Business

Senin, 05 Desember 2016

GIZI DAN PREMENSTRUAL SYNDROM



GIZI DALAM KESEHATAN REPRODUKSI
 GIZI DAN PREMENSTRUAL SYNDROM
( Dosen : Prof. Dr. dr. Kusharisupeni, MSc. )

Disusun Oleh :
Fibrianti           150510012
   


PROGRAM PASCASARJANA ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA
2016







BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Menstruasi atau yang biasa disebut haid, adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang dipengaruhi oleh hormone reproduksi. Menstruasi tersebut ditandai dengan pendarahan dari rahim disertai pelepasan selaput lender rahim yang terjadi secara periodic dan siklik ( bulanan ). Setiap wanita yang sehat , tidak sedang hamil, dan tidak menopause, akan mendapat menstruasi secara teratur pada setiap bulannya.
Gangguan menstruasi merupakan salah satu masalah yang sering meresahkan setiap wanita. Ada gangguan ini harus dirasakan setiap bulan baik sebelum menjelang masa haid ataupun pada masa haid berlangsung. Pada beberapa kasus, gangguan ini biasanya hilang seiring dengan perkembangan tubuh termasuk aktivitas yang dilakukan. Pada kejadian nyeri haid (dysmenorea) sendiri pada keadaan tertentu akan menghilang setelah menjelang pernikahan.
Namun pada beberapa kejadian pula, beberapa masalah gangguan datang bulan juga cenderung masih dirasakan oleh sebagian besar wanita . hal ini tentunya akan menambah resah dari kaum wanita itu sendiri yang dapat berdampak pada aktifitas kerja yang terhambat dan tentunya mempengaruhi tingkat produktivitas meskipun itu pada waktu yang tidak lama. Bagi mereka yang mengeluhkan  adanya gangguan menstruasi sekiranya dapat mengkonsultasikan pada petugas kesehatan.
Hal mendasar yang perlu kita pahami bersama bahwa gangguan menstruasi pada dasarnya berhubungan erat dengan adanya gangguan hormone terutama yang berhubungan dengan hormone seksual pada wanita yaitu progesterone, estrogen, LH dan FSH. Hormone –hormon seksual tersebut sangat berfungsi pada sistem reproduksi wanita, namun pada beberapa kejadian terjadi peningkatan salah satu saja yang menunjukan ketidakseimbangan sintesis hormone dalam tubuh dan hal ini akan mempengaruhi fungsi kerja hormone lain termasuk kerja organ reproduksi yang mempengaruhi perangsangan terjadinya gangguan menstruasi
Gangguan menstruasi yang sering dialami wanita adalah sindrom pramenstruasi atau dikenal dengan PMS. Gejala PMS yang dirasakan pada setiap wanita umumnya berbeda-beda . ada yang sangat mengganggu kehidupan sehari-hari mereka, tetapi ada pula yang tidak sama sekali. Gejala PMS tersebut seperti perut kembung, payudara bengkak dan nyeri,kelelahan,sakit kepala,mudah marah, emosi dan depresi. Sindrom tersebut biasanya daialami dua minggu sebelum datangnya menstruasi dan berhenti saat darah mulai keluar,tetapi bisa juga berlanjut.
PMS berhubungan dengan perubahan hormon tubuh. Sebagai kadar hormon naik dan turun selama siklus menstruasi wanita, mereka dapat mempengaruhi cara dia merasa, baik secara emosional dan fisik. Ini adalah suatu kondisi yang terjadi selama fase pramenstruasi (Sebelum periode) dari siklus menstruasi. Penyebabnya tidak jelas tetapi teori meliputi: kadar hormon normal,lainnyakelainan biokimia, diet yang tidak pantas, kekurangan gizi, faktor fisiologis atau kombinasi dari banyak faktor (Cross et al, 2001, dalam Jurnal internasional Shaipali Pathaq )
Adanya gangguan dari kerja sistem hormonal ini salah satunya terkait dengan status gizi. Dimana status gizi akan mempengatuhi kerja berupa peningkatan , keseimbangan ataupun penurunan. Status gizi sendiri pada dasarnya dipengatuhi oleh banyak faktor namun secara umum dipengaruhi oleh adanya infeksi dan asupan makanan.
Ernawati dkk, dalam penelitian Megawati Sabula, menyebutkan Angka kejadian PMS cukup tinggi, yaitu hampir 75% wanita usia subur di seluruh dunia mengalami pramenstruasi sindrom. Di Amerika kejadiannya mencapai 70-90%, Swedia sekitar 61-85%, Maroko 51,2%, Australia 85%, Taiwan 73%, dan Jepang mencapai 95% yang mengalami sindrom pramenstruasi. Negara Indonesia sendiri angka kejadiannya sekitar 70-90%. Penelitian sebelumnya tentang PMS yang di lakukan di Surakarta menyebutkan 70% mengalami PMS
Dalam suatu penelitian pada tahun 2010 yang berjudul The Phenomenology of Premenstrual Syndrome in Female Medical Students yang melibatkan 250 mahasiswa kedokteran di College of Medicine, King Faisal University, Saudi Arabia menunjukkan 35.6% kasus PMS dimana 45% ringan, 32.6% sedang dan 22.4% berat. Terdapat beberapa faktor utama yang mendasari kejadian PMS ini diantaranya adalah usia, faktor lingkungan, menarke pada usia sangat muda, regularitas haid dan riwayat keluarga yang pernah menderita PMS ( Safara N, 2012 )
Berdasarkan data yang diperoleh dari departemen kesehatan tahun 2009 tentang prevalensi sindrom premenstrual di Indonesia, diperoleh hasil sebanyak 40 % wanita Indonesia mengalami sindrom pramenstruasi dan sebanyak 20-10% mengalami gejala berat.
Dalam penelitian Indah Kartika Sari, 2015 , Di Indonesia dari 260 orang wanita usia subur, ditemukan sebanyak 95% memiliki setidaknya satu gejala sindrom pramenstruasi, dengan tingkat sindrom pramenstruasi sedang hingga berat sebesar 3,9%
(Emilia, 2008). Penelitian yang dilakukan di kota Padang menunjukkan bahwa 51,8% siswi SMA mengalami sindrom pramenstruasi (Siantina, 2010). Sedangkan penelitian yang dilakukan di kota Purworejo pada siswi SMA, prevalensi sindrom pramenstruasi sebanyak 24,6% (Nurmiaty dkk., 2011). Penelitian lainnya juga dilakukan pada siswi SMA di kota Bogor, ditemukan bahwa seluruh responden mengalami sindrom pramenstruasi, dengan jenis keluhan ringan sebanyak 32,2% dan keluhan sedang sampai berat sebanyak 67,8% (Aldira, 2014).
Penelitian yang dilakukan di Jakarta terhadap siswi SMK Jakarta Selatan didapatkan sebanyak 45% siswi mengalami sindrom pramenstruasi (Devi, 2009). Penelitian selanjutnya di SMA “X”
di Kecamatan Pulo Gadung Jakarta Timur didapatkan bahwa sebanyak 43,9% siswi mengalami sindrom pramenstruasi (Sianipar dkk., 2009). Kemudian penelitian yang dilakukan di MAN 4 Jakarta Selatan menemukan sebanyak 28,66% siswi yang mengalami sindrom pramenstruasi.





BAB II
TINJAUAN TEORI
1.      Pengertian
Zat gizi ( Nutrient ) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energy, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan ( Sunita, 2002 )
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi, dibedakan antara status gizi buruk, baik, kurang dan lebih.( Sunita, 2002 )
Premenstrual syndrome adalah kombinasi gejala yang terjadi sebelum haid dan menghilang setelah haid keluar. Gejala utama meliputi sakit kepala, letih, sakit pinggang, pembesaran dan sakit pada payudara serta perasaan began pada perut.( Nana N, dkk. 2014 )
Pramenstruasi syndrome merupakan suatu kondisi dimana wanita lebih sensitif terhadap perasaan dan tubuhnya. Gejala yang ditimbulkan bisa ringan hingga berat tergantung personnya. syndrome ini dapat menyerang baik secara psikologis (mudah cemas, depresi, insomnia, bingung) maupun fisik (pusing, sakit kepala, nyeri sendi, sembelit hingga pingsan).(Koes Irianto, 2015)

2.      Penyebab Premenstrual syndrome
Sampai saat ini , penyebab pasti dari sindrom ini belum diketahui dengan jelas. Namun demikian, sindrom ini biasanya lebih mudah terjadi pada wanita yang lebih peka terhadap hormonal dalam siklus menstruasi, Penyebab PMS sampai saat ini belum dapat dipaparkan dengan jelas, tetapi pendapat sementara penyebab PMS ini adalah sebagai berikut:
a.       Ketidak seimbangan hormon estrogen dan progesterone.pada saat menjelang menstruasi terjadi ketidakseimbangan hormon ,yaitu kadar hormon estrogen meningkat dan mempengaruhi terjadinya retensi air, sehingga uterus dan jaringan tubuh mengandung banyak air. Dengan demikian, perut terasa kembung, payudara bengkak dan nyeri, sakit kepala, dan kelelahan. Pada saat bersamaan, terjadi pula perubahan neurotransmitter dan zat kimia diotak wanita, sehingga hal ini mempengaruhi psikologis seorang wanita menjadi mudah marah, cepat tersinggung dan emosional.
b.     
Interaksi dari kekurangan serotonin ( sistem pembawa pesan diotak ), magnesium dan kalsium, turunnya gula darah, perubahan kadar hormon seks yang cepat , dan kadar beta endorphin yang berlebihan sehingga muncul gejala baik fisik maupun emosional.
Serotonin adalah hormon atau senyawa kimia yang berfungsi sebagai penghantar pesan ( Neurotransmitter ) dari satu bagian otak kebagian otak lainnya , sebagai neurotransmitter , lebih dari 40 juta otak baik secara langsung maupun tidak langsung dipengaruhi oleh serotonin, serotonin didistribusikan secara luas, sehingga mempengaruhi keadaan psikologis, fungsi serotonin di dalam otak adalah mempengaruhi mood/perasaan seseorang, mempengaruhi keinginan atau hasrat seseorang. Asupan makanan yang kurang akan menurunkan produksi asam amino, produksi asam amino yang sedikit inilah yang mempengaruhi persediaan serotonin di dalam otak. Serotonin dikenal sebagai hormon kebahagiaan serotonin dalam keadaan normal akan menimbulkan perasaan bahagia.
3.      Faktor Resiko Premenstrual Syndrom
selain itu, ada pula beberapa faktor yang meningkatkan risiko terjadinya sindrom ini, diantaranya adalah sebagai berikut :
a.       Pola makan
Penurunan asupan garam dan karbohidrat (nasi, kentang, roti) dapat mencegah edema (bengkak)pada beberapa wanita. Penurunan konsumsi kafein (kopi) juga dapat menurunkan ketegangan, kecemasan dan insomnia (sulit tidur). Pola makan disarankan lebih sering namun dalam porsi kecil karena berdasarkan bukti bahwa selama periode premenstruasi terdapat gangguan pengambilan glukosa untuk energi.  Menjaga berat badan, karena berat badan yang berlebihan dapat meningkatkan risiko menderita premenstrual syndrome (PMS). Selain itu faktor kebiasaan mengonsumsi makanan atau minuman yang tinggi gula dan garam , kopi,the, cokelat,minuman bersoda, produk susu, serta makanan olahan dapat memperberat gejala PMS

b.      Adanya keterkaitan antara PMS dan status gizi seorang wanita.
Dalam Kemenkes (2011) disebutkan bahwa terdapat lima jenis status gizi, yaitu sangat kurus, kurus, normal, gemuk, dan obesitas. Pada orang dengan berat badan berlebih terutama obesitas maka kolesterol akan cenderung meningkat yang disebabkan oleh gangguan regulasi asam lemak dan ester kolesterol. Menurut Moran dan Norman, dalam penelitian Rendi Retissu, Sjafril Sanusi, Amalia Muhaimin, Lantip Rujito Majalah Kedokteran FK UKI 2010,  hubungan antara indeks massa tubuh dengan sindroma Pramenstruasi adalah melalui kerja hormoninsulin. Kadar insulin di dalam tubuh berbanding lurus dengan persentase lemakdi dalam tubuh. Peningkatan persentase lemak di dalam tubuh menimbulkanperubahan pada sensitivitas dan sekresi insulin.
Pada orang yang overweight akanterjadi peningkatan kadar glukosa darah secara langsung. Peningkatan kadarglukosa darah akan berakibat terjadi glukoneogenesis. Hal itu akan mempengaruhi kadar insulin yang terusmeningkat, yang disebut denganhiperinsulinemia. Selain itu insulin secaralangsung dapat menurunkan sex-hormonebinding globulin (SHBG) pada perempuanoverweight. Sex-hormone binding globulinbekerja berlawanan dengan insulin yaitu menekan produksi androgen. Sedangkaninsulin bekerja pada proses steroidogenesis untuk merangsang sel teka untuk memproduksi androgen dan memiliki efek pertumbuhan pada sel stroma. Tingginya kadar insulin akan menekan produksi SHBG, dan akhirnya terjadi hiperandrogen. Meningkatnya persentase lemak di dalam tubuh akan menurunkan regulasi reseptor insulin yang berakibat peningkatan sekresi insulin.
Teori lain mengatakan hiperestrogenisme pada perempuan yang mengalami overweight, disebabkan peningkatan persentase lemak di dalam tubuh. Diketahui bahwa lemak terutama kolesterol merupakan bahan dasar pembentukan estrogen.Kolesterol akan diubah menjadi androgen di dalam sel akibat rangsangan LH.Selanjutnyaandrogen tersebut akan diubah menjadi estrogen di dalam sel granulosa oleh rangsangan FSH. Peningkatan kadarestrogen adalah berbanding lurus dengan peningkatan persentase lemak di dalam tubuh, yang artinya semakin tinggi indeksmassa tubuh, akan semakin besar risiko seorang perempuan untuk mengalami sindroma premenstruasi
Hal tersebut sesuai dengan Seperti penelitian yang dilakukan oleh Apriliana Maria Namsa  Henry Palandeng  Vandri D. Kallo tentang  Hubungan Status Gizi Dengan Sindrom Pre Menstruasi  Pada Remaja Putri Di Sma Frater Don Bosco Manado”  Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.Dari hasil analisisnya hubungan status gizi dengan sindrom pre menstruasi pada remaja putri di SMA Frater Don Bosco dapat dilihat bahwa dari 60responden, ada 28 responden yang mengalami sindrom pre menstruasi ringan diantaranya 7responden (11,7%) dengan status gizi kurus, 19responden (31,7%) denganstatus gizi normal dan 2 responden (3,33%) denganstatus gizi gemuk, dan ada 32 responden dengan sindrom pre menstruasi sedang diantaranya 1 responden (1,7%) dengan status gizi kurus, 10 responden (16,6%) dengan status gizi normal dan 21 responden (35%) dengan status gizi gemuk.
Hasil uji statistik Chi Squaredidapatkan nilai p= 0,000. Hal ini Berarti nilai p lebih kecil dari α (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara status gizi dengan sindrom pre menstruasipada remaja putri di SMA Frater Don BoscoManado
c.       Riwayat Keluarga
Genetik merupakan faktor yang memberikan peranan penting dalam kejadian PMS,peran genetic ini dapat dilihat dari riwayat keuarga, keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah anggota keluarga kandung yaitu ibu dan saudara perempuan. Jika riwayat PMS ada pada salah satu anggota keluarga tersebut. Maka seseorang bisa dikatakan memiliki resiko lebih besar menderita PMS. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Indah Kartika sari tahun 2015. Melakukan penelitian di SMA 112 Jakarta, tahun 201. Berdasarkan hasil penelitiannya ada hubungan antara Riwayat keluarga dengan Kejadian Premenstrual syndrome pada Anak SMA tersebut.
d.      Wanita yang pernah melahirkan
Faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya PMS yang pertama adalah pada wanita yang melahirkan. Bahkan , bila wanita itu telah melahirkan beberapa orang anak, maka PMS dapat semakin berat
e.       Status perkawinan
Dalam hal ini ,wanita yang sudah menikah memiliki potensi mengalami PMS lebih banyak daripada wanita yang belum menikah
ü  Status perkawinan dan status kesehatan juga mempunyai keterkaitan. Wanita yang telah menikah pada umumnya mempunyai angka kesakitan dan kematian yang lebih rendah dan biasanya mempunyai kesehatan fisik dan mental yang lebih baik daripada wanita yang tidak menikah (Burman & Margolin dalam Haijiang Wang, 2005).
ü  Sebuah penelitian pada tahun 1994 yang berjudul Biological, Social and Behavioral Factors Associated with Premenstrual Syndrome yang melibatkan 874 wanita di Virginia menemukan fakta bahwa mereka yang telah menikah cenderung mempunyai resiko yang lebih kecil untuk mengalami PMS (3,7%) dari pada mereka yang tidak menikah (12,6%) (Deuster, 1999 dalam Maulana, 2008).
f.       Usia
Usia juga menjadi faktor resiko yang dapat meningkatkan terjadinya PMS. Dalam hal ini, semakin bertambah usia anda, maka PMS akan semakin sering, dan biasanya PMS sering terjadi pada wanita dengan usia 30-45 tahun.
g.      Stress
Faktor stres akan memperberat gangguan PMS.Hal ini sangat mempengaruhi kejiwaan dan koping seseorang dalam menyelesaikan masalah. Stres merupakan reaksi tanggung jawab seseorang, baik secara fisik maupun psikologis karna adanya perubahan. kemarahan, kecemasan dan bentuk lain emosi merupakan reaksi stres. Menyatakan ketegangan merupakan respon psikologis dan fisiologis seseorang terhadap stressor berupa ketakutan,kemarahan, kecemasan, frustasi atau aktivitas saraf otonom. (Rahajeng,2006).
Suheimi (2008), mengatakan bahwa penyebab terjadinya gejala PMS adalah interaksi yang kompleks antara hormon, nutrisi esensial dan neurotransmitter yang dikombinasikan dengan stress psikologis. Jadi PMS, merupakan keadaan abnormalitas dari wanita untuk beradaptasi terhadap perubahan fluktuasi hormonal bulanannya. Kehidupan yang penuh stres akan memperparah gejala-gejala fisik maupun psikologis dari sindroma pra menstruasi ini. Beberapa wanita melaporkan gangguan hidup yang parah akibat PMS, yang secara negatif mempengaruhi hubungan interpersonal mereka.
h.       Kekurangan zat-zat gizi. Ada beberapa zat gizi yang apabila zat gizi tersebut kurang dalam tubuh meningkatkan risiko terjadinya PMS . adapun zat zat gizi yang dimaksud adalah vitamin B ( terutama B6 ), Vitamin E, Vitamin C, magnesium, zat besi, seng, mangan, dan asam lemak linoleat.
i.        Kegiatan fisik. Faktor risiko berikutnya yang dapat memperberat PMS adalah kurang berolahraga dan aktifitas fisik ( Khamzah, 2015 )
Kebiasaan olahraga yang kurang dapat memperberat premenstrual syndrome, aktifitas fisik dapat meningkatkan endorphin , menurunkan estrogen dan hormon steroid lainnya,meningkatkan transportasi oksigen dalam otot,mengurangi kadar kartisol, dan meningkatkan keadaan psikologis
j.        Merokok
k.      Minum beralkohol
l.        Latar belakang sosial, budaya
Keluhan premenstrual sindrom sangat dipengaruhi oleh tata cara atau kultur keluarga dan kehidupan masyarakat sekitarnya ketika datang menstruasi, seperti bila seorang wanita mengetahui saat-saat menjelang haid maka keluhannya akan lebih banyak dan berat dibandingkan dengan wanita yang tidak mempedulikan saat-saat haid
Seperti penelitian yang dilakukan oleh Shaifali Pathak “ To Study the Effect of Dietary Habits on Premenstrual Syndromes, Menstrual Disorders and Practices Related To Menstruation Among College Going Girls “Departemen Pangan dan Gizi , IMSN College, University of Rajasthan, Pilani, Rajasthan, India. Penelitian ini dilakukan pada 40 responden yang belum menikah antara kelompok umur 18-21 tahun, yang memiliki gangguan menstruasi di perguruan tinggi  Pilani  Kabupaten Jhunjhunu.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh dari kebiasaan makan pada sindrom pramenstruasi, gangguan menstruasi dan praktek yang berkaitan dengan menstruasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden dilaporkan membatasi dan masih tabu tentang sesuatu hal yang berkaitan dengan menstruasi dan kebiasaan pola makan saat menstruasi. Kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan  rendah serat pada saat menstruasi dilaporkan menjadi penyebab masalah haid di antara mereka. Ada perbedaan nafsu makan selama pramenstruasi dan fase postmenstrual. Nafsu makan meningkat terlihat pada fase pramenstruasi dan rendahnya asupan serat, vitamin A, vitamin C, kalsium dan zat besi. Yang dapat memberikan efek buruk pada pra menstruasi.
Mayoritas dari mereka menghindari beberapa makanan selama menstruasi seperti acar, makanan asam,buah-buahan kering dan makanan yang digoreng.
Hampir
sebagian dari responden  mengambil istirahat dan tidak berpartisipasi dalam kegiatan rumah sehari-hari selama hari pertama menstruasi dan melewatkan satu kali makan dalam sehari, terutama sarapan. Pembatasan utama responden selama menstruasi  adalah: mengunjungi tempat religius, menyentuh acar dan masuk dalam dapur selama periode ini.


4.      Gejala Premenstrual syndrome
a.       Gejala Fisik
1)      Kenaikan berat badan
2)      Perasaan adanya pembengkakan
3)      Ketidaknyamanan pada buah dada
4)      Sakit kepala dan serangan migraine
5)      Pegal dan nyeri pada otor
6)      Dismenore kongestif
7)      Berkurangnya air kencing
8)      Perubahan kulit
9)      Perubahan nafsu makan
10)  Perubahan pada pola tidur
11)  Tidak ada gairah untuk aktif serta badan terasa lelah
12)  Mata terasa sakit, hidung tersumbat, dan timbul reaksi alergi
13)  Mual, pingsan, asma dan epilepsy
14)  Kejang. Terjadi karena dinding-dinding otot uterus dengan perlahan akan mengkerut untuk membantu mengeluarkan lapisan.
b.      Gejala Mental
1)      Ketegangan dan cepat marah ( emosional )
2)      Depresi  termasuk kurang percaya diri dan perasaan tidak berharga
3)      Stress
4)      Berkurangnya daya konsentrasi dan daya ingat
5)      Control emosi yang rendah dan reaksi emosi yang tidak logis
6)      Penurunan efisiensi, terutama dalam memecahkan masalah mental
7)      Kurang atau tidak ada dorongan seks
8)      Dorongan yang kuat untuk banyak makan atau sebaliknya tidak ada nafsu makan
( Erna Setyaningrum, 2014 )
5.      Tipe –Tipe PMS
Menurut dr. Guy E Abraham, ahli kandungan dan kebidanan dri fakultas kedokteran UCLA, AS, PMS terbagi atas beberapa tipe berdasarkan gejalanya , yakni :
a.       PMS Tipe A ( Anxiety )
Tipe pertama adalah PMS Tipe A, adapun gejala-gejala tipe ini , antara lain adalah rasa cemas, sensitive, saraf tegang dan rasa labil. Selain itu, adapula wanita yang mengalami depresi ringan sampai sedang sebelum menstruasi.
Penyebab
ü  Terjadi akibat ketidak seimbangan hormon estrogen dan progesterone, karena hormon estrogen lebih tinggi disbanding dengan hormon progesterone
ü  Kekurangan Vitamin B6 dan Magnesium
Anjuran
ü  Banyak mengkonsumsi makanan berserat ( Sayur dan Buah )
ü  Konsumsi Vitamin B1, B6, Kalsium, seng dan Magnesium
         Hindari
ü  Minum kopi
b.      PMS Tipe H ( Hiper Hydration )
Jenis PMS kedua adalah, PMS Tipe H, adapun gejala dari tipe PMS ini adalah edema ( pembengkakan )perut kembung, nyeri pada payudara,pembengkakan tangan dan kaki, serta peningkatan berat badan sebelum haid, gejala tipe ini dapat juga dirasakan dengan gejala tipe lain.
Penyebab
ü  Berkurangnya air pada jaringan di luar sel yang dapat disebabkan karena tingginya asupan garam atau gula pada pola makan
Anjuran
ü  Konsumsi Vitamin B1, B6,Magnesium, Kalium,Vitamin E
Hindari
ü  Asupan garam dan gula pada pola makan

c.       PMS Tipe C ( Craving )
Jenis PMS tipe ini ditandai dengan rasa lapar dan ingin mengonsumsi makanan yang manis-manis ( biasanya cokelat ) dan karbohidrat sederhana ( biasanya gula ) pada umumnya sekitar 20 menit setelah menyantap gula dalam jumlah banyak timbul gejala hipoglikemia seperti kelelahan, jantung berdebar, pusing kepala yang kadang-kadang sampai pingsan
Penyebab
ü  Stress ,kelelahan, sakit kepala,kebingungan,atau pusing
ü  Tinggi garam dalam pola makanan, tidak terpenuhinya asam lemak esensial ( Omega 6 ) atau kurangnya magnesium.
Anjuran
ü  Konsumsi Vitamin B1, B6, C, E, Kromium, Omega 6 ( GLA ), Magnesium, dan Kalium
Hindari
ü  Asupan garam dan gula yang berlebihan

d.      PMS Tipe D (  Depresion )
Jenis PMS yang terahir adalah PMS Tipe D, adapun gejala gejala yang ditimbulkan dari tipe ini adalah rasa depresi, ingin menangis, lemah,gangguan tidur,pelupa,bingung, sulit mengucapkan kata-kata. Dalam praktiknya PMS tipe D ini bersamaan dengan PMS tipe A, dan hanya sekitar 3 % dari seluruh tipe PMS bener-bener murni tipe D
Penyebab
ü  Terjadi akibat ketidak seimbangan hormon estrogen dan progesterone, karena hormon estrogen lebih tinggi disbanding dengan hormon progesterone
ü  Kombinasi PMS Tipe A dan PMS Tipe D, dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu stress, kekurangan asam amino tirosin, atau kekurangan magnesium dan Vitamin ( Vitamin B6 )
Anjuran
ü  Konsumsi Vitamin  Bi, B6, C, Magnesium , asam amino Tirosin dan triptofan
Hindari
ü  Asupan garam dan gula yang berlebihan
e.       Tipe P ( Plain )
Tipe lain dari PMS Biasanya disebut Tipe  Plain dengan gejala seperti timbulnya jerawat, kulit dan rambut berminyak, mual dan muntah, dianjurkan untuk mengkonsumsi Vitamin A, Vitamin E, Beta Karotin,Kolin, Inositol

6.      Hubungan Gizi dengan Pre Menstrual Syndrom
Hubungan Status Gizi Dengan Pre-menstrual Syndrome (PMS) Secara klasik kata gizi hanya dihubungkan dengan kesehatan tubuh, yaitu untuk menyediakan energi, membangun, dan memelihara jaringan tubuh, serta mengatur proses kehidupan dalam tubuh (Sunita, 2005). Terdapat beberapa faktor yang meningkatkan resiko terjadinya sindrom pre- menstruasi diantaranya berkaitan dengan karakteristik wanita itu sendiri. Menurut Oakley (1998),
setiap individu mempunyai karakteristik biografi yang berbeda, karakteristik tersebut dapat mempengaruhi kondisi fisik, psikologis dan sosial seseorang. Karakteristik wanita usia reproduktif yang berhubungan dengan Pre-menstruasi Syndrome. masalah kesehatan pada wanita usia reproduktif berhubungan dengan Indikator kesehatan. Adapun masalah kesehatan memiliki ruang lingkup yang luas antara lain menyangkut perkembangan manusia yang harmonis dalam upaya meningkatkan kualitas hidup, salah satunya adalah kesehatan wanita usia reproduktif sangat menentukan tercapainya kualitas hidup yang baik pada keluarga dan masyarakat, sehingga merupakan aspek yang penting untuk diperhatikan. Dimana, di Indonesia, keberhasilan pembangunan bidang kesehatan salah satunya tercermin pada usia harapan hidup wanita.
Gizi kurang atau terbatas selain akan mempengaruhi pertumbuhan, fungsi organ tubuh juga akan menyebabkan terganggunya fungsi reproduksi. Hal ini akan mempengaruhi terjadinya premenstrual syndrome, tetapi akan membaik bila asupan nutrisinya baik. Tindakan yang dilakukan untuk menangani kasus Premenstrual Syndrome tersebut adalah menganjurkan perubahan diet, nutrisi yang cukup, rendah lemak, dengan mengurangi konsumsi lemak akan mengurangi pembengkakan payudara serta penghin penghindaran terhadapstress. Sedangkan konsumsi tinggi karbohirat dan rendah protein dapat memperbaiki gangguan perasaan yang tidak nyaman. Hal ini berhubungan dengan pembentukan serotonin di dalam otak (Gilly, 2009).
Pada wanita usia dewasa dini perlu mempertahankan status gizi yang baik, dengan cara mengkonsumsi makanan seimbangkarena sangat dibutuhkan pada saat haid, terbukti pada saat haid tersebut terutama pada fase luteal akan terjadi peningkatan kebutuhan nutrisi. Apabila hal ini diabaikan dampaknya akan terjadi keluhan-keluhan yang menimbulkan Pre-menstrual Syndrome (PMS) selama siklus haid.
Gizi sangat erat kaitannya dengan kesehatan saat menstruasi karena zat gizi memengaruhi seluruh tubuh proses yang terdapat dalam tubuh saat terjadinya menstruasi, seperti aliran darah, hormone, daya tahan tubuh , dan emosi.Semua zat gizi yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, bahkan serat, berperan penting dalam pengaturan fisiologi seorang wanita menjelang menstruasi dan saat menstruasi.wanita yang mengalami PMS biasanya mengonsumsi gula, karbohidrat, garam,asam lemak jenuh, asam lemak trans dan sedikit mengonsumsi vitamin B, zat besi, seng, mangan, sayur dan buah-buahan
7.      Terapi untuk PMS
a)      Terapi Farmakologi
Terapi simtomatik untuk menghilangkan gejala-gejala PMS antara lain dengan menggunakan Obat-obatan yang bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri/ketidaknyamanan yang dirasakan. Golongan obat-obatan yang sering digunakan berasal dari golongan:
ü  analgetik ( parasetamol ), anti inflamasi non steroid (ibuprofen,natrium diklofenak, dan lainnya )
ü  golongan minor tranquilizer ( obat penenang )
ü  anti depresi
ü  menggunakan kontrasepsi oral .
Pil kontrasepsi oral yang mengandung kombinasi progestin-drospirenon dapat membantu mengatasi berbagai gejala pra-menstruasi yang parah atau berat.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Abbas Norouzi Javidan, Fedyeh Haghollahi, Fatemeh Ramezanzadeh, Mir Saeed Yekaninejad, Zohre Amiri, Mansoreh Noroozi, Fatemeh Sadat Hosseini, Elham Azimi Nekoo. 2014.Effects of ethinyl estradiol plus desogestrel on premenstrual symptoms in Iranian women “
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pil kontrasepsi oral kombinasi pada  gejala pramenstruasi dan pada berbagai parameter yang terkait dengan kesejahteraan dan kesehatan dalam sampel Iran. Penelitian uji klinis (sebelum-setelah) ini dilakukan di klinik keluarga berencana pusat di bawah pengawasan Universitas Teheran of Medical Sciences pada enam puluh satu perempuan. Protokol penelitian telah disetujui oleh Komite Etik Universitas Teheran of Medical Sciences dan semua peserta menerima rejimen 21/7-hari kontrasepsi oral yang mengandung 150 mg desogestrel (DE) dan 30 ug etinil estradiol (EE) selama enam siklus. campuran analisis model linier digunakan untuk menganalisis perbedaan dalam perubahan dari empat faktor sindrom pramenstruasi (PMS), berat badan dan tekanan darah selama periode waktu tersebut. Usia rata-rata perempuan adalah 28,52 (SD = 6,75) tahun. Peserta rata-rata telah hamil 1,13 (SD = 1,16) kali. Analisis model campuran linear menunjukkan bahwa gejala sindrom pramenstruasi berkurang secara signifikan dari waktu ke waktu (P0.05). Sebuah kontrasepsi oral kombinasi yang mengandung etinil estradiol dan desogestrel memiliki efek positif pada kesehatan perempuan dan mengurangi gejala pramenstruasi.
Pada banyak kasus penggunaan obat analgetik ringan sudah dapat mengatasi gejala yang dialami namun penderita  gastritis ( maag ) sebaiknya berhati-hati dalam mengkonsumsi obat-obatan yang meringankan rasa nyeri karena dapat mengakibatkan nyeri lambung, jika gejala PMS lebih berat , sebaiknya penderita melakukan konsultasi dengan dokter . penggunaan obat penenang, anti depresi, dan kontrasepsi hanya berdasarkan resep dokter dan harus dibawa pengawasan dokter yang berwenang.
b)      Terapi Non Farmakologi
Peranan non farmakologi memegang peranan penting pada saat PMS. Berupa edukasi penderita, terapi suportif dan modifikasi gaya hidup. Pada saat PMS banyak zat gizi yang dapat meringankan keluhan seperti rasa nyeri, pembengkakan, pengaturan aliran darah, perbaikan sistem saraf dan otot, memperbaiki suasana hati, dan emosi. Zat gizi tersebut berasal dari golongan protein dan asam amino, lemak atau asam lemak, vitamin, dan mineral.
Zat gizi yang dapat membantu meringankan PMS dari golongan protein, lemak, vitamin,dan mineral adalah :
a.       Protein
1)      Asam amino tirosin
Asam amino tirosin merupakan salah satu unsure pembentuk protein. Menurut penelitian yang dilakukan oleh institute penelitian kesehatan lingkungan Amerika Serikat pada 1988, tirosin berfungsi sebagai obat stimulant dan penenang yang efektif untuk meningkatkan kinerja mental dan fisik dibawah tekanan , tanpa efek samping, sehingga tetap focus saat stress. Pada saat mengalami PMS, asam amino tirosin mengurangi gangguan yang berhubungan dengan faktor psikologis, seperti ketegangan, mudah marah, gelisah dan stress.asam amino tirosin terkandung dalam hati ayam, keju, avokad, ikan dan daging

2)      Asam amino triptofan
Asam amino triptofan merupakan unsure pembentuk protein dan merupakan asam amino esensial yang berfungsi sebagai precursor pembentuk serotonin. Konversi triftofan menjadi serotonin dibantu oleh vitamin B6 dan vitamin C. serotonin dalam tubuh kemudian diubah menjadi hormone melatonin. Hormone ini diproduksi secara alami dalam tubuh apabila matahari sudah mulai tenggelam. Hormone melatonin memiliki efek regulasi terhadap relaksasi tubuh dan rasa kantuk. Produksinya merupakan alarm alami tubuh yang mengingatkan tubuh untuk beristirahat. Wanita dengan PMS terutama tipe yang berhubungan dengan faktor psikologis atau emosional , dapat lebih rileks dan tidur dengan lebih berkualitas jika mengonsumsi asam amino triptofan.asam amino triptofan terkandung dalam alfalaktalbumin dalam protein susu,daging,ikan telur, dan biji bunga matahari..
b.      Lemak
 GLA ( Gamma Linolenic Acid )
GLA merupakan bagian dari lemak . GLA membantu meringankan sindrom Tipe A, H, D seperti bengkak payudara, kembung, perasaan depresi, serta mudah marah. Selain itu bagi wanita PMS dengan tipe C yaitu senang mengonsumsi makanan yang manis-manis , GLA berfungsi dalam menurunkan kadar gula darah.
GLA terdapat pada minyak evening primrose, minyak biji blackcurrent, minyak borage, dan minyak biji rami. GLA juga ditemukan dalam jumlah yang cukup besar dari spirulina.GLA dibuat dari LA ( linolenic Acid )
c.       Vitamin
1)      Vitamin A
Vitamin A merupakan vitamin yang larut dalam lemak. Vitamin A pada saat menstruasi dapat membantu menjaga kesehatan kulit yang berjerawat yang sering dialami wanita dengan PMS tipe P. vitamin A juga membantu sistem saraf dan fungsi otak yang berperan dalam mengatur gejala psikologis pada wanita PMS
Sumber hewani Vitamin A adalah hati, telur, susu, keju, margarine, dan minyak ikan. Sedangkan sumber nabati vitamin A adalah sayuran hijau, semakin hijau warna sayuran semakin tinggi kandungan Vitamin A nya. Seperti daun singkong, daun papaya, daun kemangi, bayam dan lain-lain.

2)      Vitamin E
Vitamin E merupakan vitamin yang larut dalam lemak, pada saat PMS vitamin E membantu kesehatan kulit dan payudara. Vitamin E banyak terdapat pada tanaman dan hewan. Sayuran dan minyak biji-bijian merupakan sumber terbanyak. Sumber hewaninya terdapat dalam kuning telur, hati dan produk susu seperti mentega. Sedangkan , sumber nabati terdapat dalam sayuran berwarna hijau, minyak kelapa sawit, minyak kedelai, minyak jagung, minyak biji bunga matahari, minyak biji kapas, margarine dan shortening.
3)      Vitamin B1
Vitamin B1 ( tiamin )termasuk vitamin yang larut dalam air. Vitamin B1 pada wanita PMS berperan dalam metabolism karbohidrat dan glukosa yang diperlukan untuk menjaga kadar gula darah, selain itu, vitamin B1 dapat meningkatkan perbaikan mood dan mengurangi stress. Vitamin B1 dapat meringankan rasa kesemutan serta memperkaya kesehatan kulit dan rambut karena mengandung sintesa aseltikolin yang ada hubungannya dengan saraf.
Sumber hewani vitamin B1 terdapat dalam telur, daging sapi, ayam, hati, susu dan keju. Sedangkan , sumber nabatinya terdapat dalam serelia, legume, apel, jeruk, tomat, pisang, kentang, asparagus, brokololi, dan lain-lain.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sareh Abdullah dkk, Pengaruh Vitamin B1 pada peningkatan gejala  Premenstrual sindrom. penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh vitamin B1 pada gejala PMS pada Mahasiswa yang berada di asrama dari Jahrom University of Medical Sciences pada tahun 2013, sebanyak 80 responden dengan PMS yang berada di asrama dari Jahrom University of Medical Sciences dibagi secara acak menjadi dua kelompok, vitamin B1 dan plasebo. Itu keparahan gejala PMS dalam dua siklus, sebelum intervensi dan selama intervensi, itu direkam oleh siswa. Data dikumpulkan menggunakan bentuk pengumpulan informasi, PMS sementara bentuk           diagnosis.
Penelitian ini, yang dilakukan untuk pertama kalinya di Iran, mengungkapkan bahwa menggunakan vitamin B1 dalam fase luteal bisa mengurangi keparahan keseluruhan gejala fisik dan mental PMS perlu menggunakannya di seluruh siklumenstruasi . Selanjutnya, vitamin B1 tidak memiliki efek samping dan tidak mengubah pola perdarahan menstruasi. Karena    itu, vitamin B1 dianjurkan untuk pengobatan PMS.Selain itu, penelitian lebih lanjut disarankan untuk memperoleh bukti yang cukup untuk injeksi vitamin B1 dan yang dosis yang berbeda sebagai obat yang aman dan efektif untuk pasien yang tidak ingin atau tidak dapat menjalani invasif      perawatan.
4)      Vitamin B6
Vitamin B6 (piridoksin) termasuk vitamin yang larut dalam air. Berperan penting dalam metabolisme protein dan asam amino, meningkatkan resistensi terhadap penyakit, produksi sel darah merah, menjaga kadar glukosa darah, serta menjaga kesehatan kulit dan saraf. Vitamin B6 berperan sebagai kofaktor dalam proses akhir pembentukan neurotransmitter dopamine ( yang berasal dari asam amino triptofan ) , yang akan memengaruhi sistem endokrin otak menjadi lebih baik. Karena itu, serotonin dan dopamine dapat menyebabkan rasa rileks. Sehingga dengan mengonsumsi vitamin B6, maka wanita dengan PMS dapat menjaga kadar glukosa darah, perbaikan mood, menjadi rileks dan menjaga kesehatan kulit
Sumber hewani vitamin B6 terdapat dalam daging ayam, ikan, hati, dan sedikit dalam susu, sedangkan sumber nabatinya terdapat dalam serelia , kentang, avokad, kacang tanah dan pisang.
5)      Vitamin C
Vitamin C larut dalam air dan berperan sebagai anti alergi serta membangun sistem kekebalan tubuh, vitamin  C juga berperan dalam sintesis karnitin atau yang berfungsi dalam pengangkutan asam lemak, sintesis neurotransmitter atau yang berfungsi membawa impuls saraf, aktivasi hormone,detoksifikasi obat, antioksidan, metabolisme, dan peningkatan penyerapan zat besi.pada saat PMS , vitamin C diperlukan untuk pembentukan sel darah merah, kekebalan tubuh, dan perbaikan sistem saraf.
Sumber hewani vitamin C hanya terdapat pada hati dan ginjal. Paling banyak terdapat dalam buah-buahan dan sayuran seperti jambu biji, papaya, jeruk, stroberi, pisang,kiwi, gandaria, daun katuk, daun kelor, tangkil, ( melinjo ), daun singkong, daun tales, daun melinjo, brokoli, dan lain-lain.
d.      Mineral
1)      Magnesium
Magnesium berfungsi dalam membantu relaksasi otot, transmisi sinyal saraf, mengurangi migren, dan sebagai penenang alamiah yang dibutuhkan oleh wanita PMS, selain itu , magnesium dibutuhkan dalam produksi serotonin dan GLA . sumber terbaik magnesium adalah sayuran hijau, sumber lain adalah biji-bijian , gandum, oatmeal, yoghurt, dan avokad.
2)      Seng
Seng berperan penting dalam pertumbuhan sel, meningkatkan kekebalan tubuh , menjaga kadar gula darah,pembentukan dan kesehatan kulit yang dibutuhkan oleh wanita dengan PMS. Seng terdapat dalam daging sapi, ayam, telur, tiram, kepiting, produk susu, padi-padian, legume , jamur dan bayam.
3)      Kaslium ,
Pada saat PMS kalsium berfungsi dalam mengaktifkan saraf, kontraksi otot, mengurangi keluhan saat menstruasi, melancarkan peredaran darah, mengatasi kram,sakit pinggang , dan menjaga keseimbangan cairan tubuh.
Kalsium paling banyak terdapat dalam susu dan hasil olahannya. Terdapat juga pada daging sapi, ikan sarden,ikan teri, rebon,belut,ayam,telur,serelia,sayuran berwarna hijau gelap,seperti kangkung,bayam,brokoli,daun papaya,daun singkong,daun labu,daun katuk,biji-bijian, papaya muda,salak,nangka muda,apel,pir,anggur,persik ,kismis,dan kurma.
4)      Kalium
Kalium penting bagi wanita PMS, untuk sistem saraf, kontrasksi otot,serta menjaga keseimbangan asam dan basa tubuh. Kalium juga penting bagi sistem saraf otonom, yang merupakan pengendali fungsi otak, dan proses fisiologi penting lainnya. Kalium dapat membawa natrium keluar tubuh.Kalium banyak terdapat dalam makanan seperti buah-buahan dan sayur-sayuran. Terdapat dalam bayam,jamur,brokoli,tomatjeruk,jagung,kol,asparagus,kentang,persik,pisanh,avokad,belimbing ,dading serta susu.
5)      Kronium
Kronium berperan penting dalam metabolisme dan penggunaan karbohidrat , berperan untuk mengendalikan kerja insulin dalam tubuh, atau faktor pengendali kadar gula darah. Dengan adanya kronium ini, pemanfaatan insulin tubuh lebih efisien dan keseimbangan kadar gula darah terjaga. Pada saat PMS ,beberapa wanita menjadi suka makan karbohidrat. Karena itu kronium dibutuhkan untuk menjaga kadar gula darah. Sumber kronuim bisa didapatkan dari padi-padian , ikan laut, kuning telur, gula merah, sirup, jamur reishi atau shiitake, sayuran dan buah-buahan.
8.      Rekomendasi Gizi untuk meringankan PMS
a)      Menyeimbangkan kadar hormone
ü  Turunkan asam lemak jenuh. Daging merah dan berlemak mengandung jumlah lemak jenuh, yang dapat menyebabkan peningkatan tingkat estrogen dalam darah. Hindari asam lemak trans dalam makanan karena makanan tersebut menjadi sulit diproses oleh hati.
ü  Makan lebih banyak sayuran karena mengandung banyak serat alami yang mengikat estrogen dan membantu dalam eliminasi . jika anda mengganti daging lemak jenuh dalam pola makan dengan lebih banyak sayuran, akan dapat menyeimbangkan hormone anda, serta mengurangi resiko kegemukan.
ü  Kurangi makanan yang banyak mengandung fitoestrogen, seperti kedelai.
b)      Menurunkan pembengkakan atau kembung
ü  Konsumsi gula harus dibatasi karena bila mengonsumsi banyak gula dapat meningkatkan tingkat gula darah. Hal ini dapat menyebabkan tingkat insulin yang tinggi dan retensi natrium dalam tubuh yang dapat menyebabkan pembengkakan pada tangan dan kaki.
ü  Untuk mengurangi kembung atau bengkak, kurangi konsumsi garam, perlu diketahui bahwa makanan olahan mengandung banyak natrium. Tingkatkan asupan kalium karena kalium bersifat diuretic membawa natrium keluar tubuh.
c)      Mengurangi stress, cemas, dan depresi
ü  Konsumsi makanan yang mengandung asam amino tirosin, karena asam amino tirosin berfungsi sebagai obat stimulant dan penenang yang efektif.
ü  Konsumsi makanan yang mengandung asam triptofan , karena triptofan dapat membuat anda rileks dan mudah tidur.
ü  Hindari kafein karena dapat memengaruhi suasana hati dan saraf serta menyebabkan ketegangan .
ü  Perbanyak konsumsi biji-bijian , whole grain, buah, dan sayuran. Stress cenderung membuat sistem dalam tubuh bersifat terlalu asam. Kondisi ini tidak baik untuk kesehatan tulang karena bisa mengikis kalsium dari tulang . selain itu, suasana asam juga bisa meningkatkan kadar hormone stress cortisol.
ü  Kurangi asupan daging, gula, dan konsumsi lemak ( sterss dapat mengganggu proses pengolahan gula dan lemak dalam tubuh )
ü  Perbaikan sistem kekebalan tubuh juga dapat membantu mengurangi stress . perbaikan ini dibantu oleh mineral seng ( Zinc ) , Vitamin C, dan Vitamin B12, serta asam amino lisin. Mekanisme lainnya dalam mengurangi stress adalah dengan mengendalikan kadar glukosa darah.
d)     Menghindari banyak makan
ü  Konsumsi makanan dengan porsi kecil dan lebih sering
ü  Lebih banyak mengonsumsi sayur dan buah karena mengandung banyak serat, tetapi membuat rasa kenyang
ü  Pilihlah makanan yang mempunyai indeks glikemik rendah
ü  Makanan ini akan diserapa secara perlahan sehingga menjaga kestabilan gula darah dan tidak membuat cepat gemuk.
e)      Menghindari perilaku makan yang kurang baik
ü  Merokok mempengaruhi penurunan aliran darah cerebral dan menurunkan penyerapan Vitamin C
ü  Makanan yang mengandung food additive , penambah rasa, zat pewarna, zat tambahan asam, agen pembentuk busa, pemanis, serta zat pengawet dalam minuman bersoda yang tidak baik bagi kesehatan.
ü  Alcohol karena dapat menyebabkan kita mejadi lebih mudah emosional ( seperti perasaan sedih, senang , dan marah secara berlebihan )
 Selain menghindari pola makan yang buruk, hal yang perlu dilakukan untuk mencegah PMS adalah sebagai berikut :
f)       Olahraga dan aktivitas secara teratur.
g)      Hindari stress
h)      Hindari kelelahan
i)        Menjaga berat badan, berat badan yang berlebihan dapat meningkatkan risiko menderita PMS
Hal ini disebabkan karena wanita yang memiliki IMT lebih tinggi cenderung akan memproduksi hormon estrogen yang lebih tinggi pula sehingga akan menimbulkan gejala-gejala PMS semakin tinggi  kadar lemak akan semakin meningkat pula produksi hormon estrogen yang bisa menimbulkan gejala-gejala PMS pada wanita dengan IMT diatas normal baik overweight maupun obesitas (Supriyono, 2003).
j)        Edukasi dan konseling
Tatalaksana pertama kali adalah meyakinkan seorang wanita bahwa wanita lainnya pun ada yang memiliki keluhan yang sama ketika menstruasi. Pencatatan secara teratur siklus menstruasi setiap bulannya dapat memberikan gambaran seorang wanita mengenai waktu terjadinya premenstrual syndrome. Sangat berguna bagi seorang wanita dengan premenstrual syndrome untuk mengenali gejala yang akan terjadi sehingga dapat mengantisipasi waktu setiap bulannya ketika ketidakstabilan emosi sedag terjadi.

9.      Pendidikan Gizi untuk Pencegahan PMS
Beberapa wanita dengan prevalensi cukup tinggi mengalami PMS. Dengan semakin meningkatnya usia wanita tersebut, gejala PMS umumnya muncul semakin parah. Akan tetapi bukan berarti gejala PMS tidak dapat dicegah atau dikurangi. Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, telah terbukti bahwa konsumsi makanan yang mengandung zat-zat gizi yang lengkap dan seimbang terutama vitamin B6, kalsium, dan magnesium dapat mencegah dan mengurangi gejala PMS. Kebiasaan makan yang baik, olahraga dan istirahat yang cukup juga membantu mengurangi keluhan masalah PMS.
Upaya-upaya penanggulangan seperti yang telah diuraikan sebelumnya lebih kepada upaya kuratif melalui penggunaan obat-obatan dan suplementasi vitamin dan mineral tertentu. Penggunaan obat-obatan akan aman jika berada di bawah pengawasan dokter dan tentunya memiliki efek samping yang berbeda antar jenis obat. Penggunaan suplemen yang tidak tepat juga berisiko mengalami overdosis terutama vitamin larut lemak yang dapat disimpan kelebihannya jika asupannya berlebihan. Overdosis zat-zat gizi tertentu terutama vitamin larut lemak dan mineral-mineral tertentu dapat menyebabkan timbulnya gejala keracunan dan gangguan fisiologi tubuh. Hal tersebut adalah resiko yang seharusnya dapat dihindari dengan metode pencegahan.Risiko-risiko yang mungkin muncul dari pengobatan kuratif tersebut hendaknya mendorong kita lebih mengusahakan pencegahan dan upaya minimalisasi gejala PMS melalui makanan bergizi dan seimbang.
Menurut Ritchie (1971), salah satu upaya untuk memperbaiki status gizi masyarakat adalah dengan mengintervensi individunya. Intervensi tersebut dapat dilakukan melalui pendidikan gizi. Upaya penanggulangan PMS melalui pendidikan tentang makanan bergizi dan seimbang ini akan lebih ditujukan pada anak usia sekolah khususnya siswi SD kelas 6. Menurut Riyadi (2003), usia menarche rata-rata adalah 12,5 tahun atau kelas 1 SMP. Oleh karena itu, pendidikan gizi ini sangat baik dilakukan pada anak kelas 6 SD untuk mempersiapkan diri sebelum mengalami menstruasi. Selain itu, usia sekolah merupakan usia dimana anak lebih cepat menyerap suatu informasi dibandingkan usia dewasa. Anak usia sekolah umumnya juga lebih mudah diintervensi kebiasaan makannya dibandingkan orang dewasa. Dengan adanya pendidikan gizi tersebut, siswi-siswi SD akan lebih siap menghadapi pubertas yang ditandai dengan adanya menarche sekaligus memperkenalkan kepada mereka kemungkinan akan terjadinya PMS serta upaya pencegahan dan penanggulangannya dari aspek gizi.
Pendidikan gizi yang diberikan berupa pendidikan gizi seimbang dan gaya hidup sehat. Gizi seimbang harus mempertimbangkan kecukupan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan serat makanan dalam pangan yang disesuaikan dengan kebutuhan gizi individu masing-masing. Jika kebutuhan gizi sudah tercukupi maka daya tahan tubuh akan tetap terjaga sehingga mengurangi risiko timbulnya gejala-gejala PMS.
Menurut Hardinsyah (2004), upaya untuk meminimalkan keluhan menstruasi dari segi makanan adalah dengan mengurangi konsumsi garam, kopi, gula dan makanan yang mengandung karbohidrat sederhana (refined carhohydrate) seperti mie dan roti; disertai dengan meningkatkan konsumsi sayur dan buah (termasuk jus), meningkatkan konsumsi makanan sumber vitamin A, B1, B2, B6, B12, C, E, Zink (Zn), zat besi (Fe), kalsium (Ca), magnesium (Mg), Chromium (Cr) dan asam lemak omega-3, omega-6 dan meningkatkan konsumsi protein hewani.
Gaya hidup juga sangat mempengaruhi keadaan penderita PMS. Materi penyuluhan tentang pola hidup sehat yang dapat diberikan adalah menghindari konsumsi alkohol dan kafein yang berlebihan, konsumsi pangan sumber kalsium, magnesium, vitamin B6 dalam jumlah yang cukup, meningkatkan aktivitas fisik dan olah raga yang teratur, dan menghindari konsumsi garam yang berebihan menjelang menstruasi. Selain itu, dapat juga ditambahkan materi tentang konsumsi air putih dalam jumlah yang cukup, dan manajemen stres yang baik.
Berdasarkan telaah pustaka yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa beberapa zat gizi seperti kalsium, magnesium, dan vitamin B6 dapat mencegah dan mengurangi gejala-gejala PMS. Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam tubuh, yaitu 1,5-2% dari berat badan orang dewasa atau kurang lebih sebanyak 1 kg. Dalam keadaan normal sebanyak 30-50% kalsium yang dikonsumsi diabsorpsi oleh tubuh.. Kemampuan absorpsi lebih tinggi pada masa pertumbuhan. Angka kecukupan rata-rata sehari kalsium untuk anak-anak adalah 500 mg/hari. Sumber kalsium utama yaitu susu dan produk olahannya, seperti keju. Ikan dimakan dengan tulang, termasuk ikan kering merupakan sumber kalsium yang baik. Serealia, kacang-kacangan dan produk olahannya seperti tahu tempe serta sayuran hijau merupakan yang baik juga, tetapi bahan makanan ini mengandung banyak zat yang menghambat penyerapan kalsium seperti serat, fitat dan oksalat (Almatsier 2004).
Magnesium adalah kation nomor dua paling banyak setelah natrium di dalam cairan interseluler. Sekitar 60% dari 20-28% mg magnesium di dalam tubuh terdapat dalam tulang dan gigi, 26% di dalam otot dan selebihnya di dalam jaringan lunak lainnya serta cairan tubuh. Peranan magnesium berlawanan dengan kalsium. Kalsium merangsang kontraksi otot, sedangkan magnesium mengendurkan otot. Kalsium menyebabkan ketegangan saraf sedangkan magnesium melemaskan saraf. Sumber utama magnesium adalah sayuran hijau, serealia tumbuk, biji-bijian, dan kacang-kacangan (Almatsier 2004).
Vitamin B6 terdapat di alam dalam tiga bentuk; piridoksin, piridoksal dan piridoksamin.Vitamin B6 berfungsi dalam metabolisme protein. Sumber vitamin B6 paling banyak terdapat di dalam khamir, kecambah gandum, hati, ginjal, serealia tumbuk, kacang-kacangan, kentang dan pisang. Vitamin B6 di dalam bahan makanan hewani lebih mudah diabsorpsi daripada yang terdapat di dalam bahan makanan nabati (Almatsier 2004)
10.  Beberapa penelitian tentang PMS yang berkaitan dengan Gizi
1)      Penelitian yang dilakukan oleh Megawati Sabula, tentang “  Hubungan Asupan Zat Gizi Dengan Kejadian Sindrom Pramenstruasi Di Sman 1 Tongkuno Kecamatan Tongkuno Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara “ 
Berdasarkan hasil penelitiannya itu didapatkan bahwa  ada hubungan antara asupan zat gizi makro dan gizi mikro dengan kejadian Pramenstrual syndrome. Tetapi dalam penelitiannya ini tidak ada hubungan antara kalsium dengan premenstrual syndrome.
2)      Penelitian yang dilakukan oleh Ayu Dwi Wahyuningsih, Eka Yuni Indah Nurmala, Nurul Anjarwati, tentang “  Hubungan Status Gizi Dengan Pre Menstruasi Syndrome (Pms) Pada Remaja Putri Di Sma Negeri 7 Kota Malang “  berbeda dengan hasil penelitian yang didapatkan  oleh Megawati Sabula di SMAN Tongkuno Sulawesi Tenggara,  dimana berdasarkan hasil peneltiannya itu didapatkan bahwa “  Tidak Ada Hubungan Antara Status Gizi Dengan Dengan Pre Menstruasi Syndrome (Pms) Pada Remaja Putri Di Sma Negeri 7 Kota Malang “
3)      Penelitian yang dilakukan oleh Arum Sekar Tanjung,  dengan penelitianHubungan Antara Asupan Zat Gizi Dengan Kejadian Premenstrual Syndrome (PMS). “ Program Studi D IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Yang melakukan penelitian pada Mahasiswi UNS ( Universitas Sebelas Maret Surakarta ) Dari hasil penelitiannya ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara asupan zat gizi (karbohidrat, vitamin B6 dan lemak) dengan kejadian PMS.
4)      Peneltian yang dilakukan oleh  Apriliana Maria Namsa  Henry Palandeng  Vandri D. Kallo tentang  Hubungan Status Gizi Dengan Sindrom Pre Menstruasi  Pada Remaja Putri Di Sma Frater Don Bosco Manado”  Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. Dari hasil penelitiannya dapat disimpulkan ada hubungan antara Status Gizi dengan Premenstrual Syndrom di SMA Frater Don Bosco Manado.
5)      Dalam jurnal internasional yang dilakukan oleh Afsaneh Saeedian Kia1 , * Reza Amani 2, Bahman Cheraghian3, Arvand Ilmu Kedokteran Universitas Internasional, Abadan, Iran, Departemen Gizi, Diabetes Research Center, Jundishapur University of Medical Sciences, Ahvaz, Iran dan Departemen Epidemiologi, Jundishapur University of Medical Sciences, Ahvaz, Iran. Yaitu “ The Association between the Risk of Premenstrual Syndrome and Vitamin D, Calcium, and Magnesium Status among University Student “ dikota Abadan, mereka melakukan penelitian pada wanita muda berusia 20-25 tahun dari hasil penelitiannya menunjukan ada hubungan antara kalsium dan magnesium dengan premenstruasi syndrome, nilai P-Velue <0,005. Sedangkan untuk vit.D meskipun tidak ada hubungan yang signifikan antara vit.D dengan premenstruasi syndrome tetapi nilai OR = (0,87-1,22) yang artinya orang yang kekurangan asupan vit.D mempunyai risiko 1x lebih besar dibandingkan dengan orang yang asupan vit.D nya cukup.
6)      Dalam jurnal Internasional yang dilakukan oleh Shaifali Pathak “ To Study the Effect of Dietary Habits on Premenstrual Syndromes, Menstrual Disorders and Practices Related To Menstruation Among College Going Girls “Departemen Pangan dan Gizi , IMSN College, University of Rajasthan, Pilani, Rajasthan, India. Penelitian ini dilakukan pada 40 responden yang belum menikah antara kelompok umur 18-21 tahun, yang memiliki gangguan menstruasi di perguruan tinggi  Pilani  Kabupaten Jhunjhunu. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh dari kebiasaan makan pada sindrom pramenstruasi, gangguan menstruasi dan praktek yang berkaitan dengan menstruasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden dilaporkan membatasi dan masih tabu tentang sesuatu hal yang berkaitan dengan menstruasi dan kebiasaan pola makan saat menstruasi. Kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan  rendah serat pada saat menstruasi dilaporkan menjadi penyebab masalah haid di antara mereka. Ada perbedaan nafsu makan selama pramenstruasi dan fase postmenstrual. Nafsu makan meningkat terlihat pada fase pramenstruasi dan rendahnya asupan serat, vitamin A, vitamin C, kalsium dan zat besi. Yang dapat memberikan efek buruk pada pra menstruasi.
Mayoritas dari mereka menghindari beberapa makanan selama menstruasi seperti acar, makanan asam,buah-buahan kering dan makanan yang digoreng.
Hampir
sebagian dari responden  mengambil istirahat dan tidak berpartisipasi dalam kegiatan rumah sehari-hari selama hari pertama menstruasi dan melewatkan satu kali makan dalam sehari, terutama sarapan. Pembatasan utama responden selama menstruasi  adalah: mengunjungi tempat religius, menyentuh acar dan masuk dalam dapur selama periode ini.
7)      Penelitian yang dilakukan oleh Sareh Abdullah dkk, Pengaruh Vitamin B1 pada peningkatan gejala  Premenstrual sindrom.
 penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh vitamin B1 pada gejala PMS pada Mahasiswa yang berada di asrama dari Jahrom University of Medical Sciences pada tahun 2013, sebanyak 80 responden dengan PMS yang berada di asrama dari Jahrom University of Medical Sciences dibagi secara acak menjadi dua kelompok, vitamin B1 dan plasebo. Itu keparahan gejala PMS dalam dua siklus, sebelum intervensi dan selama intervensi, itu direkam oleh siswa. Data dikumpulkan menggunakan bentuk pengumpulan informasi, PMS sementara bentuk     diagnosis.
Penelitian ini, dilakukan untuk pertama kalinya di Iran, mengungkapkan bahwa menggunakan vitamin B1 dalam fase luteal bisa mengurangi keparahan keseluruhan gejala fisik dan mental PMS perlu menggunakannya di seluruh siklumenstruasi . Selanjutnya, vitamin B1 tidak memiliki efek samping dan tidak mengubah pola perdarahan menstruasi. Karena         itu, vitamin B1 dianjurkan untuk pengobatan PMS.Selain itu, penelitian lebih lanjut disarankan untuk memperoleh bukti yang cukup untuk injeksi vitamin B1 dan yang dosis yang berbeda sebagai obat yang aman dan efektif untuk pasien yang tidak ingin atau tidak dapat menjalani invasif   perawatan.
8)      penelitian yang dilakukan oleh Abbas Norouzi Javidan, Fedyeh Haghollahi, Fatemeh Ramezanzadeh, Mir Saeed Yekaninejad, Zohre Amiri, Mansoreh Noroozi, Fatemeh Sadat Hosseini, Elham Azimi Nekoo. 2014.Effects of ethinyl estradiol plus desogestrel on premenstrual symptoms in Iranian women “
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pil kontrasepsi oral kombinasi pada  gejala pramenstruasi dan pada berbagai parameter yang terkait dengan kesejahteraan dan kesehatan dalam sampel Iran. Penelitian uji klinis (sebelum-setelah) ini dilakukan di klinik keluarga berencana pusat di bawah pengawasan Universitas Teheran of Medical Sciences pada enam puluh satu perempuan. Protokol penelitian telah disetujui oleh Komite Etik Universitas Teheran of Medical Sciences dan semua peserta menerima rejimen 21/7-hari kontrasepsi oral yang mengandung 150 mg desogestrel (DE) dan 30 ug etinil estradiol (EE) selama enam siklus. campuran analisis model linier digunakan untuk menganalisis perbedaan dalam perubahan dari empat faktor sindrom pramenstruasi (PMS), berat badan dan tekanan darah selama periode waktu tersebut.. Analisis model campuran linear menunjukkan bahwa gejala sindrom pramenstruasi berkurang secara signifikan dari waktu ke waktu. Sebuah kontrasepsi oral kombinasi yang mengandung etinil estradiol dan desogestrel memiliki efek positif pada kesehatan perempuan dan mengurangi gejala pramenstruasi.








  


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan teori dari beberapa ahli dan hasil dari beberapa penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya di dalam negeri maupun luar negeri tentang PMS yang berkaitan dengan Gizi. Dari beberapa jurnal yang penulis kumpulkan penulis memberikan pendapat kalau terjadinya premenstruasi syndrome dikarenakan ada hubungannya dengan status Gizi dan asupan gizi yang kurang pada wanita, seperti vitamin dan kalsium dan yang lainnya. meskipun dari beberapa penelitian ada yang menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara gizi. Karna berdasarkan teori diatas ada beberapa faktor resiko yang menyebabkan terjadinya premenstrual syndrome tersebut bukan hanya status gizi tapi ada faktor lain seperti usia, genetic,status perkawinan, diet, stress, wanita yang pernah melahirkan. Dan lain sebagainya. Walaupun ada beberapa penelitian yang menjelaskan tidak ada hubungan antara gizi dengan terjadinya premenstruasi syndrome pada beberapa wanita, tetapi setiap wanita tetap perlu mempertahankan status gizi yang baik, dengan cara mengkonsumsi makanan seimbang karena sangat dibutuhkan pada saat haid, terbukti pada saat haid tersebut terutama pada fase luteal akan terjadi peningkatan kebutuhan nutrisi. Apabila hal ini diabaikan dampaknya akan terjadi keluhan-keluhan yang menimbulkan premenstrual syndrome (PMS).









DAFTAR PUSTAKA
Abbas, N. Fedyeh, H.  Fatemeh, H.  Mir, S, Mansoreh,  N.  Fatemeh, S.  Elham, A. 2014.Effects of ethinyl estradiol plus desogestrel on premenstrual symptoms in Iranian women “
Afsaneh, S. Reza, A. Bahman,  C. 2015. Journal “ The Association between the Risk of Premenstrual Syndrome and Vitamin D, Calcium, and Magnesium Status among University Studentshttp://Journals.tbzmed.ac.ir/

Apriliana M, Henry ,V.2015 . Hubungan Status Gizi Dengan Sindrom Pre Menstruasi Pada

Arum, S. 2009. Karya Tulis Ilmiah. Hubungan antara asupan zat gizi dengan Kejadian premenstrual syndrome (PMS) . http://digilib.uns.ac.id

Ayu, D. Eka, I. Nurul,  2013.  Hubungan status gizi dengan pre menstruasi syndrome (pms) pada remaja putri     di            sma      negeri  7          kota     Malang. http://jurnal.stikeskendedes.ac.id/index.php/KMJ/article/view/2009
Dr. Suaparyanto. 2010. Konsep Premenstrual Syndrom, 2010http://dr-suparyanto.blogspot.co.id/2010/07/konsep-premenstrual-syndrome-pms.html
Erna,  S.  2014. Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta :  CV Trans     Info Media. Cetakan Pertama
https://rizqidyan.wordpress.com/2012/10/11/premenstrual-syndrome/


http://syavillanp.blogspot.co.id/2014/06/prinsip-gizi-pada-klien-dengan.html

            29
 
Indah, K. 2015. “ Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian sindrom pramenstruasi (pms) pada siswi sma 112 Jakarta tahun 2015 “ Peminatan Gizi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah          Jakarta . http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28896/1/INDAH%20RATIKASARI-FKIK.pdf
Koes, I. 2014. Gizi Seimbang Dalam Kesehatan Reproduksi. Bandung : Alfabeta. Cetakan Pertama
Megawati, S. 2015.  Hubungan Asupan Zat Gizi Dengan Kejadian Sindrom Pramenstruasi Di Sman 1 Tongkuno Kecamatan Tongkuno Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara

Nana, N. 2014. Kesehatan Reproduksi Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta : CV Trans Info Media. Cetakan Pertama
Nirmala,  D.  2012. Gizi saat Sindrom Menstruasi. Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer. Cetakan Pertama
Rendi, R.Sjafril, S. Amalia, M. Lantip,  R. 2010. Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Sindroma Prementruasi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Majalah Kedokteran FK UKI 2010 Vol XXVII No.1 Artikel Asli

Rudi, H. 2016 . Siap Menghadapi Menstruasi dan Menopause . Yogyakarta : Gosyen Publishing. Cetakan Pertama
Safara, N. 2012. “ hubungan indeks massa tubuh dengan Kejadian sindroma pramenstruasi di kalangan mahasiswa stambuk 2009 Fakultas kedokteran universitas sumatera utara “  http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37964/5/Chapter%20I.pdf
Sareh, A.  2014. The Effects of Vitamin B1 on Ameliorating the Premenstrual Syndrome Symptoms. Global Journal Of Health Sciense. Department of Nursing and Midwifery, Jahrom University of Medical Sciences, Jahrom, Iran. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4825494
Shaifali, P. 2014. To Study the Effect of Dietary Habits on Premenstrual Syndromes, Menstrual Disorders and Practices Related To Menstruation among College Going Girls. International Journal Of  Healthcare Science. Food and Nutrition Department, IMSN College,University of         Rajasthan, Pilani,       Rajasthan,India.
            http://jcnh.in/download/CI/7.%20shaifali%20Pathak.pdf
Siti, D. 2014. “ Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Premenstrual syndrom pada Mahasiswa DIV Kebidanan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan U’ Budiyah Banda Aceh “ http://simtakp.uui.ac.id/dockti/SITI_DAMAYANTI-skripsi_maya.pdf


Siti, N. 2013. Tanya Jawab Seputar Menstruasi. Yogyakarta : Flashbooks. Cetakan Pertama
Sunita, A. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Cetakan Kedua
Supriyono, B. 2003. Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Sindroma Prahaid. Naskah publikasi. “Hubungan indeks massa tubuh diatas normal terhadap premenstrual syndrome pada wanita usia reproduktif di            kelurahan        loa       ipuh kabupaten kutai   kartanegara “http://eprints.ums.ac.id/39460/19/02.%20NASKAH%20PUBLIKASI.pdf


                                        





















































 















 



                                        


















0 komentar:

Posting Komentar