GIZI
DALAM KESEHATAN REPRODUKSI
GIZI DAN
PREMENSTRUAL SYNDROM
( Dosen
: Prof. Dr. dr. Kusharisupeni, MSc. )
Disusun
Oleh :
Fibrianti
150510012
PROGRAM PASCASARJANA ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA
2016
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Menstruasi
atau yang biasa disebut haid, adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita
yang dipengaruhi oleh hormone reproduksi. Menstruasi tersebut ditandai dengan
pendarahan dari rahim disertai pelepasan selaput lender rahim yang terjadi
secara periodic dan siklik ( bulanan ). Setiap wanita yang sehat , tidak sedang
hamil, dan tidak menopause, akan mendapat menstruasi secara teratur pada setiap
bulannya.
Gangguan
menstruasi merupakan salah satu masalah yang sering meresahkan setiap wanita.
Ada gangguan ini harus dirasakan setiap bulan baik sebelum menjelang masa haid
ataupun pada masa haid berlangsung. Pada beberapa kasus, gangguan ini biasanya
hilang seiring dengan perkembangan tubuh termasuk aktivitas yang dilakukan.
Pada kejadian nyeri haid (dysmenorea) sendiri pada keadaan tertentu akan
menghilang setelah menjelang pernikahan.
Namun
pada beberapa kejadian pula, beberapa masalah gangguan datang bulan juga
cenderung masih dirasakan oleh sebagian besar wanita . hal ini tentunya akan
menambah resah dari kaum wanita itu sendiri yang dapat berdampak pada aktifitas
kerja yang terhambat dan tentunya mempengaruhi tingkat produktivitas meskipun
itu pada waktu yang tidak lama. Bagi mereka yang mengeluhkan adanya gangguan menstruasi sekiranya dapat
mengkonsultasikan pada petugas kesehatan.
Hal
mendasar yang perlu kita pahami bersama bahwa gangguan menstruasi pada dasarnya
berhubungan erat dengan adanya gangguan hormone terutama yang berhubungan
dengan hormone seksual pada wanita yaitu progesterone, estrogen, LH dan FSH.
Hormone –hormon seksual tersebut sangat berfungsi pada sistem reproduksi
wanita, namun pada beberapa kejadian terjadi peningkatan salah satu saja yang
menunjukan ketidakseimbangan sintesis hormone dalam tubuh dan hal ini akan
mempengaruhi fungsi kerja hormone lain termasuk kerja organ reproduksi yang
mempengaruhi perangsangan terjadinya gangguan menstruasi
PMS berhubungan dengan perubahan hormon tubuh. Sebagai
kadar hormon naik dan turun selama siklus menstruasi wanita, mereka
dapat mempengaruhi cara dia merasa, baik secara emosional
dan fisik. Ini adalah suatu kondisi yang terjadi selama fase pramenstruasi
(Sebelum periode) dari siklus menstruasi. Penyebabnya
tidak jelas tetapi teori meliputi: kadar hormon normal,lainnyakelainan
biokimia, diet yang tidak pantas, kekurangan gizi, faktor fisiologis atau
kombinasi dari banyak faktor (Cross et al, 2001, dalam Jurnal
internasional Shaipali Pathaq )
Adanya
gangguan dari kerja sistem hormonal ini salah satunya terkait dengan status
gizi. Dimana status gizi akan mempengatuhi kerja berupa peningkatan ,
keseimbangan ataupun penurunan. Status gizi sendiri pada dasarnya dipengatuhi
oleh banyak faktor namun secara umum dipengaruhi oleh adanya infeksi dan asupan
makanan.
Ernawati
dkk, dalam penelitian Megawati Sabula, menyebutkan Angka kejadian PMS cukup
tinggi, yaitu hampir 75% wanita usia subur di seluruh dunia mengalami
pramenstruasi sindrom. Di Amerika kejadiannya mencapai 70-90%, Swedia sekitar
61-85%, Maroko 51,2%, Australia 85%, Taiwan 73%, dan Jepang mencapai 95% yang
mengalami sindrom pramenstruasi. Negara Indonesia sendiri angka kejadiannya
sekitar 70-90%. Penelitian sebelumnya tentang PMS yang di lakukan di Surakarta
menyebutkan 70% mengalami PMS
Dalam suatu penelitian pada tahun
2010 yang berjudul The Phenomenology of
Premenstrual Syndrome in Female Medical Students yang melibatkan 250
mahasiswa kedokteran di College of Medicine, King Faisal University, Saudi
Arabia menunjukkan 35.6% kasus PMS dimana 45% ringan, 32.6% sedang dan 22.4%
berat. Terdapat beberapa faktor utama yang mendasari kejadian PMS ini
diantaranya adalah usia, faktor lingkungan, menarke pada usia sangat muda,
regularitas haid dan riwayat keluarga yang pernah menderita PMS ( Safara N,
2012 )
Berdasarkan data yang diperoleh dari departemen kesehatan
tahun 2009 tentang prevalensi sindrom premenstrual di Indonesia, diperoleh
hasil sebanyak 40 % wanita Indonesia mengalami sindrom pramenstruasi dan
sebanyak 20-10% mengalami gejala berat.
Dalam penelitian Indah Kartika Sari,
2015 ,
Di Indonesia dari 260 orang wanita
usia subur, ditemukan sebanyak 95% memiliki setidaknya satu gejala sindrom pramenstruasi,
dengan tingkat sindrom pramenstruasi sedang hingga berat sebesar 3,9%
(Emilia,
2008). Penelitian yang dilakukan di kota Padang menunjukkan bahwa 51,8% siswi
SMA mengalami sindrom pramenstruasi (Siantina, 2010). Sedangkan penelitian yang
dilakukan di kota Purworejo pada siswi SMA, prevalensi sindrom pramenstruasi
sebanyak 24,6% (Nurmiaty dkk., 2011). Penelitian lainnya juga dilakukan pada
siswi SMA di kota Bogor, ditemukan bahwa seluruh responden mengalami sindrom
pramenstruasi, dengan jenis keluhan ringan sebanyak 32,2% dan keluhan sedang
sampai berat sebanyak 67,8% (Aldira, 2014).
Penelitian
yang dilakukan di Jakarta terhadap siswi SMK Jakarta Selatan didapatkan
sebanyak 45% siswi mengalami sindrom pramenstruasi (Devi, 2009). Penelitian selanjutnya
di SMA “X”
di
Kecamatan Pulo Gadung Jakarta Timur didapatkan bahwa sebanyak 43,9% siswi
mengalami sindrom pramenstruasi (Sianipar dkk., 2009). Kemudian penelitian yang
dilakukan di MAN 4 Jakarta Selatan menemukan sebanyak 28,66% siswi yang mengalami
sindrom pramenstruasi.
BAB II
TINJAUAN TEORI
1.
Pengertian
Zat gizi ( Nutrient )
adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu
menghasilkan energy, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur
proses-proses kehidupan ( Sunita, 2002 )
Status gizi adalah
keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi,
dibedakan antara status gizi buruk, baik, kurang dan lebih.( Sunita, 2002 )
Premenstrual syndrome
adalah kombinasi gejala yang terjadi sebelum haid dan menghilang setelah haid
keluar. Gejala utama meliputi sakit kepala, letih, sakit pinggang, pembesaran
dan sakit pada payudara serta perasaan began pada perut.( Nana N, dkk. 2014 )
Pramenstruasi syndrome
merupakan suatu kondisi dimana wanita lebih sensitif terhadap perasaan dan
tubuhnya. Gejala yang ditimbulkan bisa ringan hingga berat tergantung
personnya. syndrome ini dapat menyerang baik secara psikologis (mudah cemas,
depresi, insomnia, bingung) maupun fisik (pusing, sakit kepala, nyeri sendi,
sembelit hingga pingsan).(Koes Irianto, 2015)
2.
Penyebab
Premenstrual syndrome
Sampai saat ini ,
penyebab pasti dari sindrom ini belum diketahui dengan jelas. Namun demikian,
sindrom ini biasanya lebih mudah terjadi pada wanita yang lebih peka terhadap
hormonal dalam siklus menstruasi, Penyebab PMS sampai saat ini belum dapat
dipaparkan dengan jelas, tetapi pendapat sementara penyebab PMS ini adalah
sebagai berikut:
a. Ketidak
seimbangan hormon estrogen dan progesterone.pada saat menjelang menstruasi
terjadi ketidakseimbangan hormon ,yaitu kadar hormon estrogen meningkat dan
mempengaruhi terjadinya retensi air, sehingga uterus dan jaringan tubuh
mengandung banyak air. Dengan demikian, perut terasa kembung, payudara bengkak
dan nyeri, sakit kepala, dan kelelahan. Pada saat bersamaan, terjadi pula
perubahan neurotransmitter dan zat kimia diotak wanita, sehingga hal ini
mempengaruhi psikologis seorang wanita menjadi mudah marah, cepat tersinggung
dan emosional.
b.
Serotonin adalah hormon
atau senyawa kimia yang berfungsi sebagai penghantar pesan ( Neurotransmitter )
dari satu bagian otak kebagian otak lainnya , sebagai neurotransmitter , lebih
dari 40 juta otak baik secara langsung maupun tidak langsung dipengaruhi oleh
serotonin, serotonin didistribusikan secara luas, sehingga mempengaruhi keadaan
psikologis, fungsi serotonin di dalam otak adalah mempengaruhi mood/perasaan
seseorang, mempengaruhi keinginan atau hasrat seseorang. Asupan makanan yang
kurang akan menurunkan produksi asam amino, produksi asam amino yang sedikit
inilah yang mempengaruhi persediaan serotonin di dalam otak. Serotonin dikenal
sebagai hormon kebahagiaan serotonin dalam keadaan normal akan menimbulkan
perasaan bahagia.
3. Faktor
Resiko Premenstrual Syndrom
selain itu, ada pula
beberapa faktor yang meningkatkan risiko terjadinya sindrom ini, diantaranya
adalah sebagai berikut :
a. Pola makan
Penurunan asupan garam dan karbohidrat (nasi, kentang, roti)
dapat mencegah edema (bengkak)pada beberapa wanita. Penurunan konsumsi kafein
(kopi) juga dapat menurunkan ketegangan, kecemasan dan insomnia (sulit tidur).
Pola makan disarankan lebih sering namun dalam porsi kecil karena berdasarkan
bukti bahwa selama periode premenstruasi terdapat gangguan pengambilan glukosa
untuk energi. Menjaga berat badan,
karena berat badan yang berlebihan dapat meningkatkan risiko menderita
premenstrual syndrome (PMS). Selain itu faktor kebiasaan
mengonsumsi makanan atau minuman yang tinggi gula dan garam , kopi,the,
cokelat,minuman bersoda, produk susu, serta makanan olahan dapat memperberat
gejala PMS
b. Adanya keterkaitan antara PMS dan
status gizi seorang wanita.
Dalam Kemenkes (2011) disebutkan
bahwa terdapat lima jenis status gizi, yaitu sangat kurus, kurus, normal,
gemuk, dan obesitas. Pada orang dengan berat badan berlebih terutama obesitas
maka kolesterol akan cenderung meningkat yang disebabkan oleh gangguan regulasi
asam lemak dan ester kolesterol. Menurut Moran dan
Norman, dalam penelitian Rendi Retissu, Sjafril Sanusi, Amalia Muhaimin, Lantip
Rujito Majalah Kedokteran FK UKI 2010, hubungan antara indeks massa tubuh dengan
sindroma Pramenstruasi adalah melalui kerja hormoninsulin. Kadar insulin di
dalam tubuh berbanding lurus dengan persentase lemakdi dalam tubuh. Peningkatan
persentase lemak di dalam tubuh menimbulkanperubahan pada sensitivitas dan
sekresi insulin.
Pada
orang yang overweight akanterjadi peningkatan kadar glukosa darah secara
langsung. Peningkatan kadarglukosa darah akan berakibat terjadi
glukoneogenesis. Hal itu akan mempengaruhi kadar insulin yang terusmeningkat,
yang disebut denganhiperinsulinemia. Selain itu insulin secaralangsung dapat
menurunkan sex-hormonebinding globulin (SHBG) pada perempuanoverweight.
Sex-hormone binding globulinbekerja berlawanan dengan insulin yaitu
menekan produksi androgen. Sedangkaninsulin bekerja pada proses steroidogenesis
untuk merangsang sel teka untuk memproduksi androgen dan memiliki efek
pertumbuhan pada sel stroma. Tingginya kadar insulin akan menekan produksi
SHBG, dan akhirnya terjadi hiperandrogen. Meningkatnya persentase lemak di
dalam tubuh akan menurunkan regulasi reseptor insulin yang berakibat
peningkatan sekresi insulin.
Teori
lain mengatakan hiperestrogenisme pada perempuan yang mengalami overweight,
disebabkan peningkatan persentase lemak di dalam tubuh. Diketahui bahwa lemak
terutama kolesterol merupakan bahan dasar pembentukan estrogen.Kolesterol akan
diubah menjadi androgen di dalam sel akibat rangsangan LH.Selanjutnyaandrogen
tersebut akan diubah menjadi estrogen di dalam sel granulosa oleh rangsangan
FSH. Peningkatan kadarestrogen adalah berbanding lurus dengan peningkatan
persentase lemak di dalam tubuh, yang artinya semakin tinggi indeksmassa tubuh,
akan semakin besar risiko seorang perempuan untuk mengalami sindroma premenstruasi
Hal tersebut sesuai dengan Seperti
penelitian yang dilakukan oleh Apriliana Maria Namsa Henry Palandeng Vandri D. Kallo tentang “ Hubungan Status Gizi Dengan Sindrom Pre
Menstruasi Pada Remaja Putri Di Sma
Frater Don Bosco Manado” Program
Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.Dari hasil analisisnya hubungan
status gizi dengan sindrom pre menstruasi pada remaja putri di SMA Frater Don
Bosco dapat dilihat bahwa dari 60responden, ada 28 responden yang mengalami
sindrom pre menstruasi ringan diantaranya 7responden (11,7%) dengan status gizi
kurus, 19responden (31,7%) denganstatus gizi normal dan 2 responden (3,33%)
denganstatus gizi gemuk, dan ada 32 responden dengan sindrom pre menstruasi
sedang diantaranya 1 responden (1,7%) dengan status gizi kurus, 10 responden
(16,6%) dengan status gizi normal dan 21 responden (35%) dengan status gizi
gemuk.
Hasil uji statistik Chi
Squaredidapatkan nilai p= 0,000. Hal ini Berarti nilai p lebih kecil dari α
(0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara status gizi dengan sindrom
pre menstruasipada remaja putri di SMA Frater Don BoscoManado
c. Riwayat
Keluarga
Genetik merupakan
faktor yang memberikan peranan penting dalam kejadian PMS,peran genetic ini
dapat dilihat dari riwayat keuarga, keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah anggota keluarga kandung yaitu ibu dan saudara perempuan. Jika riwayat
PMS ada pada salah satu anggota keluarga tersebut. Maka seseorang bisa
dikatakan memiliki resiko lebih besar menderita PMS. Hal tersebut sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Indah Kartika sari tahun 2015. Melakukan
penelitian di SMA 112 Jakarta, tahun 201. Berdasarkan hasil penelitiannya ada
hubungan antara Riwayat keluarga dengan Kejadian Premenstrual syndrome pada
Anak SMA tersebut.
d. Wanita
yang pernah melahirkan
Faktor yang dapat
meningkatkan risiko terjadinya PMS yang pertama adalah pada wanita yang
melahirkan. Bahkan , bila wanita itu telah melahirkan beberapa orang anak, maka
PMS dapat semakin berat
e. Status
perkawinan
Dalam hal ini ,wanita
yang sudah menikah memiliki potensi mengalami PMS lebih banyak daripada wanita
yang belum menikah
ü Status perkawinan dan status
kesehatan juga mempunyai keterkaitan. Wanita yang telah menikah pada umumnya
mempunyai angka kesakitan dan kematian yang lebih rendah dan biasanya mempunyai
kesehatan fisik dan mental yang lebih baik daripada wanita yang tidak menikah
(Burman & Margolin dalam Haijiang Wang, 2005).
ü Sebuah penelitian pada tahun 1994
yang berjudul Biological, Social and Behavioral Factors Associated with
Premenstrual Syndrome yang melibatkan 874 wanita di Virginia menemukan fakta
bahwa mereka yang telah menikah cenderung mempunyai resiko yang lebih kecil
untuk mengalami PMS (3,7%) dari pada mereka yang tidak menikah (12,6%)
(Deuster, 1999 dalam Maulana, 2008).
f. Usia
Usia juga menjadi
faktor resiko yang dapat meningkatkan terjadinya PMS. Dalam hal ini, semakin
bertambah usia anda, maka PMS akan semakin sering, dan biasanya PMS sering
terjadi pada wanita dengan usia 30-45 tahun.
g. Stress
Faktor stres akan memperberat
gangguan PMS.Hal ini sangat mempengaruhi kejiwaan dan koping seseorang dalam
menyelesaikan masalah. Stres merupakan reaksi tanggung jawab seseorang, baik
secara fisik maupun psikologis karna adanya perubahan. kemarahan, kecemasan dan
bentuk lain emosi merupakan reaksi stres. Menyatakan ketegangan merupakan
respon psikologis dan fisiologis seseorang terhadap stressor berupa
ketakutan,kemarahan, kecemasan, frustasi atau aktivitas saraf otonom.
(Rahajeng,2006).
Suheimi (2008), mengatakan bahwa
penyebab terjadinya gejala PMS adalah interaksi yang kompleks antara hormon,
nutrisi esensial dan neurotransmitter yang dikombinasikan dengan stress
psikologis. Jadi PMS, merupakan keadaan abnormalitas dari wanita untuk
beradaptasi terhadap perubahan fluktuasi hormonal bulanannya. Kehidupan yang
penuh stres akan memperparah gejala-gejala fisik maupun psikologis dari sindroma
pra menstruasi ini. Beberapa wanita melaporkan gangguan hidup yang parah akibat
PMS, yang secara negatif mempengaruhi hubungan interpersonal mereka.
h. Kekurangan zat-zat gizi. Ada beberapa zat gizi
yang apabila zat gizi tersebut kurang dalam tubuh meningkatkan risiko
terjadinya PMS . adapun zat zat gizi yang dimaksud adalah vitamin B ( terutama
B6 ), Vitamin E, Vitamin C, magnesium, zat besi, seng, mangan, dan asam lemak
linoleat.
i.
Kegiatan fisik. Faktor risiko berikutnya
yang dapat memperberat PMS adalah kurang berolahraga dan aktifitas fisik (
Khamzah, 2015 )
Kebiasaan olahraga yang
kurang dapat memperberat premenstrual syndrome, aktifitas fisik dapat
meningkatkan endorphin , menurunkan estrogen dan hormon steroid
lainnya,meningkatkan transportasi oksigen dalam otot,mengurangi kadar kartisol,
dan meningkatkan keadaan psikologis
j.
Merokok
k. Minum
beralkohol
l.
Latar belakang sosial, budaya
Keluhan
premenstrual sindrom sangat dipengaruhi oleh tata cara atau kultur keluarga dan
kehidupan masyarakat sekitarnya ketika datang menstruasi, seperti bila seorang
wanita mengetahui saat-saat menjelang haid maka keluhannya akan lebih banyak
dan berat dibandingkan dengan wanita yang tidak mempedulikan saat-saat haid
Seperti
penelitian yang dilakukan oleh Shaifali Pathak “ To Study the Effect of Dietary Habits on Premenstrual Syndromes,
Menstrual Disorders and Practices Related To Menstruation Among College Going
Girls “Departemen Pangan
dan Gizi , IMSN College, University of Rajasthan, Pilani, Rajasthan, India.
Penelitian ini dilakukan
pada 40 responden yang belum menikah antara
kelompok umur 18-21 tahun, yang memiliki gangguan menstruasi di perguruan tinggi Pilani
Kabupaten Jhunjhunu.
Penelitian ini bertujuan untuk
mempelajari pengaruh dari kebiasaan makan pada sindrom
pramenstruasi, gangguan menstruasi dan praktek yang berkaitan dengan
menstruasi.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden dilaporkan membatasi dan masih tabu tentang sesuatu hal yang berkaitan dengan
menstruasi dan
kebiasaan pola makan saat menstruasi. Kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi lemak
dan rendah serat pada saat menstruasi dilaporkan menjadi penyebab masalah haid
di antara mereka. Ada perbedaan nafsu makan selama pramenstruasi
dan fase postmenstrual. Nafsu makan meningkat terlihat pada fase pramenstruasi
dan rendahnya asupan
serat, vitamin
A, vitamin C, kalsium dan zat besi. Yang dapat memberikan efek buruk pada pra menstruasi.
Mayoritas dari mereka menghindari beberapa makanan selama
menstruasi seperti acar,
makanan asam,buah-buahan kering dan makanan yang digoreng.
Hampir sebagian dari responden mengambil istirahat dan tidak berpartisipasi dalam kegiatan rumah sehari-hari selama hari pertama menstruasi dan melewatkan satu kali makan dalam sehari, terutama sarapan. Pembatasan utama responden selama menstruasi adalah: mengunjungi tempat religius, menyentuh acar dan masuk dalam dapur selama periode ini.
Hampir sebagian dari responden mengambil istirahat dan tidak berpartisipasi dalam kegiatan rumah sehari-hari selama hari pertama menstruasi dan melewatkan satu kali makan dalam sehari, terutama sarapan. Pembatasan utama responden selama menstruasi adalah: mengunjungi tempat religius, menyentuh acar dan masuk dalam dapur selama periode ini.
4. Gejala
Premenstrual syndrome
a. Gejala
Fisik
1) Kenaikan
berat badan
2) Perasaan
adanya pembengkakan
3) Ketidaknyamanan
pada buah dada
4) Sakit
kepala dan serangan migraine
5) Pegal
dan nyeri pada otor
6) Dismenore
kongestif
7) Berkurangnya
air kencing
8) Perubahan
kulit
9) Perubahan
nafsu makan
10) Perubahan
pada pola tidur
11) Tidak
ada gairah untuk aktif serta badan terasa lelah
12) Mata
terasa sakit, hidung tersumbat, dan timbul reaksi alergi
13) Mual,
pingsan, asma dan epilepsy
14) Kejang.
Terjadi karena dinding-dinding otot uterus dengan perlahan akan mengkerut untuk
membantu mengeluarkan lapisan.
b. Gejala
Mental
1) Ketegangan
dan cepat marah ( emosional )
2) Depresi termasuk kurang percaya diri dan perasaan
tidak berharga
3) Stress
4) Berkurangnya
daya konsentrasi dan daya ingat
5) Control
emosi yang rendah dan reaksi emosi yang tidak logis
6) Penurunan
efisiensi, terutama dalam memecahkan masalah mental
7) Kurang
atau tidak ada dorongan seks
8) Dorongan
yang kuat untuk banyak makan atau sebaliknya tidak ada nafsu makan
( Erna Setyaningrum,
2014 )
5.
Tipe
–Tipe PMS
Menurut dr. Guy E
Abraham, ahli kandungan dan kebidanan dri fakultas kedokteran UCLA, AS, PMS
terbagi atas beberapa tipe berdasarkan gejalanya , yakni :
a. PMS
Tipe A ( Anxiety )
Tipe pertama adalah PMS
Tipe A, adapun gejala-gejala tipe ini , antara lain adalah rasa cemas,
sensitive, saraf tegang dan rasa labil. Selain itu, adapula wanita yang
mengalami depresi ringan sampai sedang sebelum menstruasi.
Penyebab
ü Terjadi
akibat ketidak seimbangan hormon estrogen dan progesterone, karena hormon
estrogen lebih tinggi disbanding dengan hormon progesterone
ü Kekurangan
Vitamin B6 dan Magnesium
Anjuran
ü Banyak
mengkonsumsi makanan berserat ( Sayur dan Buah )
ü Konsumsi
Vitamin B1, B6, Kalsium, seng dan Magnesium
Hindari
ü Minum
kopi
b. PMS
Tipe H ( Hiper Hydration )
Jenis PMS kedua adalah,
PMS Tipe H, adapun gejala dari tipe PMS ini adalah edema ( pembengkakan )perut
kembung, nyeri pada payudara,pembengkakan tangan dan kaki, serta peningkatan
berat badan sebelum haid, gejala tipe ini dapat juga dirasakan dengan gejala
tipe lain.
Penyebab
ü Berkurangnya
air pada jaringan di luar sel yang dapat disebabkan karena tingginya asupan
garam atau gula pada pola makan
Anjuran
ü Konsumsi
Vitamin B1, B6,Magnesium, Kalium,Vitamin E
Hindari
ü Asupan
garam dan gula pada pola makan
c. PMS
Tipe C ( Craving )
Jenis PMS tipe ini
ditandai dengan rasa lapar dan ingin mengonsumsi makanan yang manis-manis (
biasanya cokelat ) dan karbohidrat sederhana ( biasanya gula ) pada umumnya
sekitar 20 menit setelah menyantap gula dalam jumlah banyak timbul gejala
hipoglikemia seperti kelelahan, jantung berdebar, pusing kepala yang
kadang-kadang sampai pingsan
Penyebab
ü Stress
,kelelahan, sakit kepala,kebingungan,atau pusing
ü Tinggi
garam dalam pola makanan, tidak terpenuhinya asam lemak esensial ( Omega 6 ) atau
kurangnya magnesium.
Anjuran
ü Konsumsi
Vitamin B1, B6, C, E, Kromium, Omega 6 ( GLA ), Magnesium, dan Kalium
Hindari
ü Asupan
garam dan gula yang berlebihan
d. PMS
Tipe D ( Depresion )
Jenis PMS yang terahir
adalah PMS Tipe D, adapun gejala gejala yang ditimbulkan dari tipe ini adalah rasa
depresi, ingin menangis, lemah,gangguan tidur,pelupa,bingung, sulit mengucapkan
kata-kata. Dalam praktiknya PMS tipe D ini bersamaan dengan PMS tipe A, dan
hanya sekitar 3 % dari seluruh tipe PMS bener-bener murni tipe D
Penyebab
ü Terjadi
akibat ketidak seimbangan hormon estrogen dan progesterone, karena hormon
estrogen lebih tinggi disbanding dengan hormon progesterone
ü Kombinasi
PMS Tipe A dan PMS Tipe D, dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu stress,
kekurangan asam amino tirosin, atau kekurangan magnesium dan Vitamin ( Vitamin
B6 )
Anjuran
ü Konsumsi
Vitamin Bi, B6, C, Magnesium , asam
amino Tirosin dan triptofan
Hindari
ü Asupan
garam dan gula yang berlebihan
e. Tipe
P ( Plain )
Tipe lain dari PMS
Biasanya disebut Tipe Plain dengan
gejala seperti timbulnya jerawat, kulit dan rambut berminyak, mual dan muntah,
dianjurkan untuk mengkonsumsi Vitamin A, Vitamin E, Beta Karotin,Kolin,
Inositol
6.
Hubungan
Gizi dengan Pre Menstrual Syndrom
Hubungan Status Gizi Dengan Pre-menstrual
Syndrome (PMS) Secara klasik kata gizi hanya dihubungkan dengan kesehatan
tubuh, yaitu untuk menyediakan energi, membangun, dan memelihara jaringan
tubuh, serta mengatur proses kehidupan dalam tubuh (Sunita, 2005). Terdapat
beberapa faktor yang meningkatkan resiko terjadinya sindrom pre- menstruasi
diantaranya berkaitan dengan karakteristik wanita itu sendiri. Menurut Oakley
(1998),
setiap individu mempunyai
karakteristik biografi yang berbeda, karakteristik tersebut dapat mempengaruhi
kondisi fisik, psikologis dan sosial seseorang. Karakteristik wanita usia
reproduktif yang berhubungan dengan Pre-menstruasi Syndrome. masalah kesehatan
pada wanita usia reproduktif berhubungan dengan Indikator kesehatan. Adapun
masalah kesehatan memiliki ruang lingkup yang luas antara lain menyangkut
perkembangan manusia yang harmonis dalam upaya meningkatkan kualitas hidup,
salah satunya adalah kesehatan wanita usia reproduktif sangat menentukan
tercapainya kualitas hidup yang baik pada keluarga dan masyarakat, sehingga
merupakan aspek yang penting untuk diperhatikan. Dimana, di Indonesia,
keberhasilan pembangunan bidang kesehatan salah satunya tercermin pada usia
harapan hidup wanita.
Gizi kurang atau terbatas selain
akan mempengaruhi pertumbuhan, fungsi organ tubuh juga akan menyebabkan
terganggunya fungsi reproduksi. Hal ini akan mempengaruhi terjadinya
premenstrual syndrome, tetapi akan membaik bila asupan nutrisinya baik.
Tindakan yang dilakukan untuk menangani kasus Premenstrual Syndrome tersebut
adalah menganjurkan perubahan diet, nutrisi yang cukup, rendah lemak, dengan
mengurangi konsumsi lemak akan mengurangi pembengkakan payudara serta penghin
penghindaran terhadapstress. Sedangkan konsumsi tinggi karbohirat dan rendah
protein dapat memperbaiki gangguan perasaan yang tidak nyaman. Hal ini
berhubungan dengan pembentukan serotonin di dalam otak (Gilly, 2009).
Pada wanita usia dewasa dini perlu
mempertahankan status gizi yang baik, dengan cara mengkonsumsi makanan seimbangkarena
sangat dibutuhkan pada saat haid, terbukti pada saat haid tersebut terutama
pada fase luteal akan terjadi peningkatan kebutuhan nutrisi. Apabila hal ini
diabaikan dampaknya akan terjadi keluhan-keluhan yang menimbulkan Pre-menstrual
Syndrome (PMS) selama siklus haid.
Gizi
sangat erat kaitannya dengan kesehatan saat menstruasi karena zat gizi
memengaruhi seluruh tubuh proses yang terdapat dalam tubuh saat terjadinya
menstruasi, seperti aliran darah, hormone, daya tahan tubuh , dan emosi.Semua
zat gizi yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, bahkan serat,
berperan penting dalam pengaturan fisiologi seorang wanita menjelang menstruasi
dan saat menstruasi.wanita yang mengalami PMS biasanya mengonsumsi gula,
karbohidrat, garam,asam lemak jenuh, asam lemak trans dan sedikit mengonsumsi
vitamin B, zat besi, seng, mangan, sayur dan buah-buahan
7. Terapi
untuk PMS
a) Terapi
Farmakologi
Terapi simtomatik untuk
menghilangkan gejala-gejala PMS antara lain dengan menggunakan Obat-obatan yang
bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri/ketidaknyamanan yang dirasakan. Golongan
obat-obatan yang sering digunakan berasal dari golongan:
ü analgetik
( parasetamol ), anti inflamasi non steroid (ibuprofen,natrium diklofenak, dan
lainnya )
ü golongan
minor tranquilizer ( obat penenang )
ü anti
depresi
ü menggunakan
kontrasepsi oral .
Pil kontrasepsi oral yang mengandung kombinasi
progestin-drospirenon dapat membantu mengatasi berbagai gejala pra-menstruasi
yang parah atau berat.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Abbas Norouzi Javidan, Fedyeh
Haghollahi, Fatemeh Ramezanzadeh, Mir Saeed Yekaninejad, Zohre Amiri, Mansoreh
Noroozi, Fatemeh Sadat Hosseini, Elham Azimi Nekoo. 2014.
“ Effects
of ethinyl estradiol plus desogestrel on premenstrual symptoms in Iranian women
“
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pil
kontrasepsi oral kombinasi pada gejala
pramenstruasi dan pada berbagai parameter yang terkait dengan kesejahteraan dan
kesehatan dalam sampel Iran. Penelitian uji klinis (sebelum-setelah) ini
dilakukan di klinik keluarga berencana pusat di bawah pengawasan Universitas
Teheran of Medical Sciences pada enam puluh satu perempuan. Protokol penelitian
telah disetujui oleh Komite Etik Universitas Teheran of Medical Sciences dan
semua peserta menerima rejimen 21/7-hari kontrasepsi oral yang mengandung 150
mg desogestrel (DE) dan 30 ug etinil estradiol (EE) selama enam siklus.
campuran analisis model linier digunakan untuk
menganalisis perbedaan dalam perubahan dari empat faktor sindrom pramenstruasi
(PMS), berat badan dan tekanan darah selama periode waktu tersebut. Usia
rata-rata perempuan adalah 28,52 (SD = 6,75) tahun. Peserta rata-rata telah
hamil 1,13 (SD = 1,16) kali. Analisis model campuran linear menunjukkan bahwa
gejala sindrom pramenstruasi berkurang secara signifikan dari waktu ke waktu
(P0.05). Sebuah kontrasepsi oral kombinasi yang mengandung etinil estradiol dan
desogestrel memiliki efek positif pada kesehatan
perempuan dan mengurangi gejala pramenstruasi.
Pada banyak kasus
penggunaan obat analgetik ringan sudah dapat mengatasi gejala yang dialami
namun penderita gastritis ( maag )
sebaiknya berhati-hati dalam mengkonsumsi obat-obatan yang meringankan rasa
nyeri karena dapat mengakibatkan nyeri lambung, jika gejala PMS lebih berat ,
sebaiknya penderita melakukan konsultasi dengan dokter . penggunaan obat
penenang, anti depresi, dan kontrasepsi hanya berdasarkan resep dokter dan
harus dibawa pengawasan dokter yang berwenang.
b) Terapi
Non Farmakologi
Peranan non farmakologi
memegang peranan penting pada saat PMS. Berupa edukasi penderita, terapi
suportif dan modifikasi gaya hidup. Pada saat PMS banyak zat gizi yang dapat
meringankan keluhan seperti rasa nyeri, pembengkakan, pengaturan aliran darah,
perbaikan sistem saraf dan otot, memperbaiki suasana hati, dan emosi. Zat gizi
tersebut berasal dari golongan protein dan asam amino, lemak atau asam lemak,
vitamin, dan mineral.
Zat
gizi yang dapat membantu meringankan PMS dari golongan protein, lemak,
vitamin,dan mineral adalah :
a. Protein
1) Asam
amino tirosin
Asam amino tirosin
merupakan salah satu unsure pembentuk protein. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh institute penelitian kesehatan lingkungan Amerika Serikat pada
1988, tirosin berfungsi sebagai obat stimulant dan penenang yang efektif untuk
meningkatkan kinerja mental dan fisik dibawah tekanan , tanpa efek samping,
sehingga tetap focus saat stress. Pada saat mengalami PMS, asam amino tirosin
mengurangi gangguan yang berhubungan dengan faktor psikologis, seperti
ketegangan, mudah marah, gelisah dan stress.asam amino tirosin terkandung dalam
hati ayam, keju, avokad, ikan dan daging
2) Asam
amino triptofan
Asam amino triptofan
merupakan unsure pembentuk protein dan merupakan asam amino esensial yang
berfungsi sebagai precursor pembentuk serotonin. Konversi triftofan menjadi
serotonin dibantu oleh vitamin B6 dan vitamin C. serotonin dalam tubuh kemudian
diubah menjadi hormone melatonin. Hormone ini diproduksi secara alami dalam
tubuh apabila matahari sudah mulai tenggelam. Hormone melatonin memiliki efek
regulasi terhadap relaksasi tubuh dan rasa kantuk. Produksinya merupakan alarm
alami tubuh yang mengingatkan tubuh untuk beristirahat. Wanita dengan PMS
terutama tipe yang berhubungan dengan faktor psikologis atau emosional , dapat
lebih rileks dan tidur dengan lebih berkualitas jika mengonsumsi asam amino
triptofan.asam amino triptofan terkandung dalam alfalaktalbumin dalam protein
susu,daging,ikan telur, dan biji bunga matahari..
b. Lemak
GLA ( Gamma Linolenic Acid )
GLA merupakan bagian
dari lemak . GLA membantu meringankan sindrom Tipe A, H, D seperti bengkak
payudara, kembung, perasaan depresi, serta mudah marah. Selain itu bagi wanita
PMS dengan tipe C yaitu senang mengonsumsi makanan yang manis-manis , GLA
berfungsi dalam menurunkan kadar gula darah.
GLA terdapat pada
minyak evening primrose, minyak biji blackcurrent, minyak borage, dan minyak
biji rami. GLA juga ditemukan dalam jumlah yang cukup besar dari spirulina.GLA
dibuat dari LA ( linolenic Acid )
c. Vitamin
1) Vitamin
A
Vitamin A merupakan
vitamin yang larut dalam lemak. Vitamin A pada saat menstruasi dapat membantu
menjaga kesehatan kulit yang berjerawat yang sering dialami wanita dengan PMS
tipe P. vitamin A juga membantu sistem saraf dan fungsi otak yang berperan
dalam mengatur gejala psikologis pada wanita PMS
Sumber hewani Vitamin A
adalah hati, telur, susu, keju, margarine, dan minyak ikan. Sedangkan sumber
nabati vitamin A adalah sayuran hijau, semakin hijau warna sayuran semakin
tinggi kandungan Vitamin A nya. Seperti daun singkong, daun papaya, daun
kemangi, bayam dan lain-lain.
2) Vitamin
E
Vitamin E merupakan
vitamin yang larut dalam lemak, pada saat PMS vitamin E membantu kesehatan
kulit dan payudara. Vitamin E banyak terdapat pada tanaman dan hewan. Sayuran
dan minyak biji-bijian merupakan sumber terbanyak. Sumber hewaninya terdapat
dalam kuning telur, hati dan produk susu seperti mentega. Sedangkan , sumber
nabati terdapat dalam sayuran berwarna hijau, minyak kelapa sawit, minyak
kedelai, minyak jagung, minyak biji bunga matahari, minyak biji kapas,
margarine dan shortening.
3) Vitamin
B1
Vitamin B1 ( tiamin
)termasuk vitamin yang larut dalam air. Vitamin B1 pada wanita PMS berperan
dalam metabolism karbohidrat dan glukosa yang diperlukan untuk menjaga kadar
gula darah, selain itu, vitamin B1 dapat meningkatkan perbaikan mood dan
mengurangi stress. Vitamin B1 dapat meringankan rasa kesemutan serta memperkaya
kesehatan kulit dan rambut karena mengandung sintesa aseltikolin yang ada
hubungannya dengan saraf.
Sumber hewani vitamin
B1 terdapat dalam telur, daging sapi, ayam, hati, susu dan keju. Sedangkan ,
sumber nabatinya terdapat dalam serelia, legume, apel, jeruk, tomat, pisang,
kentang, asparagus, brokololi, dan lain-lain.
Hal
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sareh Abdullah dkk, Pengaruh Vitamin B1 pada peningkatan
gejala Premenstrual sindrom.
penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh
vitamin B1 pada gejala PMS pada Mahasiswa yang berada di asrama dari Jahrom University of
Medical Sciences pada tahun 2013, sebanyak 80 responden dengan PMS yang berada di asrama dari
Jahrom University of Medical Sciences dibagi secara acak
menjadi dua kelompok, vitamin B1 dan plasebo. Itu
keparahan gejala PMS dalam dua siklus, sebelum intervensi
dan selama intervensi, itu direkam oleh siswa. Data dikumpulkan menggunakan bentuk
pengumpulan informasi, PMS sementara bentuk diagnosis.
Penelitian ini, yang dilakukan untuk pertama kalinya di
Iran, mengungkapkan bahwa menggunakan vitamin B1 dalam fase luteal bisa
mengurangi keparahan keseluruhan gejala fisik dan mental
PMS perlu menggunakannya di seluruh siklumenstruasi . Selanjutnya, vitamin B1 tidak memiliki efek samping dan
tidak mengubah pola perdarahan menstruasi. Karena itu,
vitamin B1 dianjurkan untuk pengobatan PMS.Selain itu,
penelitian lebih lanjut disarankan untuk memperoleh bukti yang cukup untuk
injeksi vitamin B1 dan yang dosis yang berbeda sebagai obat yang aman dan efektif
untuk pasien yang tidak ingin atau tidak dapat menjalani
invasif perawatan.
4) Vitamin
B6
Vitamin B6 (piridoksin)
termasuk vitamin yang larut dalam air. Berperan penting dalam metabolisme
protein dan asam amino, meningkatkan resistensi terhadap penyakit, produksi sel
darah merah, menjaga kadar glukosa darah, serta menjaga kesehatan kulit dan
saraf. Vitamin B6 berperan sebagai kofaktor dalam proses akhir pembentukan
neurotransmitter dopamine ( yang berasal dari asam amino triptofan ) , yang
akan memengaruhi sistem endokrin otak menjadi lebih baik. Karena itu, serotonin
dan dopamine dapat menyebabkan rasa rileks. Sehingga dengan mengonsumsi vitamin
B6, maka wanita dengan PMS dapat menjaga kadar glukosa darah, perbaikan mood,
menjadi rileks dan menjaga kesehatan kulit
Sumber hewani vitamin
B6 terdapat dalam daging ayam, ikan, hati, dan sedikit dalam susu, sedangkan
sumber nabatinya terdapat dalam serelia , kentang, avokad, kacang tanah dan
pisang.
5) Vitamin
C
Vitamin C larut dalam
air dan berperan sebagai anti alergi serta membangun sistem kekebalan tubuh,
vitamin C juga berperan dalam sintesis
karnitin atau yang berfungsi dalam pengangkutan asam lemak, sintesis
neurotransmitter atau yang berfungsi membawa impuls saraf, aktivasi
hormone,detoksifikasi obat, antioksidan, metabolisme, dan peningkatan
penyerapan zat besi.pada saat PMS , vitamin C diperlukan untuk pembentukan sel
darah merah, kekebalan tubuh, dan perbaikan sistem saraf.
Sumber hewani vitamin C
hanya terdapat pada hati dan ginjal. Paling banyak terdapat dalam buah-buahan
dan sayuran seperti jambu biji, papaya, jeruk, stroberi, pisang,kiwi, gandaria,
daun katuk, daun kelor, tangkil, ( melinjo ), daun singkong, daun tales, daun
melinjo, brokoli, dan lain-lain.
d. Mineral
1) Magnesium
Magnesium berfungsi dalam
membantu relaksasi otot, transmisi sinyal saraf, mengurangi migren, dan sebagai
penenang alamiah yang dibutuhkan oleh wanita PMS, selain itu , magnesium
dibutuhkan dalam produksi serotonin dan GLA . sumber terbaik magnesium adalah
sayuran hijau, sumber lain adalah biji-bijian , gandum, oatmeal, yoghurt, dan
avokad.
2) Seng
Seng berperan penting
dalam pertumbuhan sel, meningkatkan kekebalan tubuh , menjaga kadar gula
darah,pembentukan dan kesehatan kulit yang dibutuhkan oleh wanita dengan PMS.
Seng terdapat dalam daging sapi, ayam, telur, tiram, kepiting, produk susu,
padi-padian, legume , jamur dan bayam.
3) Kaslium
,
Pada saat PMS kalsium
berfungsi dalam mengaktifkan saraf, kontraksi otot, mengurangi keluhan saat
menstruasi, melancarkan peredaran darah, mengatasi kram,sakit pinggang , dan
menjaga keseimbangan cairan tubuh.
Kalsium paling banyak
terdapat dalam susu dan hasil olahannya. Terdapat juga pada daging sapi, ikan
sarden,ikan teri, rebon,belut,ayam,telur,serelia,sayuran berwarna hijau
gelap,seperti kangkung,bayam,brokoli,daun papaya,daun singkong,daun labu,daun
katuk,biji-bijian, papaya muda,salak,nangka muda,apel,pir,anggur,persik
,kismis,dan kurma.
4) Kalium
Kalium penting bagi
wanita PMS, untuk sistem saraf, kontrasksi otot,serta menjaga keseimbangan asam
dan basa tubuh. Kalium juga penting bagi sistem saraf otonom, yang merupakan
pengendali fungsi otak, dan proses fisiologi penting lainnya. Kalium dapat
membawa natrium keluar tubuh.Kalium banyak terdapat dalam makanan seperti
buah-buahan dan sayur-sayuran. Terdapat dalam
bayam,jamur,brokoli,tomatjeruk,jagung,kol,asparagus,kentang,persik,pisanh,avokad,belimbing
,dading serta susu.
5) Kronium
Kronium berperan
penting dalam metabolisme dan penggunaan karbohidrat , berperan untuk
mengendalikan kerja insulin dalam tubuh, atau faktor pengendali kadar gula
darah. Dengan adanya kronium ini, pemanfaatan insulin tubuh lebih efisien dan
keseimbangan kadar gula darah terjaga. Pada saat PMS ,beberapa wanita menjadi
suka makan karbohidrat. Karena itu kronium dibutuhkan untuk menjaga kadar gula
darah. Sumber kronuim bisa didapatkan dari padi-padian , ikan laut, kuning
telur, gula merah, sirup, jamur reishi atau shiitake, sayuran dan buah-buahan.
8. Rekomendasi
Gizi untuk meringankan PMS
a) Menyeimbangkan
kadar hormone
ü Turunkan
asam lemak jenuh. Daging merah dan berlemak mengandung jumlah lemak jenuh, yang
dapat menyebabkan peningkatan tingkat estrogen dalam darah. Hindari asam lemak
trans dalam makanan karena makanan tersebut menjadi sulit diproses oleh hati.
ü Makan
lebih banyak sayuran karena mengandung banyak serat alami yang mengikat
estrogen dan membantu dalam eliminasi . jika anda mengganti daging lemak jenuh
dalam pola makan dengan lebih banyak sayuran, akan dapat menyeimbangkan hormone
anda, serta mengurangi resiko kegemukan.
ü Kurangi
makanan yang banyak mengandung fitoestrogen, seperti kedelai.
b) Menurunkan
pembengkakan atau kembung
ü Konsumsi
gula harus dibatasi karena bila mengonsumsi banyak gula dapat meningkatkan
tingkat gula darah. Hal ini dapat menyebabkan tingkat insulin yang tinggi dan
retensi natrium dalam tubuh yang dapat menyebabkan pembengkakan pada tangan dan
kaki.
ü Untuk
mengurangi kembung atau bengkak, kurangi konsumsi garam, perlu diketahui bahwa
makanan olahan mengandung banyak natrium. Tingkatkan asupan kalium karena
kalium bersifat diuretic membawa natrium keluar tubuh.
c) Mengurangi
stress, cemas, dan depresi
ü Konsumsi
makanan yang mengandung asam amino tirosin, karena asam amino tirosin berfungsi
sebagai obat stimulant dan penenang yang efektif.
ü Konsumsi
makanan yang mengandung asam triptofan , karena triptofan dapat membuat anda
rileks dan mudah tidur.
ü Hindari
kafein karena dapat memengaruhi suasana hati dan saraf serta menyebabkan
ketegangan .
ü Perbanyak
konsumsi biji-bijian , whole grain, buah, dan sayuran. Stress cenderung membuat
sistem dalam tubuh bersifat terlalu asam. Kondisi ini tidak baik untuk
kesehatan tulang karena bisa mengikis kalsium dari tulang . selain itu, suasana
asam juga bisa meningkatkan kadar hormone stress cortisol.
ü Kurangi
asupan daging, gula, dan konsumsi lemak ( sterss dapat mengganggu proses
pengolahan gula dan lemak dalam tubuh )
ü Perbaikan
sistem kekebalan tubuh juga dapat membantu mengurangi stress . perbaikan ini
dibantu oleh mineral seng ( Zinc ) , Vitamin C, dan Vitamin B12, serta asam
amino lisin. Mekanisme lainnya dalam mengurangi stress adalah dengan
mengendalikan kadar glukosa darah.
d) Menghindari
banyak makan
ü Konsumsi
makanan dengan porsi kecil dan lebih sering
ü Lebih
banyak mengonsumsi sayur dan buah karena mengandung banyak serat, tetapi
membuat rasa kenyang
ü Pilihlah
makanan yang mempunyai indeks glikemik rendah
ü Makanan
ini akan diserapa secara perlahan sehingga menjaga kestabilan gula darah dan
tidak membuat cepat gemuk.
e) Menghindari
perilaku makan yang kurang baik
ü Merokok
mempengaruhi penurunan aliran darah cerebral dan menurunkan penyerapan Vitamin
C
ü Makanan
yang mengandung food additive , penambah rasa, zat pewarna, zat tambahan asam,
agen pembentuk busa, pemanis, serta zat pengawet dalam minuman bersoda yang
tidak baik bagi kesehatan.
ü Alcohol
karena dapat menyebabkan kita mejadi lebih mudah emosional ( seperti perasaan
sedih, senang , dan marah secara berlebihan )
Selain menghindari pola makan yang buruk, hal
yang perlu dilakukan untuk mencegah PMS adalah sebagai berikut :
f) Olahraga
dan aktivitas secara teratur.
g) Hindari
stress
h) Hindari
kelelahan
i)
Menjaga berat badan, berat badan yang
berlebihan dapat meningkatkan risiko menderita PMS
Hal
ini disebabkan karena wanita yang memiliki IMT lebih tinggi cenderung akan
memproduksi hormon estrogen yang lebih tinggi pula sehingga akan menimbulkan
gejala-gejala PMS semakin tinggi kadar
lemak akan semakin meningkat pula produksi hormon estrogen yang bisa
menimbulkan gejala-gejala PMS pada wanita dengan IMT diatas normal baik
overweight maupun obesitas (Supriyono, 2003).
j)
Edukasi
dan konseling
Tatalaksana pertama kali adalah meyakinkan seorang wanita
bahwa wanita lainnya pun ada yang memiliki keluhan yang sama ketika menstruasi.
Pencatatan secara teratur siklus menstruasi setiap bulannya dapat memberikan
gambaran seorang wanita mengenai waktu terjadinya premenstrual syndrome. Sangat
berguna bagi seorang wanita dengan premenstrual syndrome untuk mengenali gejala
yang akan terjadi sehingga dapat mengantisipasi waktu setiap bulannya ketika
ketidakstabilan emosi sedag terjadi.
9. Pendidikan
Gizi untuk Pencegahan PMS
Beberapa wanita dengan prevalensi
cukup tinggi mengalami PMS. Dengan
semakin meningkatnya usia wanita tersebut, gejala PMS umumnya muncul semakin parah. Akan tetapi bukan berarti gejala PMS tidak dapat dicegah atau dikurangi.
Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, telah terbukti bahwa konsumsi
makanan yang mengandung zat-zat gizi yang lengkap dan seimbang terutama vitamin
B6, kalsium, dan magnesium dapat mencegah dan mengurangi gejala PMS. Kebiasaan makan yang baik, olahraga
dan istirahat yang cukup juga membantu mengurangi keluhan masalah PMS.
Upaya-upaya penanggulangan seperti
yang telah diuraikan sebelumnya lebih kepada upaya kuratif melalui penggunaan
obat-obatan dan suplementasi vitamin dan mineral tertentu. Penggunaan
obat-obatan akan aman jika berada di bawah pengawasan dokter dan tentunya
memiliki efek samping yang berbeda antar jenis obat. Penggunaan suplemen yang
tidak tepat juga berisiko mengalami overdosis terutama vitamin larut lemak yang
dapat disimpan kelebihannya jika asupannya berlebihan. Overdosis zat-zat gizi
tertentu terutama vitamin larut lemak dan mineral-mineral tertentu dapat
menyebabkan timbulnya gejala keracunan dan gangguan fisiologi tubuh. Hal
tersebut adalah resiko yang seharusnya dapat dihindari dengan metode
pencegahan.Risiko-risiko yang mungkin muncul dari pengobatan kuratif tersebut
hendaknya mendorong kita lebih mengusahakan pencegahan dan upaya minimalisasi
gejala PMS melalui makanan bergizi dan seimbang.
Menurut Ritchie (1971), salah satu
upaya untuk memperbaiki status gizi masyarakat adalah dengan mengintervensi
individunya. Intervensi tersebut dapat dilakukan melalui pendidikan gizi. Upaya
penanggulangan PMS melalui pendidikan tentang makanan bergizi dan seimbang ini
akan lebih ditujukan pada anak usia sekolah khususnya siswi SD kelas 6. Menurut
Riyadi (2003), usia menarche rata-rata
adalah 12,5 tahun atau kelas 1 SMP. Oleh karena itu, pendidikan gizi ini sangat
baik dilakukan pada anak kelas 6 SD untuk mempersiapkan diri sebelum mengalami
menstruasi. Selain itu, usia sekolah merupakan usia dimana anak lebih cepat
menyerap suatu informasi dibandingkan usia dewasa. Anak usia sekolah umumnya
juga lebih mudah diintervensi kebiasaan makannya dibandingkan orang dewasa.
Dengan adanya pendidikan gizi tersebut, siswi-siswi SD akan lebih siap
menghadapi pubertas yang ditandai dengan adanya menarche sekaligus memperkenalkan kepada mereka kemungkinan akan
terjadinya PMS serta upaya pencegahan
dan penanggulangannya dari aspek gizi.
Pendidikan gizi yang diberikan
berupa pendidikan gizi seimbang dan gaya hidup sehat. Gizi seimbang harus
mempertimbangkan kecukupan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan
serat makanan dalam pangan yang disesuaikan dengan kebutuhan gizi individu
masing-masing. Jika kebutuhan gizi sudah tercukupi maka daya tahan tubuh akan
tetap terjaga sehingga mengurangi risiko timbulnya gejala-gejala PMS.
Menurut Hardinsyah (2004), upaya
untuk meminimalkan keluhan menstruasi dari segi makanan adalah dengan mengurangi
konsumsi garam, kopi, gula dan makanan yang mengandung karbohidrat sederhana (refined carhohydrate) seperti mie dan
roti; disertai dengan meningkatkan konsumsi sayur dan buah (termasuk jus),
meningkatkan konsumsi makanan sumber vitamin A, B1, B2, B6, B12, C, E, Zink
(Zn), zat besi (Fe), kalsium (Ca), magnesium (Mg), Chromium (Cr) dan asam lemak
omega-3, omega-6 dan meningkatkan konsumsi protein hewani.
Gaya hidup juga sangat mempengaruhi
keadaan penderita PMS. Materi
penyuluhan tentang pola hidup sehat yang dapat diberikan adalah menghindari
konsumsi alkohol dan kafein yang berlebihan, konsumsi pangan sumber kalsium,
magnesium, vitamin B6 dalam jumlah yang cukup, meningkatkan aktivitas fisik dan
olah raga yang teratur, dan menghindari konsumsi garam yang berebihan menjelang
menstruasi. Selain itu, dapat juga ditambahkan materi tentang konsumsi air
putih dalam jumlah yang cukup, dan manajemen stres yang baik.
Berdasarkan telaah pustaka yang
telah dilakukan, menunjukkan bahwa beberapa zat gizi seperti kalsium,
magnesium, dan vitamin B6 dapat mencegah dan mengurangi gejala-gejala PMS. Kalsium merupakan mineral yang
paling banyak terdapat di dalam tubuh, yaitu 1,5-2% dari berat badan orang
dewasa atau kurang lebih sebanyak 1 kg. Dalam keadaan normal sebanyak 30-50%
kalsium yang dikonsumsi diabsorpsi oleh tubuh.. Kemampuan absorpsi lebih tinggi
pada masa pertumbuhan. Angka kecukupan rata-rata sehari kalsium untuk anak-anak
adalah 500 mg/hari. Sumber kalsium utama yaitu susu dan produk olahannya,
seperti keju. Ikan dimakan dengan tulang, termasuk ikan kering merupakan sumber
kalsium yang baik. Serealia, kacang-kacangan dan produk olahannya seperti tahu
tempe serta sayuran hijau merupakan yang baik juga, tetapi bahan makanan ini
mengandung banyak zat yang menghambat penyerapan kalsium seperti serat, fitat
dan oksalat (Almatsier 2004).
Magnesium adalah kation nomor dua
paling banyak setelah natrium di dalam cairan interseluler. Sekitar 60% dari
20-28% mg magnesium di dalam tubuh terdapat dalam tulang dan gigi, 26% di dalam
otot dan selebihnya di dalam jaringan lunak lainnya serta cairan tubuh. Peranan
magnesium berlawanan dengan kalsium. Kalsium merangsang kontraksi otot,
sedangkan magnesium mengendurkan otot. Kalsium menyebabkan ketegangan saraf
sedangkan magnesium melemaskan saraf. Sumber utama magnesium adalah sayuran
hijau, serealia tumbuk, biji-bijian, dan kacang-kacangan (Almatsier 2004).
Vitamin B6 terdapat di alam dalam
tiga bentuk; piridoksin, piridoksal dan piridoksamin.Vitamin B6 berfungsi dalam
metabolisme protein. Sumber vitamin B6 paling banyak terdapat di dalam khamir,
kecambah gandum, hati, ginjal, serealia tumbuk, kacang-kacangan, kentang dan
pisang. Vitamin B6 di dalam bahan makanan hewani lebih mudah diabsorpsi
daripada yang terdapat di dalam bahan makanan nabati (Almatsier 2004)
10. Beberapa
penelitian tentang PMS yang berkaitan dengan Gizi
1)
Penelitian yang dilakukan oleh Megawati
Sabula, tentang “ Hubungan Asupan Zat Gizi Dengan Kejadian
Sindrom Pramenstruasi Di Sman 1 Tongkuno Kecamatan Tongkuno Kabupaten Muna
Sulawesi Tenggara “
Berdasarkan hasil penelitiannya itu didapatkan bahwa ada hubungan antara asupan zat gizi makro dan
gizi mikro dengan kejadian Pramenstrual syndrome. Tetapi dalam penelitiannya
ini tidak ada hubungan antara kalsium dengan premenstrual syndrome.
2) Penelitian
yang dilakukan oleh Ayu Dwi Wahyuningsih, Eka Yuni Indah Nurmala, Nurul
Anjarwati, tentang “ Hubungan Status Gizi Dengan Pre Menstruasi
Syndrome (Pms) Pada Remaja Putri Di Sma Negeri 7 Kota Malang “ berbeda dengan hasil penelitian yang
didapatkan oleh Megawati Sabula di SMAN
Tongkuno Sulawesi Tenggara, dimana
berdasarkan hasil peneltiannya itu didapatkan bahwa “ Tidak Ada Hubungan Antara Status Gizi Dengan
Dengan Pre Menstruasi Syndrome (Pms) Pada Remaja Putri Di Sma Negeri 7
Kota Malang “
3) Penelitian
yang dilakukan oleh Arum Sekar
Tanjung, dengan penelitian “ Hubungan
Antara Asupan Zat Gizi Dengan Kejadian Premenstrual Syndrome (PMS). “ Program
Studi D IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Yang melakukan penelitian pada Mahasiswi UNS ( Universitas Sebelas Maret
Surakarta ) Dari hasil penelitiannya ini dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan antara asupan zat gizi (karbohidrat, vitamin B6 dan lemak) dengan
kejadian PMS.
4) Peneltian
yang dilakukan oleh Apriliana Maria
Namsa Henry Palandeng Vandri D. Kallo tentang “ Hubungan Status Gizi Dengan Sindrom Pre
Menstruasi Pada Remaja Putri Di Sma
Frater Don Bosco Manado” Program
Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.
Dari hasil penelitiannya dapat disimpulkan ada hubungan antara Status Gizi dengan
Premenstrual Syndrom di SMA Frater Don Bosco Manado.
5) Dalam
jurnal internasional yang dilakukan oleh Afsaneh Saeedian Kia1 , * Reza Amani 2, Bahman Cheraghian3, Arvand Ilmu Kedokteran Universitas
Internasional, Abadan, Iran, Departemen Gizi, Diabetes Research Center,
Jundishapur University of Medical Sciences, Ahvaz, Iran dan Departemen Epidemiologi, Jundishapur University of Medical Sciences,
Ahvaz, Iran. Yaitu “ The
Association between the Risk of Premenstrual Syndrome and Vitamin D, Calcium,
and Magnesium Status among University Student “ dikota Abadan, mereka melakukan
penelitian pada wanita muda berusia 20-25 tahun dari hasil penelitiannya menunjukan
ada hubungan antara kalsium dan magnesium dengan premenstruasi syndrome, nilai
P-Velue <0,005. Sedangkan untuk vit.D meskipun tidak ada hubungan yang
signifikan antara vit.D dengan premenstruasi syndrome tetapi nilai OR = (0,87-1,22)
yang artinya orang yang
kekurangan asupan vit.D mempunyai risiko 1x lebih besar dibandingkan dengan
orang yang asupan vit.D nya cukup.
6) Dalam
jurnal Internasional yang dilakukan oleh Shaifali Pathak “ To Study the Effect of Dietary Habits on
Premenstrual Syndromes, Menstrual Disorders and Practices Related To
Menstruation Among College Going Girls “Departemen Pangan dan Gizi , IMSN College, University of Rajasthan,
Pilani, Rajasthan, India. Penelitian ini dilakukan pada 40 responden yang belum menikah antara
kelompok umur 18-21 tahun, yang memiliki gangguan menstruasi di perguruan tinggi Pilani
Kabupaten Jhunjhunu.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh dari
kebiasaan makan pada
sindrom
pramenstruasi, gangguan menstruasi dan praktek yang berkaitan dengan
menstruasi.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden dilaporkan membatasi dan masih tabu tentang sesuatu hal yang berkaitan dengan
menstruasi dan
kebiasaan pola makan saat menstruasi. Kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan rendah serat pada saat menstruasi dilaporkan menjadi penyebab masalah haid
di antara mereka. Ada perbedaan nafsu makan selama pramenstruasi
dan fase postmenstrual. Nafsu makan meningkat terlihat pada fase pramenstruasi
dan rendahnya asupan
serat, vitamin
A, vitamin C, kalsium dan zat besi. Yang dapat memberikan efek buruk pada pra menstruasi.
Mayoritas dari mereka menghindari beberapa makanan selama
menstruasi seperti acar,
makanan asam,buah-buahan kering dan makanan yang digoreng.
Hampir sebagian dari responden mengambil istirahat dan tidak berpartisipasi dalam kegiatan rumah sehari-hari selama hari pertama menstruasi dan melewatkan satu kali makan dalam sehari, terutama sarapan. Pembatasan utama responden selama menstruasi adalah: mengunjungi tempat religius, menyentuh acar dan masuk dalam dapur selama periode ini.
Hampir sebagian dari responden mengambil istirahat dan tidak berpartisipasi dalam kegiatan rumah sehari-hari selama hari pertama menstruasi dan melewatkan satu kali makan dalam sehari, terutama sarapan. Pembatasan utama responden selama menstruasi adalah: mengunjungi tempat religius, menyentuh acar dan masuk dalam dapur selama periode ini.
7) Penelitian
yang dilakukan oleh Sareh Abdullah dkk, Pengaruh Vitamin B1 pada peningkatan gejala Premenstrual
sindrom.
penelitian
ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh vitamin B1 pada
gejala PMS pada Mahasiswa yang berada di asrama dari Jahrom University of
Medical Sciences pada tahun 2013, sebanyak 80 responden dengan PMS yang berada di asrama dari
Jahrom University of Medical Sciences dibagi secara acak
menjadi dua kelompok, vitamin B1 dan plasebo. Itu
keparahan gejala PMS dalam dua siklus, sebelum intervensi
dan selama intervensi, itu direkam oleh siswa. Data dikumpulkan menggunakan bentuk
pengumpulan informasi, PMS sementara bentuk diagnosis.
Penelitian ini, dilakukan untuk pertama kalinya di Iran,
mengungkapkan bahwa menggunakan vitamin B1 dalam fase luteal bisa
mengurangi keparahan keseluruhan gejala fisik dan mental
PMS perlu menggunakannya di seluruh siklumenstruasi . Selanjutnya, vitamin B1 tidak memiliki efek samping dan
tidak mengubah pola perdarahan menstruasi. Karena itu, vitamin B1 dianjurkan untuk pengobatan PMS.Selain itu, penelitian lebih
lanjut disarankan untuk memperoleh bukti yang cukup untuk injeksi vitamin B1
dan yang dosis yang berbeda sebagai obat yang aman dan efektif untuk pasien yang
tidak ingin atau tidak dapat menjalani invasif perawatan.
8) penelitian yang dilakukan oleh Abbas Norouzi Javidan, Fedyeh
Haghollahi, Fatemeh Ramezanzadeh, Mir Saeed Yekaninejad, Zohre Amiri, Mansoreh
Noroozi, Fatemeh Sadat Hosseini, Elham Azimi Nekoo. 2014.
“ Effects
of ethinyl estradiol plus desogestrel on premenstrual symptoms in Iranian women
“
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pil
kontrasepsi oral kombinasi pada gejala
pramenstruasi dan pada berbagai parameter yang terkait dengan kesejahteraan dan
kesehatan dalam sampel Iran. Penelitian uji klinis (sebelum-setelah) ini
dilakukan di klinik keluarga berencana pusat di bawah pengawasan Universitas
Teheran of Medical Sciences pada enam puluh satu perempuan. Protokol penelitian
telah disetujui oleh Komite Etik Universitas Teheran of Medical Sciences dan
semua peserta menerima rejimen 21/7-hari kontrasepsi oral yang mengandung 150
mg desogestrel (DE) dan 30 ug etinil estradiol (EE) selama enam siklus.
campuran analisis model linier digunakan untuk
menganalisis perbedaan dalam perubahan dari empat faktor sindrom pramenstruasi
(PMS), berat badan dan tekanan darah selama periode waktu tersebut.. Analisis
model campuran linear menunjukkan bahwa gejala sindrom pramenstruasi berkurang
secara signifikan dari waktu ke waktu. Sebuah kontrasepsi oral kombinasi yang
mengandung etinil estradiol dan desogestrel memiliki efek positif pada
kesehatan perempuan dan mengurangi gejala pramenstruasi.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
teori dari beberapa ahli dan hasil dari beberapa penelitian yang sudah
dilakukan sebelumnya di dalam negeri maupun luar negeri tentang PMS yang
berkaitan dengan Gizi. Dari beberapa jurnal yang penulis kumpulkan penulis
memberikan pendapat kalau terjadinya premenstruasi syndrome dikarenakan ada
hubungannya dengan status Gizi dan asupan gizi yang kurang pada wanita, seperti
vitamin dan kalsium dan yang lainnya. meskipun dari beberapa penelitian ada
yang menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara gizi. Karna
berdasarkan teori diatas ada beberapa faktor resiko yang menyebabkan terjadinya
premenstrual syndrome tersebut bukan hanya status gizi tapi ada faktor lain seperti
usia, genetic,status perkawinan, diet, stress, wanita yang pernah melahirkan.
Dan lain sebagainya. Walaupun ada beberapa penelitian yang menjelaskan tidak
ada hubungan antara gizi dengan terjadinya premenstruasi syndrome pada beberapa
wanita, tetapi setiap wanita tetap perlu mempertahankan status gizi yang baik,
dengan cara mengkonsumsi makanan seimbang karena sangat dibutuhkan pada saat
haid, terbukti pada saat haid tersebut terutama pada fase luteal akan terjadi
peningkatan kebutuhan nutrisi. Apabila hal ini diabaikan dampaknya akan terjadi
keluhan-keluhan yang menimbulkan premenstrual syndrome (PMS).
DAFTAR
PUSTAKA
Abbas, N.
Fedyeh, H. Fatemeh, H. Mir, S, Mansoreh, N. Fatemeh, S.
Elham, A. 2014. “ Effects of ethinyl estradiol
plus desogestrel on premenstrual symptoms in Iranian women “
Afsaneh, S. Reza, A.
Bahman, C. 2015. Journal
“ The Association between the Risk of Premenstrual Syndrome and Vitamin D,
Calcium, and Magnesium Status among University Students “ http://Journals.tbzmed.ac.ir/
Apriliana M, Henry ,V.2015 . Hubungan
Status Gizi Dengan Sindrom Pre Menstruasi Pada
Arum, S.
2009. Karya Tulis Ilmiah. Hubungan antara asupan zat gizi dengan Kejadian premenstrual syndrome (PMS) . http://digilib.uns.ac.id
Ayu, D. Eka, I. Nurul, 2013. Hubungan
status gizi dengan pre menstruasi
syndrome (pms) pada remaja putri di sma negeri 7 kota Malang.
http://jurnal.stikeskendedes.ac.id/index.php/KMJ/article/view/2009
Dr. Suaparyanto. 2010. Konsep Premenstrual Syndrom, 2010http://dr-suparyanto.blogspot.co.id/2010/07/konsep-premenstrual-syndrome-pms.html
Erna, S. 2014. Pelayanan
Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta : CV Trans
Info Media. Cetakan Pertama
https://rizqidyan.wordpress.com/2012/10/11/premenstrual-syndrome/
http://syavillanp.blogspot.co.id/2014/06/prinsip-gizi-pada-klien-dengan.html
29
|
Indah, K.
2015. “ Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian sindrom pramenstruasi
(pms) pada siswi sma 112 Jakarta tahun 2015 “ Peminatan Gizi Program Studi
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
.
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28896/1/INDAH%20RATIKASARI-FKIK.pdf
Koes, I. 2014. Gizi
Seimbang Dalam Kesehatan Reproduksi. Bandung : Alfabeta. Cetakan Pertama
Megawati,
S. 2015. Hubungan Asupan Zat Gizi Dengan Kejadian Sindrom Pramenstruasi Di Sman 1
Tongkuno Kecamatan Tongkuno Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara
Nana, N. 2014. Kesehatan
Reproduksi Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta : CV Trans Info Media.
Cetakan Pertama
Nirmala,
D. 2012. Gizi saat Sindrom Menstruasi. Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer.
Cetakan Pertama
Rendi,
R.Sjafril, S. Amalia, M. Lantip, R.
2010. Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Sindroma Prementruasi. Fakultas
Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Majalah Kedokteran FK UKI 2010 Vol XXVII No.1 Artikel Asli
Rudi, H. 2016 . Siap
Menghadapi Menstruasi dan Menopause . Yogyakarta : Gosyen Publishing.
Cetakan Pertama
Safara, N. 2012. “ hubungan indeks massa tubuh dengan Kejadian
sindroma pramenstruasi di kalangan mahasiswa stambuk 2009 Fakultas kedokteran
universitas sumatera utara “ http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37964/5/Chapter%20I.pdf
Sareh,
A. 2014. The Effects of Vitamin B1 on Ameliorating the Premenstrual Syndrome
Symptoms. Global Journal Of Health Sciense. Department of Nursing and
Midwifery, Jahrom University of Medical Sciences, Jahrom, Iran.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4825494
Shaifali,
P. 2014. To Study the Effect of Dietary Habits on Premenstrual Syndromes,
Menstrual Disorders and Practices Related To Menstruation among College Going
Girls. International Journal
Of Healthcare Science. Food and
Nutrition Department, IMSN College,University of Rajasthan, Pilani, Rajasthan,India.
http://jcnh.in/download/CI/7.%20shaifali%20Pathak.pdf
Siti, D.
2014. “ Faktor-Faktor yang berhubungan
dengan Premenstrual syndrom pada Mahasiswa DIV Kebidanan di Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan U’ Budiyah Banda Aceh “ http://simtakp.uui.ac.id/dockti/SITI_DAMAYANTI-skripsi_maya.pdf
Siti, N. 2013. Tanya
Jawab Seputar Menstruasi. Yogyakarta : Flashbooks. Cetakan Pertama
Sunita, A. 2002. Prinsip
Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Cetakan Kedua
Supriyono,
B. 2003. Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Sindroma Prahaid. Naskah publikasi.
“Hubungan indeks massa tubuh diatas normal terhadap
premenstrual syndrome pada wanita usia reproduktif di kelurahan loa ipuh kabupaten kutai kartanegara
“http://eprints.ums.ac.id/39460/19/02.%20NASKAH%20PUBLIKASI.pdf
0 komentar:
Posting Komentar