PENGELOLAAN SAMPAH PADAT BERBASIS MASYARAKAT
BAB 1 PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Sampah merupakan
konsekuensi dari adanya aktifitas manusia. Setiap aktifitas manusia pasti
menghasilkan buangan atau sampah. Jumlah sampah sebanding dengan tingkat
konsumsi kita terhadap barang (material) yang kita gunakan sehari-hari. Jenis
sampah pun sangat tergantung dari jenis material yang kita konsumsi. Persoalan
lingkungan yang selalu menjadi isu besar di hampir seluruh wilayah perkotaan
adalah masalah sampah.
Dengan lajunya
pertumbuhan ekonomi di kota dimungkinkan menjadi daya tarik luar biasa bagi
penduduk untuk hijrah ke kota (urbanisasi). Akibatnya jumlah penduduk semakin
membengkak, konsumsi masyarakat perkotaan melonjak, yang pada akhirnya akan
mengakibatkan jumlah sampah juga meningkat. Pertambahan jumlah sampah yang
tidak diimbangi dengan pengelolaan yang ramah lingkungan akan menyebabkan
terjadinya perusakan dan pencemaran lingkungan. Lebih jauh lagi, penanganan
sampah yang tidak komprehensif akan memicu terjadinya masalah sosial, seperti
amuk massa, bentrok antar warga, pemblokiran fasilitas TPA .
Selain itu
permasalahan sampah yang tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan dampak
terhadap kesehatan lingkungan dan kesehatan manusia itu sendiri. Pengelolaan
sampah yang kurang baik akan menyediakan tempat yang baik bagi vector penyakit,
seperti serangga dan hewan pengerat, sebagai tempat berkembang biak sehingga
dapat mengakibatkan meningkatnya insidens penyakit di Masyarakat sebagai
berikut :Penyakit-penyakit saluran pencernaan yang ditularkan oleh lalat, Penyakit demam
berdarah, yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegipty yang berkembang biak akibat
banyaknya kaleng-kaleng bekas dan genangan air, Penyakit kulit dan penyakit-penyakit
parasit lain, Penyakit-penyakit
yang ditularkan melalui binatang, misalnya taeniasis, Kecelakaan pada pekerja
atau masyarakat, akibat tercecernya potongan-potongan besi,kaleng,seng, serta
pecahan-pecahan kaca. Sedangkan dampak
lingkungan akibat pengelolaan sampah yang kurang baik
akan menyebabkan estetika lingkungan menjadi kurang sedap dipandang mata akibat
banyaknya tebaran/tumpukan sampah sehingga mengganggu kenyamanan lingkungan
masyarakat, Proses
pembusukan sampah oleh mikroorganisme menghasilkan gas-gas tertentu yang dapat
menyebabkan timbulnya bau busuk. Apabila konsentrasi bau busuk tersebut cukup
tinggi, maka dapat menimbulkan keresahan masyarakat, Adanya debu-debu yang
berterbangan , dapat mengganggu mata dan pernafasan serta Resiko terjadinya
kebakaran
Menurut data dari Bank Dunia, jumlah sampah padat di
kota-kota di dunia akan terus naik sebesar 70% mulai tahun 2012 hingga tahun 2025 dari 1,3 milliar ton per
tahun menjadi 2,2 miliar ton per tahun. Dan kenaikkan ini akan terjadi di
negara berkembang.
Sementara di Indonesia sendiri menurut Asisten Deputi
Bidang Pengelolaan Sampah Menteri Lingkungan Hidup, sudirman, “sampah di
Indonesia semakin tahun semakin meningkat. Kementrian Lingkungan hidup mencatat
rata-rata penduduk indonesia menghasilkan sampah 2,5 Liter sampah per hari atau
526 juta liter dari total jumlah penduduk. Kondisi ini akan terus bertambah
sesuai dengan kondisi lingkungannya.
Jakarta sebagai Ibu kota Indonesia merupakan salah satu kota besar yang menghasilkan sampah cukup banyak. Di perkiraan
sampah Jakarta perharinya mencapai 5000-6000 Ton per hari, dan tipingpee Jakarta sampah sekitar Rp.107.000/m3. Sementara, DKI
Jakarta tidak memiliki Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) yang memadai.
Terpaksa menyewa di Banter Gebang Bekasi, Jawa Barat dengan harga sewa yang
cukup fantastis sekitar Rp. 400 juta per hari.
Penanganan kebersihan di wilayah DKI
Jakarta dilaksanakan oleh Dinas Kebersihan DKI Jakarta, dengan jumlah sarana
dan prasarana yang terdiri dari tonk sebanyak 737 buah (efektif : 701 buah);
alat-alat besar : 128 buah (efektif : 121 buah); kendaraan penunjang : 107 buah
(efektif : 94 buah), sarana pengumpul/pengangkutan sampah dari rumah tangga :
gerobak sampah : 5829 buah; gerobak celeng : 1930 buah, galvanis : 201 buah.
Produksi sampah di kota Jakarta
mencapai 7.500,58 m3 / hari. Sumber sampah terbesar adalah sampah domestik atau
pemukiman yang mencapai 4.951,98 m3 / hari. Disusul sampah dari pasar sekitar
618,50 m3, komersial 302,80 m3, jalan 452,30 m3, industri 798 m3, non komersial
363 m3, dan sampah saluran 12,90 m3 / hari. Akumulasi dari sampah yang tidak terangkut
sejak 15 April lalu diperkirakan sekitar 225.017,4 m3 sampah.
Hasil estimasi jumlah sampah di DKI
Jakarta berkisar antara 5.900 – 6.000 ton/hari atau 25.000 m3/hari dan
berdasarkan data Dinas Kebersihan DKI Jakarta, sampah yang dapat tertangani ±
87,72 persen dan sisanya masih dibuang ke sungai, dibakar atau dipakai untuk
menimbun.
Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta
mengatakan kondisi volume timbulan sampah di DKI mencapai 6.594,72 ton per hari
per Januari 2009. Dengan rumusan, jumlah penduduk Jakarta 8,7 juta jiwa (malam
hari) di tambah jumlah penduduk commuter 1,2 juta kali 2,97 liter per hari.[1]
( Dinas Kebersihan DKI Jakarta, 2009 )
.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Sampah
Pengertian
sampah menurut beberapa ahli :
a. Sampah
adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh
manusia, atau benda padat yang sudah digunakan lagi dalam suatu kegiatan
manusia dan dibuang (Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prof.Soekidjo. 2003 )
b. Yang
dimaksud dengan sampah adalah segala sesuatu yang tidak lagi dikehendaki oleh
yang punya dan bersifat padat ( Kesehatan Lingkungan, Prof.Juli Soemirat
Slamet, 2009 )
c. Sampah
merupakan suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas
Manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Sampah dapat berupa
padat, cair ataupun gas. (Dedi Alamsyah, 2013 )
d. Menurut
Kusnoputranto, dalam buku Kesehatan lingkungan FKM UI, Sampah adalah sesuatu
bahan atau benda padat yang terjadi Karena berhubungan dengan aktifitas
Manusia, yang tidak dipakai lagi, tidak disenangi dan dibuang.
e. Sampah
adalah sisa aktivitas dari manusia dan hewan yang berbentuk zat padat dan
dibuang, karena sudah tidak bernilai bagi pemiliknya. Sampah sendiri memiliki
banyak jenis, banyak sumber dan memiliki karakteristik yang khas (Jurnal
penelitian Cahyadi, 2000)
dari
beberapa arti sampah mempunyai ciri-ciri yaitu
:
§ Sampah
adalah bahan sisa, baik bahan-bahan yang sudah tidak digunakan lagi (barang
bekas) maupun bahan yang sudah diambil bagian utamanya.
§ Dari
segi sosial ekonomis, sampah adalah bahan yang sudah tidak ada harganya.
§ Dari
segi lingkungan, sampah adalah bahan buangan yang tidak berguna dan banyak
menimbulkan masalah pencemaran dan gangguan pada kelestarian lingkungan.
Para ahli
kesehatan Masyarakat Amerika membuat batasan, sampah adalah ( waste ) sesuatu
yang tidak digunakan, tidak dipakai.tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang,
yang berasal dari kegiatan Manusia, dan tidak terjadi dengan sendirinya.
Dari batasan ini
jelas bahwa sampah adalah hasil suatu kegiatan Manusia yang dibuang karena
sudah tidak berguna. Sehingga bukan semua benda padat yang tidak digunakan dan
dibuang disebut sampah. Misalnya : benda benda alam, benda benda yang keluar
dari bumi akibat dari gunung meletus, banjir, pohon dihutan yang tumbang akibat
angin rebut, dan sebagainya. Dengan demikian sampah mengandung prinsip –
prinsip sebagai berikut :
a. Adanya
semua benda atau bahan padat
b. Adanya
hubungan langsung/tak langsung dengan kegiatan Manusia
c. Benda
atau bahan tersebut tidak dipakai lagi
2.
Sumber
Sumber sampah
Menurut
Prof. Soekidjo Notoatmodjo dalam bukunya Ilmu Kesehatan Masyarakat, 2000
a. Sampah
yang berasal dari pemukiman
Sampah ini
berasal dari bahan bahan padat sebagai hasil kegiatan rumah tangga yang sudah
dipakai dan dibuang, seperti : sisa –sisa makanan baik yang sudah dimasak atau
belum, bekas pembungkus baik kertas, plastic daun dan sebagainya, Pakaian –
pakaian bekas, bahan bahan bacaan, perabot rumah tangga, daun daun dari kebun
atau tanaman
b. Sampah
yang berasal dari tempat tempat umum
Sampah ini
berasal dari tempat tempat umum, seperti pasar, tempat tempat hiburan,terminal
bus, stasiun kereta api, dan sebagainya. Sampah ini berupa kertas, plastic,
botol,daun dan sebagainya.
c. Sampah
yang berasal dari perkantoran
Sampah ini dari
perkantoran baik perkantoran pendidikan, perdagangan,departemen,perusahaan, dan
sebagainya. Sampah ini berupa kertas –kertas, plastic, karbon,klip, dan
sebagainya. Umumnya sampah ini bersifat kering, dan mudah terbakar
d. Sampah
yang berasal dari jalan raya :
Sampah ini
berasal dari pembersih jalan, yang umumnya terdiri dari kertas kertas, kardus
–kardus, debu, batu-batuan, pasir, sobekan ban, onderdil-onderdil kendaraan
yang jatuh,daun-daunan,plastic dan sebagainya.
e. Sampah
yang berasal dari industry
Sampah ini
berasal dari kawasan industry,termasuk sampah yang berasal dari pembangunan
industry, dan segala sampah yang berasal dari proses produksi, misalnya
sampah-sampah pengepakan barang, logam, plastic,kayu,potongan tekstil,kaleng
dan sebagainya.
f. Sampah
yang berasal dari pertanian/perkebunan
Sampah ini
sebagai hasil dari perkebunan atau pertanian, misalnya : jerami, sisa
sayur-mayur,batang padi,batang jagung,ranting kayu yang patah dan sebagainya.
g. Sampah
yang berasal dari pertambangan
Sampah ini
berasal dari daerah pertambangan, dan jenisnya tergantung dari jenis usaha
pertambangan itu sendiri, misalnya : batu –batuan,tanah/cadas.pasir,sisa-sisa
pembakaran ( arang ) dan sebagianya.
h. Sampah
yang berasal dari peternakan dan perikanan
Sampah yang
berasal dari peternakan dan perikanan ini, berupa kotoran kotoran ternak,
sisa-sisa makanan bangkai binatang. Dan sebagainya.
Menurut
Prof. Juli Soemirat Slamet, Dalam bukunya Kesehatan Lingkungan ( 2009 ) sampah
dapat dibedakan atas dasar sifat-sifat biologis dan kimianya, sehingga
mempermudah pengelolaannya sebagai berikut :
a. Sampah
yang membusuk
Sampah ini dalam
bahasa inggris disebut garbage, yaitu sampah yang mudah membususk karena
aktifitas mikroorganisme. Dengan demikian pengelolaannya mengehendaki
kecepatan, baik dalam pengumpulan maupun dalam pembuangannya. Pembusukan sampah
ini akan menghasilkan antara lain , gas metan, gas H2S yang bersifat racun bagi
tubuh. Selain beracun, H2S juga berbau busuk sehingga secara estetis tidak dapat
diterima.dinegara yang sedang berkembang seperti Indonesia, sampah kebanyakan
terdiri atas jenis sampah seperti ini. Tetapi, bagi lingkungan sampah ini
relative kurang berbahaya karena dapat terurai dengan sempurna menjadi zat-zat
anorganik yang berguna bagi fotosintesa tumbuhan.
b. Sampah
yang tidak membusuk
Sampah jenis ini
dalam bahasa inggris disebut refuse. Biasanya terdiri atas kertas-kertas,
plastic, logam, gelas,karet, dan lainnya yang tidak dapat membusuk/sulit
membusuk. Sampah ini apabila memungkinkan sebaiknya didaur ulang sehingga dapat
bermanfaat kembali baik melalui suatu proses ataupun secara langsung. Apabila
tidak dapat didaur ulang, maka diperlukan proses untuk memusnahkannya, seperti
pembakaran. Tetapi hasil proses ini masih memerlukan penanganan lebih lanjut.
c. Sampah
yang berbentuk debu/abu
Sampah jenis ini
biasanya berupa debu atau abu hasil pembakaran bahan bakar ataupun sampah.
Sampah seperti ini tentunya tidak membusuk. Tetapi dapat dimanfaatkan untuk
mendatarkan tanah atau penimbunan. Selama tidak mengandung zat yang beracun,
maka abu inipun tidak terlalu berbahaya terhadap lingkungan dan Masyarakat.
Hanya, karena ukuran debu atau abu itu relative kecil, maka fraksi ukuran yanf
< 10 mikron dapat memasuki saluran pernapasan.
d. Sampah
berbahaya
Yang dimaksud
dengan sampah berbahaya adalah sampah yang karena jumlahnya, atau
konsentrasinya, atau karena sifat kimiawi, fisika, dan mikrobiologinya dapat
meningkatkan mortalitas dan morbiditas secara bermakna atau menyebabkan
penyakit yang tidak reversible, potensi menimbulkan bahaya sekarang maupun
dimasa yang akan datang terhadap kesehatan ataupun lingkungan apabila tidak
diolah, ditransport,disimpan dan dibuang dengan baik.
3. Macam-macam dan Karakteristik Sampah
Penggolongan
sampah ini dapat didasarkan atas beberapa kriteria, yaitu didasarkan atas asal,
komposisi, bentuk, lokasi, proses terjadinya, sifat dan jenisnya. Penggolongan
sampah seperti itu penting sekali diketahui dan diadakan, selain untuk
mengetahui macam-macam sampah dan sifatnya juga sebagai dasar penanganan dan
pemanfaatan sampah.
a. Penggolongan
sampah berdasarkan asalnya.
Sampah dapat
dijumpai disegala tempat dan hampir disemua kegiatan. Berdasarkan asalnya, maka
dapat digolongkan sampah-sampah sebagai berikut :
§ Sampah
dari hasil kegiatan rumah tangga. Termasuk dalam hal ini adalah sampah dari
asrama rumah sakit, hotel-hotel dan kantor.
§ Sampah
dari hasil kegiatan industri atau pabrik.
§ Sampah dari hasil kegiatan pertanian. Kegiatan
pertanian meliputi perkebunan, kehutanan, perikanan, dan peternakan. Sampah
dari kegiatan pertanian sering disebut limbah hasil-hasil pertanian.
§ Sampah
dari hasil kegiatan perdagangan, misalnya sampah pasar dan sampah toko.
§ Sampah
dari hasil kegiatan pembangunan.
b. Penggolongan
sampah berdasarkan komposisinya.
Pada suatu
kegiatan mungkin akan menghasilkan jenis sampah yang sama, sehingga
komponen-komponen penyusunan juga akan sama. Misalnya sampah yang hanya terdiri
atas kertas, logam atau daun-daunan saja. Setidak-tidaknya apabila tercampur
dengan bahan-bahan lain, maka sebagian besar komponennya adalah seragam. Karena
itu berdasarkan komposisinya, sampah dibedakan menjadi dua macam :
§ Sampah
yang seragam; sampah dari kegiatan industri pada umumnya termasuk dalam golongan
ini. Sampah dari kantor sering hanya terdiri atas kertas, karton, kertas
karbon, dan masih dapat digolongkan dalam golongan sampah yang seragam.
§ Sampah
yang tidak seragam (campuran), misalnya sampah yang berasal dari pasar atau
sampah dari tempat-tempat umum.
c. Penggolongan
sampah berdasarkan bentuknya.
Sampah dari
rumah-rumah makan pada umumnya merupakan sisa-sisa air pencuci, sisa-sisa
makanan yang bentunya berupa cairan atau seperti bubur. Sedangkan beberapa
pabrik menghasilkan sampah berupa gas, uap air, debu, atau sampah berbentuk
padatan. dengan demikian berdasarkan bentuknya ada tiga macam sampah, yaitu :
§ Sampah
berbentuk padatan (solid), misalnya daun, kertas, karton, kaleng, plastik.
§ Sampah
berbentuk cairan (termasuk bubur), misalnya bekas air pencuci, bahan cairan
yang tumpah. Limbah industri banyak juga yang berbentuk cair atau bubur,
misalnya blotong (tetes) yaitu sampah dari pabrik gula tebu.
§ Sampah
berbentuk gas, misalnya karbon dioksida, ammonia dan gas-gas lainnya.
d. Penggolongan sampah berdasarkan lokasinya.
Baik dikota atau
diluar kota, banyak dijumpai sampah bertumpuk-tumpuk. Berdasarkan lokasi
terpadatnya sampah, dapat dibedakan :
§ Sampah
kota (urban), yaitu sampah yang terkumpul dikota-kota besar.
§ Sampah
daerah, yaitu sampah yang terkumpul di daerah-daerah diluar perkotaan, misalnya
didesa, di daerah permukaan, dipantai.
e. Penggolongan
sampah berdasarkan proses terjadinya.
Berdasarkan
proses terjadinya, dibedakan antara :
§ Sampah
alami, ialah sampah yang terjadinya karena proses alami, misalnya rontoknya
daun-daunan dipekarangan rumah.
§ Sampah
non-alami, ialah sampah yang terjadinya karena kegiatan-kegiatan manusia.
f. Penggolongan
sampah berdasarkan jenisnya.
Berdasarkan atas
jenisnya, sampah dapat digolongkan menjadi sembilan golongan, yaitu :
§ Sampah
makanan (sisa-sisa makanan termasuk makanan ternak )
§ Sampah
kebun atau pekarangan
§ Sampah
kertas
§ Sampah
plastik
§ Sampah
kain
§ Sampah
kayu
§ Sampah
logam
§ Sampah
gelas dan keramik
§ Sampah
berupa abu dan debu (Jurnal penelitian
Cahyadi, 2000)
4.
Sampah atau limbah Bahan,Berbahaya
dan Beracun
Faktor-faktor yang menyebabkan limbah B3 dianggap berbahaya
dan beracun yaitu :
1. Limbah mudah meledak adalah limbah
yang melalui reaksi kimia dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi
yang dengan cepat dapat merusak lingkungan.
2. Limbah mudah terbakar adalah limbah
yang bila berdekatan dengan api, percikan api, gesekan atau sumber nyala lain
akan mudah menyala atau terbakar dan bila telah menyala akan terus terbakar
hebat dalam waktu lama.
3. Limbah reaktif adalah limbah yang
menyebabkan kebakaran karena melepaskan atau menerima oksigen atau limbah
organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi.
4. Limbah beracun adalah limbah yang
mengandung racun yang berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Limbah B3 dapat
menimbulkan kematian atau sakit bila masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan,
kulit atau mulut.
5. Limbah penyebab infeksi adalah
limbah laboratorium yang terinfeksi penyakit atau limbah yang mengandung kuman
penyakit, seperti bagian tubuh manusia yang diamputasi dan cairan tubuh manusia
yang terkena infeksi.
6. Limbah yang bersifat korosif adalah
limbah yang menyebabkan iritasi pada kulit atau mengkorosikan baja, yaitu
memiliki pH sama atau kurang dari 2,0 untuk limbah yang bersifat asam dan lebih
besar dari 12,5 untuk yang bersifat basa.
5.
Macam – Macam Sampah atau limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun
1.
Limbah Rumah Sakit
Menurut Nemathaga dkk. (2007),
beberapa dampak yang dapat ditimbulkan
atas paparan limbah yang dihasilkan rumah sakit adalah: mutagenik, dan
karsinogenik, efek teratogenik, ganguan pernafasan, ganguan sistem saraf pusat,
kerusakan sistem reproduksi dan lain-lain. Menurut Sawalem dkk. (2009), hasil
dari survey personal, 85%, termasuk manajer, staf kebersihan, dan pekerja
lingkungan, tidak terlatih dalam pengelolaan limbah rumah sakit dan tidak
memiliki diskripsi yang jelas tentang pengelolaan limbah. Menurut Yong dkk.
(2008), pengelolaan limbah padat medis sangat penting karena sifatnya yang
berbahaya dan infeksius sehingga dapat menyebabkan efek yang tidak diinginkan
terhadap manusia dan lingkungan.
Limbah padat rumah sakit
adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat akibat kegiatan rumah
sakit yang terdiri dari limbah medis padat dan non medis (Keputusan MenKes R.I.
No.1204/MENKES/SK/X/2004), yaitu :
a. Limbah non medis adalah
limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di luar medis yang berasal dari
dapur, perkantoran, taman dan halaman yang dapat dimanfaatkan kembali apabila
ada teknologi. Penyimpanannya pada tempat sampah berplastik hitam.
b. Limbah medis padat
adalah limbah padat yang terdiri dari :
1) limbah infeksius dan
limbah patologi, penyimpanannya pada tempat sampah berplastik kuning.
2) limbah farmasi (obat
kadaluarsa), penyimpanannya pada tempat sampah berplastik coklat.
3) limbah sitotoksis adalah
limbah berasal dari sisa obat pelayanan kemoterapi. Penyimpanannya pada tempat
sampah berplastik ungu.
4) Limbah medis padat tajam
seperti pecahan gelas, jarum suntik, pipet dan alat medis lainnya.
Penyimpanannya pada safety box/container.
5) Limbah radioaktif adalah
limbah berasal dari penggunaan medis ataupun riset di laboratorium yang
berkaitan dengan zat-zat radioaktif. Penyimpanannya pada tempat sampah
berplastik merah.
2. Limbah Radioaktif
Jenis Limbah Radioaktif
Limbah radioaktif adalah zat
radioaktif dan bahan serta peralatan yang telah terkena zat radioaktif atau
menjadi radioaktif karena pengoperasian instalasi nuklir dan fasilitas
pemanfaatan zat radioaktif, yang tidak dapat digunakan lagi. Limbah radioaktif
berdasarkan bentuk fisiknya terdiri dari limbah radioaktif padat, cair dan gas.
Limbah cair dibedakan menjadi aqueous dan organik, sedangkan limbah padat
dibedakan menjadi tekompaksi - tidak terkompaksi dan terbakar – tidak terbakar.
a.
Limbah Radioaktif Cair
Pada fasilitas produksi radioisotop, limbah radioaktif cair
dihasilkan dari proses pelindihan atau pendinginan material, dalam jumlah kecil
akan mengandung pengotor yang bersifat radioaktif sehingga bersifat aktif. Di
bidang kesehatan, limbah radioaktif cair antara lain hasil ekskresi pasien yang
mendapat terapi atau diagnostik kedokteran nuklir. Zat radioaktif yang
digunakan pada umumnya berumur paro pendek (100 < hari), misalnya 125I,
131I, 99mTc, 32P, dll sehingga cepat mencapai kondisi stabil. Fasilitas
penelitian di bidang kesehatan juga memberikan kontribusi limbah radioaktif
cair melalui hasil ekskresi binatang percobaan. Dengan umur paro sangat pendek,
maka penanganan limbah radioaktif tersebut dilakukan dengan menampung sementara
sebelum dilepas ke badan air. Limbah radioaktif cair untuk jenis organik
kebanyakan diproduksi oleh fasilitas penelitian, yang dapat terdiri dari:
minyak pompa vakum, pelumas, dan larutan sintilasi. Zat radioaktif yang
terkandung pada umumnya 3H dan sebagian kecil 14C, 125I dan 35S. Dalam
pengelolaan limbah cair tersebut harus diperhitungkan pula aktivitas
konsentrasi zat radioaktif yang digunakan, terutama jika zat radioaktif yang
digunakan untuk tujuan penandaan umumnya mempunyai konsentrasi aktivitas sangat
tinggi sehingga harus dipisahkan dengan zat radioaktif yang mempunyai
konsentrasi aktivitas rendah.
b.
Limbah Radioaktif Padat
Kebanyakan limbah radioaktif padat yang dihasilkan dari
fasilitas kesehatan dan laboratorium penelitian mempunyai sifat dapat terbakar,
misalnya: tissue, kertas, kain, karton, sarung tangan, pakaian pelindung,
masker, bangkai binatang dan material biologi lain. Sedangkan limbah radioaktif
tidak dapat bakar antara lain: barang pecah belah, serpihan logam, peralatan
dekontaminasi dan limbah dari fasilitas yang mengalami dekomisioning. Untuk
limbah padat radioaktif sebagai akibat kontaminasi dan limbah sumber radioaktif
selanjutnya dikirimkan ke PTLR-BATAN sebagai badan yang berwenang melakukan
pengolahan limbah radioaktif. Sumber radioaktif yang diimpor dari negara lain
dapat dikirimkan kembali ke negara tersebut sesuai dengan perjanjian.
c.
Limbah Radioaktif Gas
Limbah radioaktif gas dapat dihasilkan pada aplikasi zat
radioaktif terutama bidang kesehatan. Aplikasi khusus dibidang kesehatan
menggunakan zat radioaktif berbentuk gas, misalnya 133Xe, 81mKr, 99mTc dan
pemancar positron berumur paro pendek seperti 18F dan 11C untuk investigasi
terhadap ventilasi paru-paru. Limbah radioaktif berupa hasil respirasi pasien
dikendalikan dengan menempatkan pada tempat khusus untuk membatasi dispersi
radioaktif ke lingkungan. Jenis zat radioaktif yang digunakan relatif tidak
berbahaya karena berumur paro pendek sehingga mudah mencapai kondisi stabil
[4].
d.
Sumber Radioaktif Bekas
Sumber radioaktif yang sudah tidak digunakan lagi memerlukan
pengkondisian dan disposal yang sesuai. Sumber radioaktif bekas dibedakan
menjadi:
1) Sumber dengan umur paro ≤100 hari dengan aktivitas sangat
tinggi.
2) Sumber dengan aktivitas rendah, misalnya untuk tujuan
kalibrasi.
3) Sumber yang berpotensi memberikan bahaya kontaminasi dan
kebocoran.
4) Sumber dengan umur paro >100 hari yang memiliki aktivitas
tinggi maupun rendah
3. Limbah Logam Berat Beracun di
Perairan
Logam berat adalah unsur-unsur kimia
dengan bobot jenis lebih besar dari 5 gr/cm3, terletak di sudut
kanan bawah sistem periodik, mempunyai afinitas yang tinggi terhadap unsur S
dan biasanya bernomor atom 22 sampai 92 dari perioda 4 sampai 7 (Miettinen,
1977). Sebagian logam berat seperti timbal (Pb), kadmium (Cd), dan merkuri (Hg)
merupakan zat pencemar yang berbahaya. Afinitas yang tinggi terhadap unsur S
menyebabkan logam ini menyerang ikatan belerang dalam enzim, sehingga enzim
bersangkutan menjadi tak aktif. Gugus karboksilat (-COOH) dan amina (-NH2)
juga bereaksi dengan logam berat. Kadmium, timbal, dan tembaga terikat pada
sel-sel membran yang menghambat proses transpormasi melalui dinding sel. Logam
berat juga mengendapkan senyawa fosfat biologis atau mengkatalis penguraiannya
(Manahan, 1977).
4. Limbah Udang sebagai Material
Penyerap Logam Berat
Sebagian besar limbah udang berasal
dari kulit, kepala, dan ekornya. Fungsi kulit udang tersebut pada hewan udang
(hewan golongan invertebrata) yaitu sebagai pelindung (Neely dan Wiliam, 1969).
Kulit udang mengandung protein (25 % – 40%), kalsium karbonat (45% – 50%), dan
khitin (15% – 20%), tetapi besarnya kandungan komponen tersebut tergantung pada
jenis udangnya. sedangkan kulit kepiting mengandung protein (15,60% – 23,90%),
kalsium karbonat (53,70 – 78,40%), dan khitin (18,70% – 32,20%), hal ini juga
tergantung pada jenis kepiting dan tempat hidupnya (Focher et al.,
1992). Kandungan khitin dalam kulit udang lebih sedikit dari kulit kepiting,
tetapi kulit udang lebih mudah didapat dan tersedia dalam jumlah yang banyak sebagai
limbah.
5. Limbah Deterjen
Deterjen merupakan produk teknologi
yang strategis, karena telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari
masyarakat modern mulai rumah tangga sampai industri. Deterjen umumnya tersusun
atas lima jenis bahan penyusun, yaitu :
a) surfaktan, yang merupakan senyawa Alkyl Bensen
Sulfonat (ABS) yang berfungsi untuk mengangkat kotoran pada pakaian. ABS
memiliki sifat tahan terhadap penguraian oleh mikroorganisme
(nonbiodegradable).
b) senyawa fosfat (bahan pengisi), yang mencegah
menempelnya kembali kotoran pada bahan yang sedang dicuci. Senyawa fosfat
digunakan oleh semua merk deterjen memberikan andil yang cukup besar terhadap
terjadinya proses eutrofikasi yang menyebabkan Booming Algae (meledaknya
populasi tanaman air)
c) Pemutih dan pewangi (bahan pembantu), zat pemutih
umumnya terdiri dari zat natrium karbonat. Menurut hasil riset organisasi
konsumen Malaysia (CAP) Pemutih dapat menimbulkan kanker pada manusia.
sedangkan untuk penwangi lebih banyak merugikan konsumen karena bahan ini membuat
makin tingginya biaya produksi, sehingga harga jual produk semakin mahal.
Padahal zat pewangi tidak ada kaitannya dengan kemampuan mencuci.
d) bahan penimbul busa, yang sebenarnya tidak diperlukan
dalam proses pencucian dan tidak ada hubungan antara daya bersih dengan busa
yang melimpah.
e) Fluorescent, berguna untuk membuat pakaian
lebih cemerlang.
6. Limbah Tinja
Bagian yang paling berbahaya dari
limbah domestik adalah mikroorganisme patogen yang terkandung dalam
tinja, karena dapat menularkan beragam penyakit bila masuk tubuh manusia, dalam
1 gram tinja mengandung 1 milyar partikel virus infektif, yang mampu bertahan
hidup selama beberapa minggu pada suhu dibawah 10 derajat Celcius. Terdapat 4
mikroorganisme patogen yang terkandung dalam tinja yaitu : virus, Protozoa,
cacing dan bakteri yang umumnya diwakili oleh jenis Escherichia coli (E-coli).
Menurut catatan badan Kesehatan dunia (WHO) melaporkan bahwa air limbah
domestik yang belum diolah memiliki kandungan virus sebesar 100.000 partikel
virus infektif setiap liternya, lebih dari 120 jenis virus patogen yang
terkandung dalam air seni dan tinja. Sebagian besar virus patogen ini tidak
memberikan gejala yang jelas sehingga sulit dilacak penyebabnya.
6.
Jumlah
produksi sampah
Jumlah produksi
sampah untuk daerah di Indonesia diperkirakan sekitar tiga liter per orang
perhari
7.
Faktor
faktor yang mempengaruhi sampah
Sampah baik
kualitas maupun kuantitasnya, sangat dipengaruhi oleh berbagai kegiatan dan
taraf hidup Masyarakat. Beberapa faktor yang penting antara lain :
a. Jumlah
penduduk
Dapat dipahami
dengan mudah bahwa semakin banyak penduduk, semakin banyak pula sampahnya.
Pengelolaan sampah inipun berpacu dengan laju pertumbuhan penduduk (Prof. Juli
Soemirat Slamet, 2009)
b. Keadaan
sosial ekonomi
Semakin tinggi
keadaan sosial ekonomi masyarakat, semakin banyak jumlah per kapita sampah yang
dibuang.kualitas sampahnyapun semakin banyak bersifat tidak dapat membusuk,
perubahan kualitas sampah ini, tergantung pada bahan yang tersedia, peraturan
yang berlaku serta kesadaran masyarakat akan persoalan persampahan. Kenaikan
kesejahteraan inipun akan meningkatkan kegiatan konstruksi dan pembaharuan
bangun-bangunan, transportasipun bertambah , dan produk pertanian, industry dan
lain-lain akan bertambah dengan konsekuensinya bertambahnya volume dan jenis
sampah. (Prof. Juli Soemirat Slamet, 2009)
c. Kemajuan
teknologi
Kemajuan
teknologi akan menambah jumlah maupun kualitas sampah, karena pemakaian bahan
baku yang semakin beragam, cara pengepakan dan produk manufaktur yang semakin
beragam pula. (Prof. Juli Soemirat Slamet, 2009)
d. Sistem
pengumpulan dan pembuangan sampah yang dipakai
Sistem
pengumpulan, pengangkutan sampah yang dipakai sangat mempengaruhi jumlah sampah
yang dikumpulkan. Pengumpulan sampah dengan gerobak dan truk biasa akan berbeda
dengan pengumpulan sampah dengan truk pemadat.(FKM UI, 2000 )
e. Pengambilan
bahan bahan yang ada pada sampah untuk dipakai kembali
Adanya bahan
bahan tertentu pada sampah yang masih mempunyai nilai ekonomi, oleh kelompok
tertentu akan diambil kembali untuk dijual dan dimanfaatkan. Contohnya pecahan
kaca/gelas, besi,plastic,kertas,karton dan lainnya yang masih bernilai ekonomi.
Dengan demikian, jenis sampah tersebut yang dikumpulkan jumlhanya akan
berkurang. Akan tetapi hal tersebut bergantung pada harga pasaran bahan-bahan
tersebut. Bila harga cukup tinggi maka jumlah sampah jenis ini yang dikumpulkan
akan sedikit sekali, karena banyak yang diambil kembali untuk dijual dan
dimanfaatkan. Dan sebaliknya, jika harga pasaran menurun, maka sampah jenis ini
akan bertambah jumlahnya untuk dikelola.(FKM UI, 2000 )
f. Geografi
Faktor geografi
juga mempunyai pengaruh terhadap jumlah dan komposisi sampah padat, misalnya,
didaerah pegunungan sampah dari jenis kayu-kayuan merupakan yang terbanyak,
sedangkan di daerah dataran rendah, sampah dari pertanian mungkin menonjol,
demikian pula di daerah pantai, sampah yang terbanyak adalah yang berhubungan
dengan hasil-hasil laut.( FKM UI,2000 )
g. Kebiasaan
Masyarakat
Kebiasaan
Masyarakat dalam hal ini misalnya kegemaran dalam suatu kelompok Masyarakat
pada jenis makanan tertentu, sehingga produksi sampah yang berasal dari makanan
tersebut dominan. Contoh lain, suku bali dengan adatnya yang serba sesajen akan
menyebabkan produksi sampah yang lebih banyak dari suku lain. ( FKM UI, 2000 )
h. Musim/iklim
Faktor musim
atau iklim akan mempengaruhi jumlah produksi sampah. Contohnya di Indonesia,
pada musim hujan jumlah produksi sampah terlihat meningkat karena adanya sampah
yang terbawa oleh air hujan. Di daerah beriklim dingin, pada musim gugur
produksi sampah meningkat, sedangkan pada musim dingin produksi sampah
berkurang. Juga pada musim panas, terjadi peningkatan produksi sampah terutama
di daerah-daerah pariwisata, karena pada saat itu banyak masyarakat yang
berlibur (FKM UI,2000)
8.
Pengelolaan
Sampah
Mekanisme
pengelolaan sampah dalam UU Nomor 18 Tahun 2008, tentang pengelolaan sampah
meliputi, kegiatan-kegiatan berikut :
a. Pengurangan
sampah
Yaitu kegiatan
untuk mengatasi timbulnya sampah sejak dari produsen sampah (rumah tangga,
pasar, dan lainnya), mengguna ulang sampah dari sumbernya dan/ atau di tempat
pengolahan, dan daur ulang sampah di sumbernya dan di tempat pengolahan.
b. Penanganan
sampah
Yaitu rangkaian
kegiatan penanganan sampah yang mencakup pemilahan ( pengelompokan dan
pemisahan sampah menurut jenis dan sifatnya ),
a. pengumpulan
yaitu memindahkan sampah dari sumber sampah ke TPS atau tempat pengolahan
sampah terpadu.
b. Pengangkutan
yaitu kegiatan memindahkan sampah dari sumber, TPS atau tempat pengolahan
sampah terpadu,
c. pengolahan
hasil akhir yaitu mengubah bentuk, komposisi, karakteristik dan jumlah sampah
agar diproses lebih lanjut, dimanfaatkan atau dikembalikan alam dan pemprosesan
aktif kegiatan pengolahan sampah atau residu hasil pengolahan sebelumnya agar
dapat dikembalikan ke media lingkungan.
9.
Pengelolaan
sampah
Yaitu
tindakan-tindakan yang dilakukan terhadap sampah padat, dimulai dari tahap
pengumpulan di tempat sumber, pngangkutan, penyimpanan, pengolahan pendahuluan
serta pengolahan akhir yang berarti pembuangan atau pemusnahan sampah.
1) Pengumpulan
dan pengangkutan sampah
Pengumpulan
sampah berarti mengumpulkan dan menempatkan sampah ke tempat pengumpulan
sehingga mudah diangkut ke tempat pengolahan atau langsung diolah. Pengumpulan
sampah dimulai di tempat sumber, dimana sampah dihasilkan. Dari sana sampah
diangkut dengan alat angkutan berupa gerobak, truk atau truk pemadat yang
selanjutnya akan diangkut ke tempat pemusnahan sampah.
Sebelum sampah
diangkut ke tempat pemusnahan, kadang-kadang perlu disediakan tempat penampungan
sementara karena kondisi daerah/kota yang menyebabkan semakin kompleksnya
sistem pengangkutan. Pada tempat penampungan sementara ini sampah dipindahkan
dari alat angkut yang lebih besar dan lebih efisien. Pada tahap penampungan
sementara ini dapat diterapkan
penyimpanan sampah, bertujuan untuk menjaga hasil pengumpulan sampah agar tidak
terjadi perubahan yang tidak dikehendaki.
2) Pengolahan
sampah
a. Pengolahan
pendahuluan
Yaitu proses
yang pada prinsipnya menyiapkan bahan masukan sampah padat yang akan diolah,
sehingga sesuai dengan karakteristik teknologi pengolahannya
b. Pengolahan
sampah
Alternatif
pengelolaan sampah yang saniter itu diantaranya :
1. Mengonversikan
sampah menjadi sumber energy yang terkandung di dalam sampah padat melalui :
a) Dekomposisi
oleh mikrobaeba
Pengomposan
adalah dekomposisi biologis secara alami bahan – bahan organic yang dapat
membusuk dalam sampah padat. Dekomposisi akan dipercepat dan lebih efisien jika
dibantu dengan teknologi
Dekomposisi
sampah terjadi sebagai hasil kegiatan mikroorganisme dan inasivertebrate.
Dengan dekomposisi sampah, mikroorganisme dan invertebrate memperoleh makanan
dan energy. Dekomposisi sampah padat menghasilkan CO2, panas,air, dan humus.
Proses dekomposisi pada pembuatan kompos dibantu melalui pengendalian
ventilasi, suhu, dan kelembaban oleh organism yang terdap at didalam sampah.
Dengan demikian, proses dekomposisi dapat berjalan lebih cepat daripada
dibiarkan terdekomposisi sendiri.
b) Pembakaran
terkendali ( Inceneration )
Suatu metode
pemusnahan sampah dengan cara membakar sampah dengan cara besar-besaran dengan
menggunakan fasilitas pabrik.
2. Sanitasi
dalam tanah
Adalah sistem
pemusnahan yang paling baik. Dalam metode ini, pemusnahan sampah dilakukan
dengan cara menimbun sampah dengan tanah yang dilakukan selapis demi selapis.
Dengan demikian sampah tidak berada diruang terbuka dan tentunya tidak
menimbulkan bau atau menjadi sarang binatang pengerat.
3. Memakai
kembali benda benda dari sampah yang masih dapat dipakai dengan cara :
a.
Reuse (Memakai dan memanfaatkan kembali barang-barang yang
sudah tidak terpakai menjadi sesuatu yang baru)
ü Sampah rumah tangga yang bisa
digunakan untuk dimanfaatkan seperti: koran bekas, kardus bekas susu, kaleng
susu, wadah sabun lulur, dsb. Barang-barang tersebut dapat dimanfaatkan sebaik
mungkin misalnya diolah menjadi tempat untuk menyimpan tusuk gigi atau
cotton-but.
ü Selain itu barang-barang bekas
tersebut dapat dimanfaatkan oleh anak-anak, misalnya memanfaatkan buku tulis
lama jika masih ada lembaran yang kosong bisa dipergunakan untuk corat coret,
buku-buku cerita lama dikumpulkan untuk perpustakaan mini di rumah untuk mereka
dan anak-anak sekitar rumah.
ü Menggunakan kembali kantong plastik
belanja, untuk belanja berikutnya.
b.
Recycle (Mendaur ulang kembali barang lama menjadi barang baru)
ü Sampah organik bisa di manfaatkan
sebagai pupuk.
ü Sampah anorganik bisa di daur ulang
menjadi sesuatu yang bisa digunakan kembali contohnya: mendaur ulang kertas
yang tidak di gunakan menjadi kertas kembali, botol plastik bisa di sulap
menjadi tempat alat tulis, plastik detergen, susu, bisa di jadikan tas cantik,
dompet, dll.
ü Disetorkan ke bank sampah yang
kemudian dikonversikan ke tabungan.
10.
Pengaruh
pengelolaan sampah terhadap masyarakat dan lingkungan
1.
Pengaruh
positif dari pengelolaan sampah yang baik
a. Pemanfaatn
sanmpah bagi keperluan masyarakat dan
lingkungan
§ Sampah
dapat dipergunakan untuk menimbun tanah yang kurang baik
§ Sampah
dapat dimanfaatkan sebagai pupuk penyubur tanah dan memperbaiki kondisi tanah.
§ Sampah
dapat dimanfaatkan sebagai makanan ternak
§ Sampah
yang masih bermanfaat dapat diambil kembali untuk didaur ulang dan dimanfaatkan
untuk keperluan lain.
b. Pengaruh
terhadap kesehatan lingkungan dan sosial ekonomi
§ Berkurangnya
tempat untuk berkembang biaknya serangga dan binatang pengerat sehingga dengan
demikian diharapkan kepadatan populasi vector penyakit berkurang.
§ Berkurangnya
insiden penyakit yang erat hubungannya dengan pengelolaan sampah, misalnya
penyakit jamur, penyakit-penyakit yang ditularkan oleh serangga seperti
penyakit saluran pencernaan, dan lain-lain.
§ Keadaan
estetika lingkungan (udara, air, tanah ) lebih saniter sehingga menimbulkan
rasa nyaman bagi Masyarakat.
§ Keadaan
lingkungan yang saniter akan mencerminkan keadaan sosial budaya masyarakat,
terutama terhadap turis luar negeri
§ Keadaan
lingkungan yang baik secara tidak langsung akan menghemat pengeluaran
daerah/devisa sehingga dapat meningkatkan kondisi ekonomi daerah dan negara.
Selain itu, dengan meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, prosuktifitas
masyarakat akan meningkat pula, sehingga dapat meningkatkan taraf sosial
ekonomi Masyarakat.
2.
Pengaruh
negative dari pengelolaan sampah yang kurang baik
a. Pengaruh
terhadap kesehatan Masyarakat
Pengelolaan
sampah yang kurang baik akan menyediakan tempat yang baik bagi vector penyakit,
seperti serangga dan hewan pengerat, sebagai tempat berkembang biak sehingga
dapat mengakibatkan meningkatnya insidens penyakit di Masyarakat sebagai
berikut :
§ Penyakit-penyakit
saluran pencernaan yang ditularkan oleh lalat
§ Penyakit
demam berdarah, yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegipty yang berkembang biak
akibat banyaknya kaleng-kaleng bekas dan genangan air
§ Penyakit
kulit dan penyakit-penyakit parasit lain
§ Penyakit-penyakit
yang ditularkan melalui binatang, misalnya taeniasis
§ Kecelakaan
pada pekerja atau masyarakat, akibat tercecernya potongan-potongan
besi,kaleng,seng, serta pecahan-pecahan kaca
b. Pengaruh
terhadap lingkungan
§ Pengelolaan
sampah yang kurang baik akan menyebabkan estetika lingkungan menjadi kurang
sedap dipandang mata akibat banyaknya tebaran/tumpukan sampah sehingga
mengganggu kenyamanan lingkungan masyarakat
§ Proses
pembusukan sampah oleh mikroorganisme menghasilkan gas-gas tertentu yang dapat
menyebabkan timbulnya bau busuk. Apabila konsentrasi bau busuk tersebut cukup
tinggi, maka dapat menimbulkan keresahan masyarakat
§ Adanya
debu-debu yang berterbangan , dapat mengganggu mata dan pernafasan
§ Resiko
terjadinya kebakaran
§ Pembuangan
sampah akan ke saluran air akan akan menyebabkan pendangkalan saluran dan mengurangi
kemampuan daya aliran saluran. Sehingga bila terjadi hujan, maka dapat
menimbulkan banjir
§ Pembuangan
sampah ke selokan atau badan-badan air tersebut. Selain itu, hasil dekomposisi
biologis dari sampah yang berupa cairan organic dapat mencemari air permukaan
ataupun air tanah dangkal
§ Resiko
terjadinya pencemaran udara, karena meningkatnya konsentrasi debu, asap dan
gas-gas dari sampah padat yang melewati standar kualitas udara.
c. Pengaruh
terhadap sosial masyarakat
§ Pengelolaan
sampah yang kurang baik pada suatu masyarakat dapat mencerminkan status keadaan
sosial masyarakat di daerah tersebut
§ Keadaan
lingkungan yang kurang saniter akan mengurangi daya tarik bagi orang lain,
terutama turis asing, untuk berkunjung ke tempat tersebut.
§ Sampah
yang tidak dikelola dengan baik akan mengurangi kenyamanan dan ketentraman
hidup bermasyarakat.
d. Pengaruh
terhadap perekonomian daerah/nasional
§ Penyakit-penyakit
yang timbul akibat pengelolaan sampah yang kurang baik akan berdampak pada
penurunan produktivitas tenaga kerja, serta kenyamanan dan ketentraman hidup
berkurangnsehingga produksi daerah juga akan menurun
§ Biaya
yang dikeluarkan pemerintah untuk menagani penyakit-penyakit akibat sampah dan
perbaikan lingkungan akibat kerusakan yang timbul dari pengelolaan sampah yang
kurang baik akan semakin meningkat, sehingga alokasi biaya untuk sector-sektor
lain akan semakin berkurang.
§ Berkuarngnya
pengunjung yang datang ke daerah tersebut berarti pula penurunan pemasukan
daerah atau penurunan devisa bagi negara, sehingga dapat berdampak pada
terjadinya kemerosotan ekonomi
§ Pengelolaan
sampah yang kurang baik akan dapat merusak lingkungan, menurunkan kualitas
lingkungan dan sumber alam, sehingga menurunkan mutu produksi yang berasal dari
sumber alam tersebut
§ Pengelolaan
sampah yang kurang baik dapat menyebabkan kemacetan lalu lintas , sehingga
menghambat transportasi barang dan jasa
PERUMUSAN
MASALAH SAMPAH
DENGAN SILK
Ditinjau dari 4 Aspek yaitu:
A. Lingkungan
-
Kementerian Lingkungan Mencatat
penduduk Indonesia menghasilkan 2,5 Liter sampah per hari atau 625 juta Liter
dari total jumlah penduduk.
-
Masalah sampah sudah
menjadi momok masyarakat di berbagai kota besar Indonesia, khususnya Jakarta.
Jakarta sebagai ibukota Indonesia merupakan kota yang terkenal dengan kemacetan
dan banjir.
-
Penyebab Banjir di
Jakarta Salah satunya adalah sampah, kesadaran
masyarakat Jakarta dalam menjaga kebersihan lingkungan terutama dalam hal
membuang sampah memang masih sangat minim. Hal tersebut dilihat dari enggannya
warga ibu kota untuk membuang sampah pada tempatnya, dan masih adanya bangunan
liar yang didirikan di bantaran sungai dan saluran air yang menunjukan bahwa
tidak adanya rasa kepedulian warga Jakarta terhadap lingkungan.
-
Tempat yang kotor,
kumuh, dan dipenuhi banyak sampah bisa membuat orang meyakini bahwa membuang
sampah sembarangan diperbolehkan di tempat tersebut. Mereka bahkan juga tanpa
ragu untuk membuang sampah disana.
-
Pada tahun 2014
dari 5 Lima Wilayah Kota di DKI Jakarta Wilayah Pemerintahan Kota Administrasi
Jakarta Barat Masih menjadi penyumbang sampah terbanyak di ibu kota. Sebanyak
1.528,03 ton perhari. pada saat ini Kecamatan Tambora menjadi penyumbang
terbanyak yaitu berkisar 269 ton/hari
B. Komunitas
-
Sampah merupakan salah satu dari
sekian banyak masalah sosial yang dihadapi masyarakat. Masyarakat kota ataupun
daerah yang padat pendududuknya pasti menghasilkan sampah yang begitu banyak.
-
Dilihat dari
geografis Jakarta Barat merupakan daerah yang memiliki pemukiman yang padat dan
sebagian besar masyarakat banyak yang tinggal dibantaran sungai.
-
Jakarta Barat
merupakan wilayah yang padat penduduk tercatat pada tahun 2010 yaitu sebanyak
2.950.000 jiwa
-
Di Jakarta Barat
jenis sampah yang banyak di hasilkan yaitu sampah
yang berasal dari pemukiman.Sampah
ini berasal dari bahan bahan padat sebagai hasil kegiatan rumah tangga yang
sudah dipakai dan dibuang, seperti : sisa –sisa makanan baik yang sudah dimasak
atau belum, bekas pembungkus baik kertas, plastic daun dan sebagainya, Pakaian
– pakaian bekas, bahan bahan bacaan, perabot rumah tangga, daun daun dari kebun
atau tanaman
-
Kurangnya kesadaran
masyarakat akan pentingnya buang sampah pada tempatnya dan belum mengetahui
dampak buruk dari buang sampah sembarangan.
-
Masyarakat belum
bisa memilah antara sampah organik dan anorganik.
-
Perilaku masyarakat
karena sistem kepercayaan masyarakat kota Jakarta terhadap perilaku dalam
membuang sampah. Hal itu sudah berada dalam alam bawah sadar mereka bahwa
membuang sampah sembarangan bukan menjadi hal yang salah dan wajar untuk
dilakukan
C. Sistem
a. Pengelolaan
sampah
Sebelum
mengelola sampah sesuai dengan alternative yang ada , perlu dilakukan
perencanaan, serta melihat dan memahami jenis sampah yang ada di daerah
pemukiman mulai dari sumber sampah sampai kemudian metode yang digunakan untuk
mengelola sampah tersebut.
1) Mengumpulkan
sampah yaitu ditempatkan pada tempat sampah yang sudah ada sehingga tidak
berserakan
2) Pemisahan
yaitu memisahkan jenis sampah berdasarkan sifatnya jenis sampah didaerah
pemukiman yaitu sampah Organik dan Anorganik
b. Pengelolaan
Akhir
Pada
pengelolaan sampah pemukiman yang sebagian besar jenis sampahnya yaitu sampah
Rumah Tangga, pengelolaannya dapat dilakukan dengan pengelolaan sampah berbasis
Masyarakat. Sehingga Masyarakat dapat mengelola sendiri sampahnya dan
meminimalkan penumpukan sampah di TPA
Berdasarkan
Jenis dan Karakteristik sampah di Jakarta yang sebagian besar berasal dari
sampah pemukiman yaitu sampah Rumah Tangga, Ada 3 cara yang bisa dilakukan :.
1. Composting
a. Penyiapan wadah pembuatan kompos
Sediakan ember, pot bekas, ataupun wadah lainnya, upayakan terbuat dari plastik untuk menghindari karat akibat air lindi kompos. Lubangi bagian dasar dan letakkan di wadah yang dapat menampung rembesan air dari dalamnya.
Sediakan ember, pot bekas, ataupun wadah lainnya, upayakan terbuat dari plastik untuk menghindari karat akibat air lindi kompos. Lubangi bagian dasar dan letakkan di wadah yang dapat menampung rembesan air dari dalamnya.
b. Penyiapan bahan baku kompos
Proses awal dari pembuatan kompos bahan baku berupa sampah organik. Yang dimaksud dengan sampah organik di sini adalah sampah sisa-sisa buangan dapur seperti sisa nasi, sayuran, buah-buahan, daun tanaman dan sampah organik sejenis lainnya. Untuk menghasilkan sampah organik yang bersih maka harus dilakukan pemilahan antara sampah organik dan sampah non-organik. Pemilahan ini dilakukan karena sampah anorganik dapat mempersulit proses pengomposan. Untuk mempermudah proses pengomposan, sampah yang masih berbentuk memanjang terlebih dahulu dipotong-potong secara manual hingga mencapai ukuran ± 5 cm.
Proses awal dari pembuatan kompos bahan baku berupa sampah organik. Yang dimaksud dengan sampah organik di sini adalah sampah sisa-sisa buangan dapur seperti sisa nasi, sayuran, buah-buahan, daun tanaman dan sampah organik sejenis lainnya. Untuk menghasilkan sampah organik yang bersih maka harus dilakukan pemilahan antara sampah organik dan sampah non-organik. Pemilahan ini dilakukan karena sampah anorganik dapat mempersulit proses pengomposan. Untuk mempermudah proses pengomposan, sampah yang masih berbentuk memanjang terlebih dahulu dipotong-potong secara manual hingga mencapai ukuran ± 5 cm.
c. Pembuatan tumpukan
Tahapan selanjutnya adalah membuat tumpukan. Sampah organik hasil proses pemilahan ditumpukkan di wadah pengomposan. Masukkan sampah organik ke dalam wadah (drum) setiap hari. Taburi dengan sedikit tanah, serbuk gergaji, atau kapur secara berkala. Bila Anda memiliki kotoran binatang, kotoran tersebut bisa ditambahkan pada tumpukan tadi untuk meningkatkan kualitas kompos. Setelah penuh, tutup drum dengan tanah dan diamkan selama dua bulan. Setelah itu kompos sudah dapat dipanen sebagai kompos matang.
Tahapan selanjutnya adalah membuat tumpukan. Sampah organik hasil proses pemilahan ditumpukkan di wadah pengomposan. Masukkan sampah organik ke dalam wadah (drum) setiap hari. Taburi dengan sedikit tanah, serbuk gergaji, atau kapur secara berkala. Bila Anda memiliki kotoran binatang, kotoran tersebut bisa ditambahkan pada tumpukan tadi untuk meningkatkan kualitas kompos. Setelah penuh, tutup drum dengan tanah dan diamkan selama dua bulan. Setelah itu kompos sudah dapat dipanen sebagai kompos matang.
d. Penyiraman
Proses selanjutnya adalah menyiram tumpukan tersebut dengan air secara merata. Proses penyiraman ini dilakukan agar bakteri dapat bekerja secara optimal. Proses ini dilakukan jika tumpukan sampah terlalu kering. Kadar air yang ideal dari tumpukan sampah selama proses pengomposan adalah antara 50- 60% dengan nilai optimal sekitar 55%.
Proses selanjutnya adalah menyiram tumpukan tersebut dengan air secara merata. Proses penyiraman ini dilakukan agar bakteri dapat bekerja secara optimal. Proses ini dilakukan jika tumpukan sampah terlalu kering. Kadar air yang ideal dari tumpukan sampah selama proses pengomposan adalah antara 50- 60% dengan nilai optimal sekitar 55%.
e. Pemantauan suhu
Proses selanjutnya adalah melakukan pengukuran suhu pada tumpukan dengan termometer kompos. Cara pemantauan suhu adalah dengan menancapkan termometer ke dalam tumpukan sampah dan biarkan sampai jarum penunjuk suhu posisinya tidak berubah-ubah lagi. Agar bakteri patogen dan bibit gulma mati maka suhu harus dipertahankan pada kisaran 60-70 °C.
Proses selanjutnya adalah melakukan pengukuran suhu pada tumpukan dengan termometer kompos. Cara pemantauan suhu adalah dengan menancapkan termometer ke dalam tumpukan sampah dan biarkan sampai jarum penunjuk suhu posisinya tidak berubah-ubah lagi. Agar bakteri patogen dan bibit gulma mati maka suhu harus dipertahankan pada kisaran 60-70 °C.
f. Pengayakan
Proses selanjutnya adalah melakukan pengayakan dengan tujuan untuk memperoleh ukuran butiran yang seragam. Pengayakan dilakukan karena dikhawatirkan terdapat bahan anorganik seperti kaleng/logam lainnya, plastik, dan bahan lain yang masih tertinggal dan sulit terdekomposisi terdapat di dalam tumpukan sehingga kualitas kompos yang dihasilkan kurang baik. Hasil dari proses pengayakan ini adalah kompos yang halus dan yang kasar. Kompos halus biasanya untuk tanaman hias dan tanaman kecil lainnya, sementara yang kasar dapat digunakan untuk tanaman buah-buahan serta tanaman besar lainnya
Proses selanjutnya adalah melakukan pengayakan dengan tujuan untuk memperoleh ukuran butiran yang seragam. Pengayakan dilakukan karena dikhawatirkan terdapat bahan anorganik seperti kaleng/logam lainnya, plastik, dan bahan lain yang masih tertinggal dan sulit terdekomposisi terdapat di dalam tumpukan sehingga kualitas kompos yang dihasilkan kurang baik. Hasil dari proses pengayakan ini adalah kompos yang halus dan yang kasar. Kompos halus biasanya untuk tanaman hias dan tanaman kecil lainnya, sementara yang kasar dapat digunakan untuk tanaman buah-buahan serta tanaman besar lainnya
g. Pengemasan
Setelah diayak maka kompos siap untuk dikemas ke dalam karung atau plastik yang kedap air dan bisa disimpan, bisa digunakan sendiri ataupun dipasarkan.
Setelah diayak maka kompos siap untuk dikemas ke dalam karung atau plastik yang kedap air dan bisa disimpan, bisa digunakan sendiri ataupun dipasarkan.
2. Reduce (Mengurangi sampah dengan
mengurangi pemakaian barang atau benda yang tidak terlalu kita butuhkan)
a) Kurangi pemakaian kantong plastik.
Biasanya sampah rumah tangga yang paling sering di jumpai adalah sampah dari
kantong plastik yang dipakai sekali lalu dibuang. Padahal, plastik adalah
sampah yang perlu ratusan tahun (200-300 tahun) untuk terurai kembali. Karena
itu, pakailah tas kain yang awet dan bisa dipakai berulang-ulang.
b) Mengatur dan merencanakan pembelian
kebutuhan rumah tangga secara rutin misalnya sekali sebulan atau sekali
seminggu.
c) Mengutamakan membeli produk
berwadah, sehingga bisa diisi ulang.
d) Memperbaiki barang-barang yang rusak
(jika masih bisa diperbaiki).
e) Membeli produk atau barang yang
tahan lama.
3. Reuse (Memakai dan memanfaatkan
kembali barang-barang yang sudah tidak terpakai menjadi sesuatu yang baru)
a) Sampah rumah tangga yang bisa
digunakan untuk dimanfaatkan seperti: koran bekas, kardus bekas susu, kaleng
susu, wadah sabun lulur, dsb. Barang-barang tersebut dapat dimanfaatkan sebaik
mungkin misalnya diolah menjadi tempat untuk menyimpan tusuk gigi atau
cotton-but.
b) Selain itu barang-barang bekas
tersebut dapat dimanfaatkan oleh anak-anak, misalnya memanfaatkan buku tulis
lama jika masih ada lembaran yang kosong bisa dipergunakan untuk corat coret,
buku-buku cerita lama dikumpulkan untuk perpustakaan mini di rumah untuk mereka
dan anak-anak sekitar rumah.
c) Menggunakan kembali kantong plastik
belanja, untuk belanja berikutnya.
4. Recycle (Mendaur ulang kembali barang
lama menjadi barang baru)
ü Sampah organik bisa di manfaatkan
sebagai pupuk.
ü Sampah anorganik bisa di daur ulang
menjadi sesuatu yang bisa digunakan kembali contohnya: mendaur ulang kertas
yang tidak di gunakan menjadi kertas kembali, botol plastik bisa di sulap
menjadi tempat alat tulis, plastik detergen, susu, bisa di jadikan tas cantik,
dompet, dll.
ü Disetorkan ke bank sampah yang
kemudian dikonversikan ke tabungan.
D. Infrastruktur
-
Jakarta Tidak
memiliki Tempat Pembuangan sampah Akhir (TPA), sehingga masih menyewa TPA
Bantar Gebang Bekasi, dengan harga sewa
yang sangat fantastis yaitu 400 juta/hari.
-
Kurangnya jumlah
tempat-tempat sampah di tempat-tempat umum, pembagian tempat sampah sendiri
harus dipisahkan mana yang organik dan mana tempat sampah untuk anorganik agar
sampah mudah untuk diolah nantinya.
-
Kurangnya slogan-slogan yang menjelaskan
mengenai manfaat lingkungan yang bersih dan larangan untuk membuang sampah.
-
Unit mobil
pengangkut sampah masih kurang hanya berjumlah 169 armada.
-
Lokasi pembuangan
sampah sementara berjumlah 261 yang terdiri dari poul kontainer, poul gerobak,
dipo dan bak beton.
Setelah
Melihat sistem yang digunakan Infrastruktur yang dibutuhkan yaitu :
-
Yang dibutuhkan untuk
pengelolaan sampah berbasis Masyarakat yaitu Mesin untuk memudahkan proses
pengomposan, Jika tidak ada mesin pengomposan bisa menggunakan tong/drum
besar,ember dan pot bekas
-
Lahan yang luas sebagai
area pengomposan
-
Adanya lembaga khusus
yang memberikan pelatihan pelatihan tentang pemanfaatan /pengolahan sampah
sesuai potensi Masyarakat yang dapat dikembangkan
-
Adanya kader –kader “
militan lingkungan “
-
Adanya Bank Sampah
ditiap Desa atau kecamatan
BAB
III
APENDIKS
PERATURAN
MENTERI DALAM NEGERINOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,
1.
Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437), sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4844);
2.
Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4851);
3.
Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4916);
4.
Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5059);
5.
Peraturan
Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
6.
Peraturan
Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 112, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4761);
7.
Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4502);
8.
Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 61 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah;
9.
Keputusan MenKes R.I. No.1204/MENKES/SK/X/2004
DAFTAR PUSTAKA
Dinas
Kesehatan DKI Jakarta, 2009
Dr.
Budiman Chandra, Pengantar Kesehatan Lingkungan
( 2012 )
Prof.
Dr. dr. Rachmadi Purwana, SKM. Manajemen
Kedaruratan Kesehatan Lingkungan Dalam Kejadian Bencana ( 2013 )
Prof.
Juli Soemirat Slamet, Kesehatan
Lingkungan ( 2009 )
Prof.Soekidjo
Notoatmodjo. Ilmu Kesehatan Masyarakat,
2003
Isti sujandri ,Jurnal Teknik
Industri, 2009. “ Model Dinamis Pengelolaan Sampah Untuk Mengurangi Beban
Penumpukan”. Jurnal Teknik Industri.Vol.
11, No 2. PP.134-147
Jurnal
penelitian Cahyadi,FKM UI. 2000
Muhammad D, Yulinah T. “Kajian Pengelolaan Limbah Padat Jenis B3 Di Rumah Sakit Bhayangkara Surabaya “ Jurnal Teknik Lingkungan, Jurusan Teknik Kimia.
Mokhamad
A, Yus A. “ Strategi pengelOlaan limbah radioaktif di Indonesia ditinjau dari
konsep Cradle to grave “ Jurnal Teknologi
Pengelolaan Limbah, Pusat Pengkajian Sistem dan Teknologi Pengawasan
Fasilitas Radiasi dan Zat Radioaktif- BAPETEN, Jakarta 2010. Vol 13.No 2,Hal
1-54
Rinna
Nurjannah.Limbah Rumah Sakit, Hasan
Sadikin Bandung, Diunduh dari http;//web.rshs.or.id/edukasi/limbah-rumah-sakit/,
pada 21 Januari 2016.
https://abrar4lesson4tutorial4ever.wordpress.com/tag/teknik-lingkungan/
Undang
Undang No 8 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah
0 komentar:
Posting Komentar