin tingginya biaya produksi, sehingga harga jual produk semakin mahal. Padahal zat pewangi tidak ada kaitannya dengan kemampuan mencuci.
d)     bahan penimbul busa, yang sebenarnya tidak diperlukan dalam proses pencucian dan tidak ada hubungan antara daya bersih dengan busa yang melimpah.
e)      Fluorescent, berguna untuk membuat pakaian lebih cemerlang.

6.      Limbah Tinja
Bagian yang paling berbahaya dari limbah domestik adalah mikroorganisme patogen yang terkandung dalam tinja, karena dapat menularkan beragam penyakit bila masuk tubuh manusia, dalam 1 gram tinja mengandung 1 milyar partikel virus infektif, yang mampu bertahan hidup selama beberapa minggu pada suhu dibawah 10 derajat Celcius. Terdapat 4 mikroorganisme patogen yang terkandung dalam tinja yaitu : virus, Protozoa, cacing dan bakteri yang umumnya diwakili oleh jenis Escherichia coli (E-coli). Menurut catatan badan Kesehatan dunia (WHO) melaporkan bahwa air limbah domestik yang belum diolah memiliki kandungan virus sebesar 100.000 partikel virus infektif setiap liternya, lebih dari 120 jenis virus patogen yang terkandung dalam air seni dan tinja. Sebagian besar virus patogen ini tidak memberikan gejala yang jelas sehingga sulit dilacak penyebabnya.

6.      Jumlah produksi sampah
Jumlah produksi sampah untuk daerah di Indonesia diperkirakan sekitar tiga liter per orang perhari




7.      Faktor faktor yang mempengaruhi sampah
Sampah baik kualitas maupun kuantitasnya, sangat dipengaruhi oleh berbagai kegiatan dan taraf hidup Masyarakat. Beberapa faktor yang penting antara lain :
a.       Jumlah penduduk
Dapat dipahami dengan mudah bahwa semakin banyak penduduk, semakin banyak pula sampahnya. Pengelolaan sampah inipun berpacu dengan laju pertumbuhan penduduk (Prof. Juli Soemirat Slamet, 2009)
b.      Keadaan sosial ekonomi
Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi masyarakat, semakin banyak jumlah per kapita sampah yang dibuang.kualitas sampahnyapun semakin banyak bersifat tidak dapat membusuk, perubahan kualitas sampah ini, tergantung pada bahan yang tersedia, peraturan yang berlaku serta kesadaran masyarakat akan persoalan persampahan. Kenaikan kesejahteraan inipun akan meningkatkan kegiatan konstruksi dan pembaharuan bangun-bangunan, transportasipun bertambah , dan produk pertanian, industry dan lain-lain akan bertambah dengan konsekuensinya bertambahnya volume dan jenis sampah. (Prof. Juli Soemirat Slamet, 2009)
c.       Kemajuan teknologi
Kemajuan teknologi akan menambah jumlah maupun kualitas sampah, karena pemakaian bahan baku yang semakin beragam, cara pengepakan dan produk manufaktur yang semakin beragam pula. (Prof. Juli Soemirat Slamet, 2009)
d.      Sistem pengumpulan dan pembuangan sampah yang dipakai
Sistem pengumpulan, pengangkutan sampah yang dipakai sangat mempengaruhi jumlah sampah yang dikumpulkan. Pengumpulan sampah dengan gerobak dan truk biasa akan berbeda dengan pengumpulan sampah dengan truk pemadat.(FKM UI, 2000 )
e.       Pengambilan bahan bahan yang ada pada sampah untuk dipakai kembali
Adanya bahan bahan tertentu pada sampah yang masih mempunyai nilai ekonomi, oleh kelompok tertentu akan diambil kembali untuk dijual dan dimanfaatkan. Contohnya pecahan kaca/gelas, besi,plastic,kertas,karton dan lainnya yang masih bernilai ekonomi. Dengan demikian, jenis sampah tersebut yang dikumpulkan jumlhanya akan berkurang. Akan tetapi hal tersebut bergantung pada harga pasaran bahan-bahan tersebut. Bila harga cukup tinggi maka jumlah sampah jenis ini yang dikumpulkan akan sedikit sekali, karena banyak yang diambil kembali untuk dijual dan dimanfaatkan. Dan sebaliknya, jika harga pasaran menurun, maka sampah jenis ini akan bertambah jumlahnya untuk dikelola.(FKM UI, 2000 )
f.       Geografi
Faktor geografi juga mempunyai pengaruh terhadap jumlah dan komposisi sampah padat, misalnya, didaerah pegunungan sampah dari jenis kayu-kayuan merupakan yang terbanyak, sedangkan di daerah dataran rendah, sampah dari pertanian mungkin menonjol, demikian pula di daerah pantai, sampah yang terbanyak adalah yang berhubungan dengan hasil-hasil laut.( FKM UI,2000 )
g.      Kebiasaan Masyarakat
Kebiasaan Masyarakat dalam hal ini misalnya kegemaran dalam suatu kelompok Masyarakat pada jenis makanan tertentu, sehingga produksi sampah yang berasal dari makanan tersebut dominan. Contoh lain, suku bali dengan adatnya yang serba sesajen akan menyebabkan produksi sampah yang lebih banyak dari suku lain. ( FKM UI, 2000 )
h.      Musim/iklim
Faktor musim atau iklim akan mempengaruhi jumlah produksi sampah. Contohnya di Indonesia, pada musim hujan jumlah produksi sampah terlihat meningkat karena adanya sampah yang terbawa oleh air hujan. Di daerah beriklim dingin, pada musim gugur produksi sampah meningkat, sedangkan pada musim dingin produksi sampah berkurang. Juga pada musim panas, terjadi peningkatan produksi sampah terutama di daerah-daerah pariwisata, karena pada saat itu banyak masyarakat yang berlibur (FKM UI,2000)
8.      Pengelolaan Sampah
Mekanisme pengelolaan sampah dalam UU Nomor 18 Tahun 2008, tentang pengelolaan sampah meliputi, kegiatan-kegiatan berikut :
a.       Pengurangan sampah
Yaitu kegiatan untuk mengatasi timbulnya sampah sejak dari produsen sampah (rumah tangga, pasar, dan lainnya), mengguna ulang sampah dari sumbernya dan/ atau di tempat pengolahan, dan daur ulang sampah di sumbernya dan di tempat pengolahan.
b.      Penanganan sampah
Yaitu rangkaian kegiatan penanganan sampah yang mencakup pemilahan ( pengelompokan dan pemisahan sampah menurut jenis dan sifatnya ),
a.       pengumpulan yaitu memindahkan sampah dari sumber sampah ke TPS atau tempat pengolahan sampah terpadu.
b.      Pengangkutan yaitu kegiatan memindahkan sampah dari sumber, TPS atau tempat pengolahan sampah terpadu,
c.       pengolahan hasil akhir yaitu mengubah bentuk, komposisi, karakteristik dan jumlah sampah agar diproses lebih lanjut, dimanfaatkan atau dikembalikan alam dan pemprosesan aktif kegiatan pengolahan sampah atau residu hasil pengolahan sebelumnya agar dapat dikembalikan ke media lingkungan.
9.      Pengelolaan sampah
Yaitu tindakan-tindakan yang dilakukan terhadap sampah padat, dimulai dari tahap pengumpulan di tempat sumber, pngangkutan, penyimpanan, pengolahan pendahuluan serta pengolahan akhir yang berarti pembuangan atau pemusnahan sampah.
1)      Pengumpulan dan pengangkutan sampah
Pengumpulan sampah berarti mengumpulkan dan menempatkan sampah ke tempat pengumpulan sehingga mudah diangkut ke tempat pengolahan atau langsung diolah. Pengumpulan sampah dimulai di tempat sumber, dimana sampah dihasilkan. Dari sana sampah diangkut dengan alat angkutan berupa gerobak, truk atau truk pemadat yang selanjutnya akan diangkut ke tempat pemusnahan sampah.
Sebelum sampah diangkut ke tempat pemusnahan, kadang-kadang perlu disediakan tempat penampungan sementara karena kondisi daerah/kota yang menyebabkan semakin kompleksnya sistem pengangkutan. Pada tempat penampungan sementara ini sampah dipindahkan dari alat angkut yang lebih besar dan lebih efisien. Pada tahap penampungan sementara ini  dapat diterapkan penyimpanan sampah, bertujuan untuk menjaga hasil pengumpulan sampah agar tidak terjadi perubahan yang tidak dikehendaki.
2)      Pengolahan sampah
a.       Pengolahan pendahuluan
Yaitu proses yang pada prinsipnya menyiapkan bahan masukan sampah padat yang akan diolah, sehingga sesuai dengan karakteristik teknologi pengolahannya



b.      Pengolahan sampah
Alternatif pengelolaan sampah yang saniter itu diantaranya :
1.      Mengonversikan sampah menjadi sumber energy yang terkandung di dalam sampah padat melalui :
a)      Dekomposisi oleh mikrobaeba
Pengomposan adalah dekomposisi biologis secara alami bahan – bahan organic yang dapat membusuk dalam sampah padat. Dekomposisi akan dipercepat dan lebih efisien jika dibantu dengan teknologi
Dekomposisi sampah terjadi sebagai hasil kegiatan mikroorganisme dan inasivertebrate. Dengan dekomposisi sampah, mikroorganisme dan invertebrate memperoleh makanan dan energy. Dekomposisi sampah padat menghasilkan CO2, panas,air, dan humus. Proses dekomposisi pada pembuatan kompos dibantu melalui pengendalian ventilasi, suhu, dan kelembaban oleh organism yang terdap at didalam sampah. Dengan demikian, proses dekomposisi dapat berjalan lebih cepat daripada dibiarkan terdekomposisi sendiri.
b)      Pembakaran terkendali ( Inceneration )
Suatu metode pemusnahan sampah dengan cara membakar sampah dengan cara besar-besaran dengan menggunakan fasilitas pabrik.
2.      Sanitasi dalam tanah
Adalah sistem pemusnahan yang paling baik. Dalam metode ini, pemusnahan sampah dilakukan dengan cara menimbun sampah dengan tanah yang dilakukan selapis demi selapis. Dengan demikian sampah tidak berada diruang terbuka dan tentunya tidak menimbulkan bau atau menjadi sarang binatang pengerat.

3.      Memakai kembali benda benda dari sampah yang masih dapat dipakai dengan cara :
a.      Reuse (Memakai dan memanfaatkan kembali barang-barang yang sudah tidak terpakai menjadi sesuatu yang baru)
ü  Sampah rumah tangga yang bisa digunakan untuk dimanfaatkan seperti: koran bekas, kardus bekas susu, kaleng susu, wadah sabun lulur, dsb. Barang-barang tersebut dapat dimanfaatkan sebaik mungkin misalnya diolah menjadi tempat untuk menyimpan tusuk gigi atau cotton-but. 
ü  Selain itu barang-barang bekas tersebut dapat dimanfaatkan oleh anak-anak, misalnya memanfaatkan buku tulis lama jika masih ada lembaran yang kosong bisa dipergunakan untuk corat coret, buku-buku cerita lama dikumpulkan untuk perpustakaan mini di rumah untuk mereka dan anak-anak sekitar rumah. 
ü  Menggunakan kembali kantong plastik belanja, untuk belanja berikutnya.
b.       Recycle (Mendaur ulang kembali barang lama menjadi barang baru)
ü  Sampah organik bisa di manfaatkan sebagai pupuk.
ü  Sampah anorganik bisa di daur ulang menjadi sesuatu yang bisa digunakan kembali contohnya: mendaur ulang kertas yang tidak di gunakan menjadi kertas kembali, botol plastik bisa di sulap menjadi tempat alat tulis, plastik detergen, susu, bisa di jadikan tas cantik, dompet, dll.
ü  Disetorkan ke bank sampah yang kemudian dikonversikan ke tabungan.

10.  Pengaruh pengelolaan sampah terhadap masyarakat dan lingkungan
1.      Pengaruh positif dari pengelolaan sampah yang baik
a.       Pemanfaatn sanmpah  bagi keperluan masyarakat dan lingkungan
§  Sampah dapat dipergunakan untuk menimbun tanah yang kurang baik
§  Sampah dapat dimanfaatkan sebagai pupuk penyubur tanah dan memperbaiki kondisi tanah.
§  Sampah dapat dimanfaatkan sebagai makanan ternak
§  Sampah yang masih bermanfaat dapat diambil kembali untuk didaur ulang dan dimanfaatkan untuk keperluan lain.
b.      Pengaruh terhadap kesehatan lingkungan dan sosial ekonomi
§  Berkurangnya tempat untuk berkembang biaknya serangga dan binatang pengerat sehingga dengan demikian diharapkan kepadatan populasi vector penyakit berkurang.
§  Berkurangnya insiden penyakit yang erat hubungannya dengan pengelolaan sampah, misalnya penyakit jamur, penyakit-penyakit yang ditularkan oleh serangga seperti penyakit saluran pencernaan, dan lain-lain.
§  Keadaan estetika lingkungan (udara, air, tanah ) lebih saniter sehingga menimbulkan rasa nyaman bagi Masyarakat.
§  Keadaan lingkungan yang saniter akan mencerminkan keadaan sosial budaya masyarakat, terutama terhadap turis luar negeri
§  Keadaan lingkungan yang baik secara tidak langsung akan menghemat pengeluaran daerah/devisa sehingga dapat meningkatkan kondisi ekonomi daerah dan negara. Selain itu, dengan meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, prosuktifitas masyarakat akan meningkat pula, sehingga dapat meningkatkan taraf sosial ekonomi Masyarakat.
2.      Pengaruh negative dari pengelolaan sampah yang kurang baik
a.       Pengaruh terhadap kesehatan Masyarakat
Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menyediakan tempat yang baik bagi vector penyakit, seperti serangga dan hewan pengerat, sebagai tempat berkembang biak sehingga dapat mengakibatkan meningkatnya insidens penyakit di Masyarakat sebagai berikut :
§  Penyakit-penyakit saluran pencernaan yang ditularkan oleh lalat
§  Penyakit demam berdarah, yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegipty yang berkembang biak akibat banyaknya kaleng-kaleng bekas dan genangan air
§  Penyakit kulit dan penyakit-penyakit parasit lain
§  Penyakit-penyakit yang ditularkan melalui binatang, misalnya taeniasis
§  Kecelakaan pada pekerja atau masyarakat, akibat tercecernya potongan-potongan besi,kaleng,seng, serta pecahan-pecahan kaca
b.      Pengaruh terhadap lingkungan
§  Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menyebabkan estetika lingkungan menjadi kurang sedap dipandang mata akibat banyaknya tebaran/tumpukan sampah sehingga mengganggu kenyamanan lingkungan masyarakat
§  Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme menghasilkan gas-gas tertentu yang dapat menyebabkan timbulnya bau busuk. Apabila konsentrasi bau busuk tersebut cukup tinggi, maka dapat menimbulkan keresahan masyarakat
§  Adanya debu-debu yang berterbangan , dapat mengganggu mata dan pernafasan
§  Resiko terjadinya kebakaran
§  Pembuangan sampah akan ke saluran air akan akan menyebabkan pendangkalan saluran dan mengurangi kemampuan daya aliran saluran. Sehingga bila terjadi hujan, maka dapat menimbulkan banjir
§  Pembuangan sampah ke selokan atau badan-badan air tersebut. Selain itu, hasil dekomposisi biologis dari sampah yang berupa cairan organic dapat mencemari air permukaan ataupun air tanah dangkal
§  Resiko terjadinya pencemaran udara, karena meningkatnya konsentrasi debu, asap dan gas-gas dari sampah padat yang melewati standar kualitas udara.
c.       Pengaruh terhadap sosial masyarakat
§  Pengelolaan sampah yang kurang baik pada suatu masyarakat dapat mencerminkan status keadaan sosial masyarakat di daerah tersebut
§  Keadaan lingkungan yang kurang saniter akan mengurangi daya tarik bagi orang lain, terutama turis asing, untuk berkunjung ke tempat tersebut.
§  Sampah yang tidak dikelola dengan baik akan mengurangi kenyamanan dan ketentraman hidup bermasyarakat.
d.      Pengaruh terhadap perekonomian daerah/nasional
§  Penyakit-penyakit yang timbul akibat pengelolaan sampah yang kurang baik akan berdampak pada penurunan produktivitas tenaga kerja, serta kenyamanan dan ketentraman hidup berkurangnsehingga produksi daerah juga akan menurun
§  Biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk menagani penyakit-penyakit akibat sampah dan perbaikan lingkungan akibat kerusakan yang timbul dari pengelolaan sampah yang kurang baik akan semakin meningkat, sehingga alokasi biaya untuk sector-sektor lain akan semakin berkurang.
§  Berkuarngnya pengunjung yang datang ke daerah tersebut berarti pula penurunan pemasukan daerah atau penurunan devisa bagi negara, sehingga dapat berdampak pada terjadinya kemerosotan ekonomi
§  Pengelolaan sampah yang kurang baik akan dapat merusak lingkungan, menurunkan kualitas lingkungan dan sumber alam, sehingga menurunkan mutu produksi yang berasal dari sumber alam tersebut
§  Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat menyebabkan kemacetan lalu lintas , sehingga menghambat transportasi barang dan jasa
PERUMUSAN MASALAH SAMPAH DENGAN SILK
Ditinjau dari 4 Aspek yaitu:
A.    Lingkungan
-          Kementerian Lingkungan Mencatat penduduk Indonesia menghasilkan 2,5 Liter sampah per hari atau 625 juta Liter dari total jumlah penduduk.
-          Masalah sampah sudah menjadi momok masyarakat di berbagai kota besar Indonesia, khususnya Jakarta. Jakarta sebagai ibukota Indonesia merupakan kota yang terkenal dengan kemacetan dan banjir.
-          Penyebab Banjir di Jakarta Salah satunya adalah sampah, kesadaran masyarakat Jakarta dalam menjaga kebersihan lingkungan terutama dalam hal membuang sampah memang masih sangat minim. Hal tersebut dilihat dari enggannya warga ibu kota untuk membuang sampah pada tempatnya, dan masih adanya bangunan liar yang didirikan di bantaran sungai dan saluran air yang menunjukan bahwa tidak adanya rasa kepedulian warga Jakarta terhadap lingkungan.
-          Tempat yang kotor, kumuh, dan dipenuhi banyak sampah bisa membuat orang meyakini bahwa membuang sampah sembarangan diperbolehkan di tempat tersebut. Mereka bahkan juga tanpa ragu untuk membuang sampah disana.
-          Pada tahun 2014 dari 5 Lima Wilayah Kota di DKI Jakarta Wilayah Pemerintahan Kota Administrasi Jakarta Barat Masih menjadi penyumbang sampah terbanyak di ibu kota. Sebanyak 1.528,03 ton perhari. pada saat ini Kecamatan Tambora menjadi penyumbang terbanyak yaitu berkisar 269 ton/hari
B.     Komunitas
-          Sampah merupakan salah satu dari sekian banyak masalah sosial yang dihadapi masyarakat. Masyarakat kota ataupun daerah yang padat pendududuknya pasti menghasilkan sampah yang begitu banyak.
-          Dilihat dari geografis Jakarta Barat merupakan daerah yang memiliki pemukiman yang padat dan sebagian besar masyarakat banyak yang tinggal dibantaran sungai.
-          Jakarta Barat merupakan wilayah yang padat penduduk tercatat pada tahun 2010 yaitu sebanyak 2.950.000 jiwa
-          Di Jakarta Barat jenis sampah yang banyak di hasilkan yaitu sampah yang berasal dari pemukiman.Sampah ini berasal dari bahan bahan padat sebagai hasil kegiatan rumah tangga yang sudah dipakai dan dibuang, seperti : sisa –sisa makanan baik yang sudah dimasak atau belum, bekas pembungkus baik kertas, plastic daun dan sebagainya, Pakaian – pakaian bekas, bahan bahan bacaan, perabot rumah tangga, daun daun dari kebun atau tanaman
-          Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya buang sampah pada tempatnya dan belum mengetahui dampak buruk dari buang sampah sembarangan.
-          Masyarakat belum bisa memilah antara sampah organik dan anorganik.
-          Perilaku masyarakat karena sistem kepercayaan masyarakat kota Jakarta terhadap perilaku dalam membuang sampah. Hal itu sudah berada dalam alam bawah sadar mereka bahwa membuang sampah sembarangan bukan menjadi hal yang salah dan wajar untuk dilakukan
C.     Sistem
a.       Pengelolaan sampah
Sebelum mengelola sampah sesuai dengan alternative yang ada , perlu dilakukan perencanaan, serta melihat dan memahami jenis sampah yang ada di daerah pemukiman mulai dari sumber sampah sampai kemudian metode yang digunakan untuk mengelola sampah tersebut.
1)      Mengumpulkan sampah yaitu ditempatkan pada tempat sampah yang sudah ada sehingga tidak berserakan
2)      Pemisahan yaitu memisahkan jenis sampah berdasarkan sifatnya jenis sampah didaerah pemukiman yaitu sampah Organik dan Anorganik
b.      Pengelolaan Akhir
Pada pengelolaan sampah pemukiman yang sebagian besar jenis sampahnya yaitu sampah Rumah Tangga, pengelolaannya dapat dilakukan dengan pengelolaan sampah berbasis Masyarakat. Sehingga Masyarakat dapat mengelola sendiri sampahnya dan meminimalkan penumpukan sampah di TPA
Berdasarkan Jenis dan Karakteristik sampah di Jakarta yang sebagian besar berasal dari sampah pemukiman yaitu sampah Rumah Tangga, Ada 3 cara yang bisa dilakukan :.

1.      Composting
a.       Penyiapan        wadah pembuatan       kompos
Sediakan ember, pot bekas, ataupun wadah lainnya, upayakan terbuat dari plastik untuk menghindari karat akibat air lindi kompos. Lubangi bagian dasar dan letakkan di wadah yang dapat menampung rembesan air dari dalamnya.
b.      Penyiapan        bahan   baku    kompos
Proses awal dari pembuatan kompos bahan baku berupa sampah organik. Yang dimaksud dengan sampah organik di sini adalah sampah sisa-sisa buangan dapur seperti sisa nasi, sayuran, buah-buahan, daun tanaman dan sampah organik sejenis lainnya. Untuk menghasilkan sampah organik yang bersih maka harus dilakukan pemilahan antara sampah organik dan sampah non-organik. Pemilahan ini dilakukan karena  sampah anorganik dapat mempersulit proses pengomposan. Untuk mempermudah proses pengomposan, sampah yang masih berbentuk memanjang terlebih dahulu dipotong-potong secara manual hingga mencapai ukuran ± 5 cm.
c.       Pembuatan      tumpukan
Tahapan selanjutnya adalah membuat tumpukan. Sampah organik hasil proses pemilahan ditumpukkan di wadah pengomposan. Masukkan sampah organik ke dalam wadah (drum) setiap hari. Taburi dengan sedikit tanah, serbuk gergaji, atau kapur secara berkala. Bila Anda memiliki kotoran binatang, kotoran tersebut bisa ditambahkan pada tumpukan tadi untuk meningkatkan kualitas kompos. Setelah penuh, tutup drum dengan tanah dan diamkan selama dua bulan. Setelah itu kompos sudah dapat dipanen sebagai kompos matang.
d.      Penyiraman
Proses selanjutnya adalah menyiram tumpukan tersebut dengan air secara merata. Proses penyiraman ini dilakukan agar bakteri dapat bekerja secara optimal. Proses ini dilakukan jika tumpukan sampah terlalu kering. Kadar air yang ideal dari tumpukan sampah selama proses pengomposan adalah antara 50- 60% dengan nilai optimal sekitar 55%.
e.       Pemantauan     suhu
Proses selanjutnya adalah melakukan pengukuran suhu pada tumpukan dengan termometer kompos. Cara pemantauan suhu adalah dengan menancapkan termometer ke dalam tumpukan sampah dan biarkan sampai jarum penunjuk suhu posisinya tidak berubah-ubah lagi. Agar bakteri patogen dan bibit gulma mati maka suhu harus dipertahankan pada kisaran 60-70 °C.
f.       Pengayakan
    Proses selanjutnya adalah melakukan pengayakan dengan tujuan untuk memperoleh ukuran butiran yang seragam. Pengayakan dilakukan karena dikhawatirkan terdapat bahan anorganik seperti kaleng/logam lainnya, plastik, dan bahan lain yang masih tertinggal dan sulit terdekomposisi terdapat di dalam tumpukan sehingga kualitas kompos yang dihasilkan kurang baik. Hasil dari proses pengayakan ini adalah kompos yang halus dan yang kasar. Kompos halus biasanya untuk tanaman hias dan tanaman kecil lainnya, sementara yang kasar dapat digunakan untuk tanaman buah-buahan serta tanaman besar lainnya
g.      Pengemasan
Setelah diayak maka kompos siap untuk dikemas ke dalam karung atau plastik yang kedap air dan  bisa disimpan, bisa digunakan sendiri ataupun dipasarkan.
2.      Reduce (Mengurangi sampah dengan mengurangi pemakaian barang atau benda yang tidak terlalu kita butuhkan)
a)      Kurangi pemakaian kantong plastik. Biasanya sampah rumah tangga yang paling sering di jumpai adalah sampah dari kantong plastik yang dipakai sekali lalu dibuang. Padahal, plastik adalah sampah yang perlu ratusan tahun (200-300 tahun) untuk terurai kembali. Karena itu, pakailah tas kain yang awet dan bisa dipakai berulang-ulang.
b)      Mengatur dan merencanakan pembelian kebutuhan rumah tangga secara rutin misalnya sekali sebulan atau sekali seminggu.
c)      Mengutamakan membeli produk berwadah, sehingga bisa diisi ulang.
d)     Memperbaiki barang-barang yang rusak (jika masih bisa diperbaiki).
e)      Membeli produk atau barang yang tahan lama.

3.       Reuse (Memakai dan memanfaatkan kembali barang-barang yang sudah tidak terpakai menjadi sesuatu yang baru)
a)      Sampah rumah tangga yang bisa digunakan untuk dimanfaatkan seperti: koran bekas, kardus bekas susu, kaleng susu, wadah sabun lulur, dsb. Barang-barang tersebut dapat dimanfaatkan sebaik mungkin misalnya diolah menjadi tempat untuk menyimpan tusuk gigi atau cotton-but. 
b)      Selain itu barang-barang bekas tersebut dapat dimanfaatkan oleh anak-anak, misalnya memanfaatkan buku tulis lama jika masih ada lembaran yang kosong bisa dipergunakan untuk corat coret, buku-buku cerita lama dikumpulkan untuk perpustakaan mini di rumah untuk mereka dan anak-anak sekitar rumah. 
c)      Menggunakan kembali kantong plastik belanja, untuk belanja berikutnya.
4.       Recycle (Mendaur ulang kembali barang lama menjadi barang baru)
ü  Sampah organik bisa di manfaatkan sebagai pupuk.
ü  Sampah anorganik bisa di daur ulang menjadi sesuatu yang bisa digunakan kembali contohnya: mendaur ulang kertas yang tidak di gunakan menjadi kertas kembali, botol plastik bisa di sulap menjadi tempat alat tulis, plastik detergen, susu, bisa di jadikan tas cantik, dompet, dll.
ü  Disetorkan ke bank sampah yang kemudian dikonversikan ke tabungan.
D.    Infrastruktur
-          Jakarta Tidak memiliki Tempat Pembuangan sampah Akhir (TPA), sehingga masih menyewa TPA Bantar Gebang Bekasi, dengan harga sewa  yang sangat fantastis yaitu 400 juta/hari.
-          Kurangnya jumlah tempat-tempat sampah di tempat-tempat umum, pembagian tempat sampah sendiri harus dipisahkan mana yang organik dan mana tempat sampah untuk anorganik agar sampah mudah untuk diolah nantinya.
-           Kurangnya slogan-slogan yang menjelaskan mengenai manfaat lingkungan yang bersih dan larangan untuk membuang sampah.
-          Unit mobil pengangkut sampah masih kurang hanya berjumlah 169 armada.
-          Lokasi pembuangan sampah sementara berjumlah 261 yang terdiri dari poul kontainer, poul gerobak, dipo dan bak beton.
Setelah Melihat sistem yang digunakan Infrastruktur yang dibutuhkan yaitu :
-          Yang dibutuhkan untuk pengelolaan sampah berbasis Masyarakat yaitu Mesin untuk memudahkan proses pengomposan, Jika tidak ada mesin pengomposan bisa menggunakan tong/drum besar,ember dan pot bekas
-          Lahan yang luas sebagai area pengomposan
-          Adanya lembaga khusus yang memberikan pelatihan pelatihan tentang pemanfaatan /pengolahan sampah sesuai potensi Masyarakat yang dapat dikembangkan
-          Adanya kader –kader “ militan lingkungan “
-          Adanya Bank Sampah ditiap Desa atau kecamatan





















BAB III
APENDIKS
                   PERATURAN MENTERI DALAM NEGERINOMOR 33 TAHUN 2010                                   TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,
1.      Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
2.      Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4851);
3.      Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916);
4.      Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);
5.      Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
6.      Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4761);
7.      Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4502);
8.      Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah;
9.      Keputusan MenKes R.I. No.1204/MENKES/SK/X/2004


















DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan DKI Jakarta, 2009
Dr. Budiman Chandra, Pengantar Kesehatan Lingkungan ( 2012 )
Prof. Dr. dr. Rachmadi Purwana, SKM. Manajemen Kedaruratan Kesehatan Lingkungan Dalam Kejadian Bencana ( 2013 )
Prof. Juli Soemirat Slamet, Kesehatan Lingkungan ( 2009 )
Prof.Soekidjo Notoatmodjo. Ilmu Kesehatan Masyarakat, 2003
Isti sujandri ,Jurnal Teknik Industri, 2009. “ Model Dinamis Pengelolaan Sampah Untuk Mengurangi Beban Penumpukan”. Jurnal Teknik Industri.Vol. 11, No 2. PP.134-147
Jurnal penelitian Cahyadi,FKM UI. 2000
Muhammad D, Yulinah T.  “Kajian Pengelolaan Limbah Padat Jenis B3 Di Rumah Sakit   Bhayangkara Surabaya “ Jurnal Teknik Lingkungan, Jurusan Teknik Kimia.
Mokhamad A, Yus A. “ Strategi pengelOlaan limbah radioaktif di Indonesia ditinjau dari konsep Cradle to grave “ Jurnal Teknologi Pengelolaan Limbah, Pusat Pengkajian Sistem dan Teknologi Pengawasan Fasilitas Radiasi dan Zat Radioaktif- BAPETEN, Jakarta 2010. Vol 13.No 2,Hal 1-54
Rinna Nurjannah.Limbah Rumah Sakit, Hasan Sadikin Bandung, Diunduh dari http;//web.rshs.or.id/edukasi/limbah-rumah-sakit/, pada 21 Januari 2016.
https://abrar4lesson4tutorial4ever.wordpress.com/tag/teknik-lingkungan/                                                
Undang Undang No 8 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah






0 komentar:

Posting Komentar